Peristiwa Daerah

Budidaya Bawang Putih Alternatif Ketahanan Pangan Banjarnegara Utara

Kamis, 02 Juli 2020 - 14:37 | 61.18k
Slamet wakil rakyat yang sukses bertani bawang putih. (FOTO: Muchlas Hamidi/TIMES Indonesia)
Slamet wakil rakyat yang sukses bertani bawang putih. (FOTO: Muchlas Hamidi/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANJARNEGARABudidaya bawang putih di wilayah Banjarnegara Utara, Jawa Tengah bisa menjadi tanaman alternatif yang memiliki nilai ekonomis.

Disamping harga cukup memandai, tanaman ini cocok di tananam di daerah ketinggian lebih dari 1200 di atas permukaan laut (dpl) seperti sejumlah wilayah di Banjarnegara Utara.

Benarkah? TIMES Indonesia, Rabu (1/7/2020) sempat berbincang - bincang dengan Slamet asal Desa Sampang Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara.

Tani-bawang-putih-b.jpg

Ia termasuk petani yang mengawali mengembangkan bawang putih di wilayah Karangkobar dan sekitarnya tiga tahun yang lalu.

Kini Slamet sudah memiliki sedikitnya 400 petani binaan tersebar di Kecamatan Karangkobar, Kalibening, Wanayasa dan Batur. Lahan pertanian bawang putihnya sekitar 200 hektar.

Untuk menjual hasil pertaniannya, Slamet dan petani binaannya tidak mengalami kesulitan karena telah bermitra dengan sejumlah perusahaan besar holtikultura di Jakarta.

Slamet yang kini duduk di kursi legislatif/ DPRD Banjarnegara dari fraksi Demokrat menyampaikan sebelumnya merasa gamang untuk mengembangkan bawang putih.

Namun setelah mencoba dan hasilnya bagus ia terus berinovasi.  Diantaranya dengan tumpang sari dengan sayuran seperti kol dan cabai.

Kenapa Slamet melakukan diversifikasi pada tanaman bawang putihya?  Karena ia tidak ingin ada resiko  kerugian pada petani binaannya. "Alhamdulillah kita dapat efisiensi lahan, tenaga dan pupuk untuk dua - tiga jenis tanaman sekaligus," katanya.

Tani-bawang-putih-c.jpg

Slamet menambahkan, kesulitan utama yang dihadapi petani adalah  mendapatkan pupuk subsidi. Oleh karena itu ia meminta pemerintah atau dinas terkait intens mengawasi  distribusi pupuk.

Pemerintah juga harus memperhatikan hulu dan hilir. "Yang terjadi sekarang ini, petani banyak berspekulasi dengan mengeluarkan modal tinggi untuk bercocok tanam. Tapi manakala panen harga rendah. Kenapa terjadi? Salah satunya kebijakan impor dari  pemerintah pusat. Ini mustinya yang harus didengar oleh stake holder di atas,"  papar Slamet.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES