Begini Cara Mengelola Dampak Psikologis Masyarakat yang Tak Jadi Berangkat Haji

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Pengelolaan dampak psikologis untuk para calon jamaah haji yang gagal berangkat sangat perlu dilakukan. Hal ini merupakan salah satu langkah untuk menghindari down psychology yang mungkin terjadi pada mereka yang gagal berangkat ibadah haji. 

Bagi mereka yang sudah lama menunggu waktu keberangkatan haji dengan bersusah payah mengumpulkan uang untuk berangkat. Apabila belum diperkenankan untuk berhaji tahun ini maka apabila niat tersebut tetap dipegang akan menjadi sebuah ibadah.

Menyoal haji tahun 2020 atau 1441 H, Arab Saudi dan pemerintah Indonesia melakukan pembatasan keberangkatan haji dari negara diluar Arab Saudi. Peluang untuk berangkat haji bagi para calon jamaah Indonesia memang sangat kecil namun tetap ada hikmah yang bisa dipetik dari kejadian ini. Beberapa hal bisa dilakukan untuk menjaga psikologi kita menjadi baik.

Untuk membuat psikologi menjadi baik ada tiga hal yang harus diterapkan oleh para calon jamaah haji yang gagal berangkat di tahun ini, diantaranya adalah sebagai berikut. 

1. Bahwa haji itu adalah panggilan Allah kepada hamba yg terpilih. Sekalipun sudah dipersiapkan bekal dan semua yang diperlukan lainnya. Kehendak Allah ini adalah hikmah tersendiri. Kesabaran dan kepatuhan merupakan bagian yang terpenting, terutama dalam menjaga niat dalam tenggang waktu setahun. Selama niat belum dibatalkan maka tetap dicatat sebagai ibadah tersendiri sampai bisa dituntaskan dalam pelaksanaan haji pada tahun yang akan datang.

2. Niat ini menjadi awal dan sekaligus penentu dari ibadah. Definisi niat menurut Imam Syafi'i yaitu berkehendak sesuatu yang disertai perbuatan. Dalam hadits Rasulullah SAW niat hamba Allah yang beriman (mukmin) lebih baik dari amalperbuatannya. Keutamaan niat ini mempunyai nilai ibadah tersendiri. Jika berniat baik dan belum terlaksana perbuatannya sama Allah tetap diberi pahala dicatat sebagai kebaikan. Apabila berniat tidak baik maka belum dicatat oleh Allah sebagai dosa sebelum melaksanakan niat yang tidak baik itu dan jika dibatalkan niat tidak baik karena Allah maka akan berubah jadi pahala dan.dicatat sebagai amal kebaikan. Inilah yang dimaksud sesuangguhnya rahmat kasih sayang Allah lebih luas dari murkaNya.

3. Para calon jamaah, peluang haji tetap terbuka sehingga selama dalam tenggang waktu penundaan dapat melakukan persiapan yang lebih baik. Sekalipun misalnya ditentukan belum diberikan kesempatan melaksanakan ibadah haji karena faktor Kesehatan atau umur. Selama sudah berniat maka tetap sempurna Islamnya dengan melakukan rukun Islam yang ke lima yaitu ibadah haji dengan cara dibadalkan atau digantikan oleh orang lain yang dikenal dengan istilahnya Badal haji. Namun badal haji ini ada syarat dan ketentuannya yang harus dipenuhi.

4. Bahwa bekal ibadah haji itu setelah diniatkan maka oleh Allah diangkat sepadan dengan harta buat jihad fi sabilillah. Oleh karena itu sebaiknya harta yang sudah disetorkan buat ibadah haji tidak sampai ditarik atau digunakan pada keperluan yang lain dan waqofkan saja karena Allah meski yang menikmati dirinya berhaji. (*)

***

Oleh H. Roisuddin Bakri, S.Ag, M.Si selaku Pelaku Bisnis Umroh Dan Travel serta Komisaris PT. Cahaya Kubah Mulia Wisata

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement