Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Tafsir Sastra Ramayana (2) Guru dan Rahasia Rama

Sabtu, 04 Juli 2020 - 14:38 | 136.63k
Moh. Badrih, Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) FKIP UNISMA, Pengurus LP Maarif Kabupaten Malang, Pengurus Ponpes Tahfidz Al-Madani Malang.
Moh. Badrih, Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) FKIP UNISMA, Pengurus LP Maarif Kabupaten Malang, Pengurus Ponpes Tahfidz Al-Madani Malang.
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Setiap guru memiliki catatan masing-masing terhadap seorang murid, baik dari pola pikir, sikap, dan perilakunya. Catatan penting seorang guru dan murid akan menjadi rahasia Sang guru dan selaku menjadi teka-teki untuk seorang murid. Guru akan mengarahkan murid menuju jalan yang terbaik untuk dirinya dan orang lain. Demikian juga seorang murid selalu berharap doa seorang guru untuk menapakkan kakinya dalam tilas daun kehidupan yang penuh dengan bentuk dan warna.

Seorang murid tak layak bertanya kepada guru tentang sesuatu yang dilakukan oleh guru kepada murid. Demikian juga guru menjaga etika untuk tetap merahasiakan segala hal yang diketahuinya mengenai murid, meskipun sang murid berharap penuh segala yang dilakukan oleh seorang guru disampaikan secara eksplisit kepada para murid-muridnya. Namun begitulah seorang guru sejati, setiap hal yang dia lakukan seakan-akan bertolah belakang dari rumus kehidupan yang normal sehingga simpulan kebanyakan orang kepada Sang guru bermacam-macam sampai klaim negatif.

Demikian juga ketika Maharesi Wismamitra memohon izin kepada Raja Dasarata untuk membawa kedua anaknya Rama dan Laksmana untuk ikut bersamanya. Saat Sang Maharesih berpamitan tidak ada alasan yang sangat kuat untuk membawa anak kesayangannya tersebut turut serta gurunya mengembara. Namun, perintah seorang Maharesi yang telah menghabiskan puluhan tahun untuk dharmabaktinya akan menjadi petaka jika keinginannya tidak dituruti.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id

Ketika Rama dan Laksmana dibawa mengembara oleh Maharesi Wismamitra, Raja Ayodya dan permaisuriya sangatlah sedih. Tidak sama perasaan tersebut dengan Rama dan Laksmana yang meinginkan berpetualan bersama gurunya. Dalam perlajanan banyak hal yang mereka pelajari dari seorang maharesi terutama tentang legenda Sungai Gangga yang sangat disucikan sampai saat ini. Pelajaran tersebut tentu rembulan yang terus bercahaya bagi Rama dan Laksmana, hingga mereka menjadi orang yang menaklukan para raksasa.

Dalam perjalanan menujut petapaan Resi Wismamitra mendapat kabar bahwa Raja Janaka dari Mithila mensayembarakan putrinya untuk dijadikan suaminya. Sayembara yang bisa dilakukan oleh para raja tersebut tidak biasa dari sayembara yang sudah umum. Kali ini sayembaranya ialah mengangkat busur Ludra yang merupaan busur terberat pemberian Bhatara Syiwa. Saat dikeluarkan dari tempatnya Ludra harus diangkut oleh kereta dengan delapan kuda. Raja Janaka mengumumkan siapa yang dapat mengangkat dan melengkungkan dan melepaskan anak panah dari busur tersebut akan menjadi suami Sinta.

Semua para pangeran dari berbagai negara tidak ada yang sangguh termasuk putra mahkota tetangga Kerajaan Mithila. Entah petunjuk dari mana, Maharesi Wismamitra menyuruh Rama dan Laksmana mengikuti sayembara tersebut. Setelah sampai di Kerajaan Mithila, Rama dan Laksmana langsung memberikan penghormatan kepada seluruh yang hadir termasuk kepada para resi yang ada di tempat tersebut. Setelah diberi izin untuk mengankat busur tersebut dan meminta bersetujuan Sinta. Rama mengangkatkat Ludra seperti mengangkat cangkir dari meja. Semua mata terbelalak dan beberapa saat kemudian ketika tali busur tersebut ditarik ke belakang busur tersebut patah dengan bunyi memekik seperti halilintar.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id

Peristiwa ini tentu menjadi sebuah pelajaran bagi kita terutama menganai makna kekuatan batin seorang guru tentang para muridnya. Sejatinya makna implisit dibalik cerita ini ialah bahwa, pertama kesejatian ilmu seorang murid kepada guru bergantung keikhlasannya bukan pada kecerdasaran murid semata. Kecerdasan intelektual hanya membangun pola pikir pengetahuan murid semata sementara kecerdasan emosional dan spiritual akan membangun karakter murid secara kompleks. Dua kategori yang terakhir sudah menjadi tradisi murid di pondok pesantren dalam melaksanakan tradisi takdzim kepada pra kiainya. Mereka mengutamakan berokah daripada yang lain.

Kedua, bahwa sebagian kekuatan laki-laki berada dalam aura wanita yang termediasi melalui pancaran perasaannya. Sebaliknya wanita hanya berhak perada dalam perlindungan laki-laki yang sangat bertanggung jawab. Kuaatan fisik dan psikologis, dan perasaan cintanya harus melebihi orang tua dari wanita tersebut sehingga saat anaknya diserahkan kepada pemuda yang akan menjadi pendampingnya orang tuanya tidak perlu khawatir akan keselamatannya.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id

Ketiga, busur adalah simbol para kesatria India yang selelu digunakan sebagai senjata andalan dalam perang. Busur adalah simbol tentang masa masa lalu dan masa depan kehidupan seseorang. Gagang busur adalah simbol dari kepribadian. Kekuatan gagang merupakan karakter yang tidak mudah digoyakan sementara tali pada busur adalah hukum kehidupan barang siapan yang hanya berlaku baisa-biasa saja maka hanya dapat mengantarkan busur setengah juga. Namun bagi siapa yang menghentakkan dengan kekuatan yang maksimal dan bidikan yang sempurna maka dia akan mendapatkan ketercapaian dari cita-citanya.

Bagi seorang pemanah sejati, busur adalah arah, konsekuensi, sekaligus kekuatan kometmen seseorang. Saat pembusur menarik benang busurnya dan membidik objek maka yang harus ada pada didikan matanya adalah titik objek yang menyatu dengan mata busur. Begitulah inti dari kehidupan setiap yang kita kehendaki harus dibidik sampai pada titik fokus sempurna sehingga keberhasilan itu dapat diraih.

Saat busur Ludra tersebut patah ketika ditarik oleh Rama maka setiap orang terkagum-kagum kepadanya, demikian juga dengan Sinta. Namun dibalik cerita ini, kalau kita menggarisbawahi narasinya. Kita akan menjadapatkan subuat gambaran bahwa apa yang dilakukan Rama adalah hal yang kurang baik karena melebihi hal yang harus dilakukan. Tentu hal ini akan menjadi simbol bagaimana narasi cerita Rama pada episode berikutnya.

Kerajaan Ayodya (Kota yang tidak dapat dikalahkan melalui perang) Raja Dasarata (air payas) dan Empat Istri Dewi Kausalya (Ibu Rama), Dewi Sumitra (Bharata), dan Kaikeyi (Lesmana dan Sastraguna).

Resi WIsmamitra (Resi Sangat Sakti) Raja yang pada suatu ketika datang kekediaman Resi Wasista dan Lembu Sabala (yang memberikan berbagai keinginan yang diminta oleh Resi Wasista).

INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Moh. Badrih, Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) FKIP UNISMA, Pengurus LP Maarif Kabupaten Malang, Pengurus Ponpes Tahfidz Al-Madani Malang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES