Peristiwa Daerah

Kisah Rama Philips, Mantan Pemulung yang Kini 'Memulung' Lansia

Kamis, 02 Juli 2020 - 15:22 | 82.33k
Suasana Panti Dhuafa Manula Ponorogo yang diurus oleh Rama Philips. (Foto: Rama Philps)
Suasana Panti Dhuafa Manula Ponorogo yang diurus oleh Rama Philips. (Foto: Rama Philps)

TIMESINDONESIA, PONOROGO – Pria berambut gondrong itu bernama Rama, namun karena profesinya sebagai seorang tukang servis lampu kini banyak orang menyebutnya dengan Rama Philips. Pernah berprofesi sebagai seorang pemulung, karena keikhlasan hatinya kini ia telah 'memulung' lansia.

Kepada TIMES Indonesia pria yang kini memiliki panti dengan 104 orang lansia itu bercerita, awal mulanya pada 2015 silam saat dulu bekerja serabutan dan juga menjual batu akik, ia melihat lansia di salah satu pasar Ponorogo menjadi kuli panggul.

"Akhirnya saya amati, dia membawa tas ternyata tas itu isinya baju, tidurnya di belakang warung, saya ajak ngobrol , saya ajak minum teh ngobrol ngalor-ngidul, akhirnya beliau mau saya ajak pulang ke kontrakan saya," ujar Rama, Kamis (2/6/2020)

Suasana-Panti-Dhuafa-b.jpg

Sembari menyeruput kopinya yang panas, Rama melanjutkan ceritanya. Karena beberapa kendala, ia kemudian mengontrak rumah lagi hanya untuk menampung lansia tersebut. Seiring berjalannya waktu 8 bulan awal, ia telah menampung 8 orang lansia dalam satu rumah kontrakan.

Tak dibantu oleh siapapun, hanya bersama sang istri, ia dengan sabar merawat 8 orang lansia tersebut. Padahal penghasilan masih belum jelas pada waktu itu, istri yang masak dan Rama yang memandikan.

"Seiring berjalannya waktu saya ada tabungan. Kebetulan waktu itu ada yang nawari rumah kosong sudah 20 tahun. Yang namanya kosong jadi lumut nempel di dinding, dan Alhamdulillah waktu itu saya beli harganya lumayan miring, saya renov, saya bersihkan pelan-pelan," ungkapnya saat berkunjung di Dinas Sosial Jawa Timur.

Kini setiap lansia terlantar yang ia temukan, selalu ia bawa ke panti yang ia namai 'Panti Dhuafa Manula Ponorogo'. Bahkan ketika ia melihat di media sosial ada lansia terlantar di manapun tempatnya. ia akan menjemput mereka.

Karena yang ia rawat adalah lansia dengan usia 70 sampai lebih dari 100 tahun, tentunya setiap saat ada penghuni panti yang meninggal. Bahkan dalam satu hari ia pernah memakamkan 3 sampai 4 orang lansia yang ia rawat.

"Jadi sehari semalam itu pernah menguburkan 3 sampai 4 orang. Pernah 2 bulan itu 26 jiwa meninggal. Tapi Alhamdulillah punya pemakaman sendiri. Sebenarnya tidak luas cuma 24 kali 8 meter. Beli sendiri. Waktu itu saya buka kotak amal, awalnya tawar Rp 40 juta jadi Rp 20 juta," terangnya.

Saat ditanya, apa motvasinya membantu para lansia, pria yang kini juga bekerja sebagai travel itu mengatakan tak ada niat lain selain ingin membantu lansia di akhir hidupnya. Dalam mengurus logistik panti ia juga dibantu oleh beberapa donatur.

kisah-rama-philps.jpg

"Ya saya hanya ingin memanusiakan manusia, Alhamdulillah dalam perjalanan saya selama ini, banyak sekali kemudahan-kemudahan yang diberikan," jelas Rama

Karena keikhlasannya, Rama Philips yang dulu pemulung kini telah memiliki rumah sendiri denga kondisi yang baik serta memiliki mobil pula. Bahkan ia juga mampu menurunkan ilmu baiknya kepada para pengurus lansia di panti untuk mengikuti jejak baiknya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Ponorogo

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES