Kopi TIMES

Juni 2020, Bulan Kelabu Bagi PWNU Jatim

Jumat, 03 Juli 2020 - 10:01 | 206.60k
Bulan Kelabu Bagi PWNU Jatim.
Bulan Kelabu Bagi PWNU Jatim.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Selama Bulan Juni 2020 ini,  Pengurus Wilayah  Nahdlatul Ulama  Jawa Timur benar-benar berduka. Karena kehilangan  Enam Kader terbaiknya. Sehingga bisa saya katakan Bulan Juni lalu itu   bisa dikatakan Bulan Kelabu Bagi PWNU Jatim. 

Siapa saja empat orang itu,  pertama KH Masyhudi Muhtar (a’awan Syuriyah PWNU Jatim) wafat  Juni 2020, kedua , Dr H Eddy Suwito SH MH, Ketua Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum (LPBH) NU Jawa Timur  secara mendadak ( 23 Juni 2020) lalu.

Ketiga Gus H Wahid Mahfudz , Wakil Sekretaris  PW NU Jatim. Beliau wafat pada (27 Juni 2020).  Keempat, Dr Itas Pramono, MT (Wakil Ketua LPTM PWNU Jatim) wafat  28 Juni 2020, Kelima  KH Farihin Muhsan (Wakil Rais Syuriyah PWNU Jatim) asal Singosari Malang. Yang meninggal pada (29 Juni 2020). Ke kenam KH Agus M. Zaki Hadzik (Gus Zaki) Ketua Robithotul Ma’ahidil Islam NU Jatim, yang wafat pas Peringatan Hari Lahir Kepolisian Indonesia ke 74, yakni (1 Juli 2020).

Wafatnya enam  kader NU ini sangat mengagetkan saya. Lho mengapa saya kaget?
Karena dari enam kader yang baru wafat tersebut ada lima teman dan sahabat karib saya. Bahkan ada juga yang  saya akui sebagai  kiai  saya. Yakni KH Farihin Muhsan. Beliau jadi rujukan pertanyaan saya soal hasil bahtus masail diniyah. Maua tanya yang lain malu. La jujukan saya pasti ke beliau.

Yang pertama KH Masyhudi Muchtar. Saya kenal Cak Hudi, panggilan akrabnya. Sejak  beliau menjabat sebagai Sekretaris  PWNU Jawa Timur. Kebetulan saat itu saya bertugas sebagai jurnalis di Surabaya  dan hampir setiap hari ngepos di Kantor PWNU  yang masih berlokasi di Jl. Raya Darmo Surabaya. Hampir setiap hari kami diskusi tentang NU bersama beliau.

Orangnya ramah, tenang  dan sangat santun dengan semua orang. “Pak Kusnin. Tolong konco-konco wartawan besuk kumpul ya.. di aula atas. Kiai Hasyim mau ngendikan,’’ perintahnya suatu ketika.

Biasa bagi wartawan yang ngepos di PWNU kalau NU mau mengadakan pers rilis cukup memberi tahu kepada yang kebetulan udah di kantor. Biasanya kalau tidak saya dan Imam Ghozali Aro  wartawan Surya dan  Radio BBC London. Pemberitahuan disampaikan oleh  H. Romadhon  Sukardi, wartawan  Aula NU  Jatim. Kondisi itulah yang menjadikan saya dan Cak Hudi sangat dekat. Bahkan kepada semua wartawan yang ngepos di Kantor NU.

Kemudian Mas H. Edi Suwito adalah  sahabat saya ketika sama-sama menjadi pengurus PC Ansor Kediri. Kemudian dia aktif menekuni  duia bantuan hukum  atau pengacara. Maka tidak heran karena profesinya ini almarhum diamanati ketua Ketua LPBH NU Jatim. Sementara saya menekuni bidang  jurnalistik dan masih membantu Ansor dan Banser.
Karena dia menjadi loyer  maka belakangan ini jarang ketemu. Ketemu terakhir pas tumpengan memperingati Harlah NU Kantor PW Jatim di Surabaya. Sebelum ada Corona.

Kebetulan ketika itu saya juga diundang atas nama peserta Training Of Trainer (TOT) Madrasah Kader NU Jatim di Malang, mewakili ISNU Jatim. Usai acara aku ketemu almarhum dan ngobrol ngalor Ngidul, nostalgia saat ngurus Ansor danPKB Kediri. Termasuk juga membicarakan soal tanah aset NU Wonodadi  Blitar yang disrobot orang. Dia adalah salah satu pengacaranya NU.

“Alhamdulillah ndan. Kasus penyerobotan tanah aset NU di Wonodadi udah selesai,’’ katanya ketika itu.

Malam itu saya bersama dia pulang bersama. Karena memang rumah saya dan rumah almarhun  kalau dari Surabaya sejalur.Saya Udanawu, dia Keras. Malam itu  aku diantar sampai dirumah. Malm itu dalam perjalanan tidak tidur. Dia melanjutkan ngobrolnya. Khususya ketika aktif ngurus Ansor dan PKB.

”Wis ndan. Aku moh (tidak mau-red) ngurus politik lagi. Aku sudah tua.Aku akan murni berhidmah di NU saja. Semampu saya ndan,’’ kata mantan anggota Frkasi PKB, DPRD Kabupaten Kediri ini.

 “Wis aku seneng nyawang sampean. Sik eksis berjaung membantu membesarkan Ansor dan Banser. Tidak hanya di Jatim.Tapi tingkat  nasional juga. Wis aku tak membantu konco2 di Kecamatan Keras saja,’’ tambahnya.

Bahkan malam itu dia berjanji pesan seragam dan jaket Banser untuk anggotanya sekitar 22 stel.
Namun Alloh SWT berkehendak lain. Niat Kang Eddy Suwito untuk membantu membelikan seragam Banser belum terlaksana. Dia udah dipanggil kehariban-Nya.

Sedangkan dengan Gus Wahid Mahfudz, adalah sahabat  ketika sama-sama menjadi pengurus PW Ansor Jatim, periode Cak Choirul Anam (mantan ketua DPW PKB Jatim-red). Kebetulan saya dan beliau memiliki latar belakang yang sama sebagai jurnalis.

Beliau salah satu redaktur di Harian Surya. Saya sebagai wartawan Jawa Pos. Dia lebih senior dari saya.Namun demikian Gus asal Seblak Jombang ini  orangnya supel dan mudah bergaul dengan siapa saja. Awal ketemu dengan alumni Pascasarjana tehnik maritim di Technisce Universiteit Delft Belanda ini, ketika PW Ansor  Jatim mau menyelenggarakan Kemah Bhakti Banser di Glenmor Banyuwangi, sekitar tahun 1993 lalu.

Kebetulan saat itu aku masuk di departemen pengembangan dan Banser PW Ansor Jatim. Maka sekaligus saya bersama sahabat-sahabat yang lain didapuk mejadi panitia pelaksana. 
“Mas Kusnin sampean masih di JP ya. Tepak Wis. Nanti pas acara di Banyuwangi ditulis sekalian ya acaranya,’’ ujar Gus Wahid ketika itu.

Dari situlah hubungan saya terus terjalin. Hingga sampai Gus Wahid Mahfudz menjadi pengurus PSSI dan yang terakhir menjadi Direktur PT Petrogas Jatim Utama. Saya masih sempat kontak-kontakan  dengan beliau. Pertemuan lebih akrab lagi kalau ada momentum acara NU wilayah, maupun nasional.

Lalu dengan Dr Itas Pramono, MT (Wakil Ketua LPTM PWNU Jatim), wafat  28 Juni 2020, saya kenal tapi tidak begitu dekat. Hanya kenal sebagai sesama warga nahdliyin saja. Karena, beliau termasuk orang baru dijajaran kepengurusan lembaga NU Jatim.
Kalau dengan KH Farihin Muhsan, saya kenal karena sering menjadi anggota Tim Bahtsul Masail Diniyah di acara-acara NU.

Beberapa kali saya ketemu terus kenal.Misalnya diarena bahtsul masa’il  NU tersebut ada keputusan yang saya belum faham saya mendekat kebeliau dan langsung tanya. Dan langsung dijelaskan sampai tuntas termasuk kitab rujukan yang dipakai.

Selanjutnya  dengan  KH Agus M Zaki Hadzik (Gus Zaki) Ketua Robithotul Ma’ahidil Islam  NU Jatim. Saya kenal beliau sudah lama. Cuma jarang ketemu karena kesibukan masing-masing. Saya sering kelaur kota  dan beliau sibuk mengurus pesantrennya. Cuma kalau saya pas berkunjung ke H Mohammad Tamunajad saudara  di Tebuireng, biasanya saya samampir.

Kadang ketemu kadang tidak. Awal ketemunya beliau masih kecil dikenalkan oleh Gus Ishom Hadzik (almarhum). Dulu saya dan  Gus Hishom sangat dekat. Ketika beliau masih di Kediri. Karena sering diskusi soal Ansor dan NU. Bahkan, saya bersama konco2 Ansor Kabupaten dan Kota Kediri mengandidatkan cucu Kiai Hasyim As’ary itu sebagai Ketua PW Ansor Jatim. Rencana itu terhenti. Gara-gara Gus Ishom, aktif di parpol.

Dari Gus Ishom inilah awal saya kenal dengan Gus Zaki. Namun saat itu Gus Zaki masih pulang pergi ke pesantren. Karena masih mondok  di Asembagus Situbondo. Setelah pulang dari mondok itulah saya akrab kembali. Apalagi setelah almarhum menjadi Ketua RMI NU Jatim. Padahal tugas berat sebagai ketua RMI sudah menghadangnya. Yakni kembalinya ratusan ribu santrai ke pesantren di Jatim.

Saya berdoa semoga PWNU Jatim segera memperolah pengganti beliau-beliau tersebut. Sehingga program-program yang telah dirancang tetap  berjalan dengan baik dan lancar.
Saya  bersaksi bahwa beliau-beliau ini orang baik dan sholeh. Semoga Alloh SWT mengampuni semua dosa-dosanya dan menerima amal baiknya serta dimasukkan dalam surga Nya yakni di Jannatin Na’im. Aamiin-aamiin  Yarobbal Aalamiin. (*)

*) Penulis adalah Imam Kusnin Ahmad SH. Ketua PC ISNU Kabupaten Blitar. Editor ahli TIMES Indonesia.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Imam Kusnin Ahmad
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES