Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Tafsir Sastra Ramayana (3) Pencarian Rasa Sejati

Sabtu, 04 Juli 2020 - 15:57 | 41.40k
Moh. Badrih, Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) FKIP UNISMA, Pengurus LP Maarif Kabupaten Malang, Pengurus Ponpes Tahfidz Al-Madani Malang.
Moh. Badrih, Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) FKIP UNISMA, Pengurus LP Maarif Kabupaten Malang, Pengurus Ponpes Tahfidz Al-Madani Malang.
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Tidak ada yang sangat diberatkan oleh para pecinta selain sebuah perasaan yang muncul dan tenggelam dalam jiwa. Perasaan yang tak berwujud tetapi memiliki luas yang melebihi bumi, tidak akan dapat diukur dalamnya tetapi melebihi samudra. Apabila seseorang telah terjebak di dalamnya sulit dia akan keluarga karena rasa bukanlah sesuatu yang berada di dalam diri melainkan sesuatu yang menyatu dalam diri.

Ketika perasan itu muncul dari para pecinta yang bertemu dengan seorang kekasihnya, sebenarnya tidak ada yang tahu dari mana munculnya. Sehingga setiap dari kita selalu mencari dan menebak bahkan mencari alasan bahwa perasaan itu muncul dari mata ataupun dari indra yang lain menuju sanubari. Kita seakan-akan memberikan legitimasi bahwa perasan itu muncul dari mata ataupun dari indra yang lain. Padahal perasaan itu telah ada dengan kapasitas yang tidak pernah berkurang ataupun bertambah. Perasaan itu akan selalu berirama mengikuti irama hati dan pikiran kita sehingga posisinya selalu tarik menarik dari dua kutub tersebut.

Saat perasan itu telah berubah bentuk menjadi ‘cinta’ dan mulai tumbuh dalam sanubari setiap orang. Bukanlah perasan yang tak bertepi itu yang disesali, melainkan munculnya melalui pertemuan itulah yang disesali. Pertemuan akan menjadi penyesalan para pencinta karena pada setiap pertemuan akan melahirkan sebuah perpisahan.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id

Saat perasaan itu telah muncul kepermukaan terkadang kita kesulita untuk membenamkannya kembali. Demikianlah pertemuan Rama dengan sinta setelah Rama dapat menaklukan busur Ludra. Dari kemenangan tersebut, secara adat Sinta berhak disunting oleh Rama dan akan menjadi sebuah aib ketika seorang Rama menanggalkan niatnya untuk alasan yang lain. Lantas bagaimanakah perasaan Sinta kepada Rama saat mereka bertemu. Rama tidak punya alasan untuk tidak suka kepada Sinta demikian juga dengan Sinta yang harus pasif ketika ayahandanya akan menikahkannya dengan Rama putra Dasarata.

Ketika keduanya dipertemukan dalam sebuah istana Mithila Ramapun melihat kesempurnaan pada seorang Sinta yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Rama akan selalu berpikir bahwa kekasihnya akan menjadi orang yang sangat setia terhadap dirinya karena Sinta hanya mengenal dirinya. Demiian juga Sinta selalu berpikir Rama akan setia terhadap dirinya karena Rama tidak pernah melihat perempuan lain selain dirinya. Namun, ketika keduanya daling peradu pandang dan berbicara satu dengan yang lain, terlontarlah dari lisan Sinta tentang keraguan cinta Rama.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id

Bagaimana Rama dapat meyakinkan Sinta bahwa cinta yang diberikan kepadanya adalah sebuah ketulusan hati bukan dari nafsu yang muncul dari indranya. Inilah yang menjadi kesalahan Rama bahwa cintanya saat bertemu dengan Sinta bukan sebuah yang sejati melainkan sesuatu yang bercampur dengan birahinya. Agar perasaan itu kembali murni sangat wajar jika mereka berdua harus diuji di dalam hutan Dandaka dan Sinta harus rela diculik oleh Rahwana.

Semua peristiwa itu untuk mengembalikan dan memurnikan hati masing-masing bahwa sejatinya perasaan cinta itu bukan karena faktor fisik semata yang bisa hilang saat fisik tersebut berabah. Cinta itu adalah faktor kesamaan jiwa yang ditemukan dari hasil pengorbanan fisik dalam berbagai peristiwa. Sakit hati yang perasan yang selalu menyayat sejatinya adalah jalan untuk menemukan kebersihan hati sehingga yang didapatkan kelak bukan perasaan sayang semata melainkan perasaan kasin yang berada di atas segalanya.

Dari deskripsi ini ada beberapa hal yang perlu kita garis bawahi bahwa dalam keluaga yang sakinah, mawaddah, warohmah terdapat rasa yang selalu mengisi satu dengan lain. Bukan karena kesamaan belaka melainkan karena sebuah keserasian dan keharmonisan. Apabila kita mencari pasangan yang harus memiliki karakter sama, hal ini sebenarnya hal yang tidak mungkin. Namun, ketika mencari pasangan yang serasi hal itu akan menjadi kesempurnaan.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id

Kesempurnaan dan ketidakharusan kesamaan karakter ini ibarat aneka jenis alat gamelan. Semuanya memiliki bentuk dan bunyi yang berbeda. Semuanya tidak sama termasuk karakternya, akan tetapi ketika para pemain memainkannya dengan selaras, maka irama yang dihasilkan oleh gamelan akan menjadi irama yang sangat indah dan dapat membahagiakan siapa saja yang mendengarnya. Demikian juga dengan membina keluarga, keserasian dan keharmoniasan adalah akar dari kebahagiaan.

*)Penulis: Moh. Badrih, Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) FKIP UNISMA, Pengurus LP Maarif Kabupaten Malang, Pengurus Ponpes Tahfidz Al-Madani Malang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES