Kesehatan

Cabut Gigi Bisa Buta, Mitos atau Fakta? Ini Penjelasan Dokter Gigi Muda Catherine

Senin, 29 Juni 2020 - 12:13 | 237.63k
Dokter Gigi Chatherine Swasti Ambarini. (Foto: Catherine for TIMES Indonesia)
Dokter Gigi Chatherine Swasti Ambarini. (Foto: Catherine for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PALEMBANG – Kabar cabut gigi bisa membuat mata buta mungkin sudah tersebar luas di masyarakat. Namun masyarakat belum tahu, apakah itu merupakan fakta atau hanya mitos belaka.

Menurut Dokter Gigi Muda Catherine Swasti Ambarini, pencabutan gigi merupakan pilihan terakhir apabila gigi tidak dapat dilakukan perawatan apapun.

"Ada juga perawatan tertentu yang kadang memang mengharuskan gigi untuk dicabut, misalnya seperti perawatan ortho atau pada gigi yang mengalami impaksi,"ujar Presenter News TV di Palembang ini, Senin (29/6/2020).

Eks Bujang Gadis Kampus (BGK) mengatakan gigi yang tinggal menyisakan sisa akar juga harus dicabut. Mencabut gigi tidak serta merta langsung bisa dicabut begitu saja, ada faktor-faktor yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan.

"Pada gigi yang terasa sakit, tentu tidak bisa dilakukan pencabutan karena rasa sakit tersebut menandakan bahwa infeksi sedang terjadi,"terang Catherine.

Oleh karena itu lanjutnya, biasanya dokter gigi memberikan obat penghilang rasa sakit dan antibiotik terlebih dahulu sebelum pencabutan gigi. Hal yang perlu diperhatikan sebelum pencabutan gigi adalah Riwayat Kesehatan pasien.

"Pasien yang memiliki penyakit hipertensi/tekanan darah tinggi, diabetes melitus, jantung, tidak dapat dilakukan pencabutan gigi sebelum penyakit tersebut dikontrol," ungkapnya. 

Catherine menjelaskan pada pasien hipertensi atau tekanan darah tinggi, ada resiko terjadi pendarahan setelah pencabutan gigi.

"Sedangkan pada pasien diabetes mellitus, memiliki kadar gula darah tinggi, ada resiko luka sulit sembuh. Karena itu, K=ketika mencabut gigi dikhawatirkan luka tersebut sulit sembuh, sehingga menyebabkan infeksi. Maka dari itu, untuk pasien dengan kondisi tersebut harus berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter spesialis penyakit dalam sebelum mencabut gigi," ujarnya.

Catherine menambahkan sistem saraf manusia terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer atau tepi. Saraf yang mempersarafi gigi merupakan salah satu bagian dari system saraf tepi. Dalam sistem saraf tepi ada yang disebut dengan saraf trigeminus.

"Saraf trigeminus ini memiliki 3 percabangan, percabangan pertama menuju ke mata, percabangan ke-2 menuju ke rahang atas, dan percabangan ke-3 menuju ke rahang bawah," ujarnya.

Menurutnya, percabangan tersebut memiliki jalur yang berbeda antara mata dengan gigi. Sehingga tidak ada pengaruh antara mencabut gigi dan menyebabkan kebutaan pada mata. 

"Komplikasi dan trauma pasca cabut gigi mungkin saja terjadi, misalnya seperti rasa sakit, pembengkakan, pendarahan, fraktur, dry socket. Maka dari itu, faktor kesehatan pasien perlu diperhatikan supaya tidak terjadi komplikasi ataupun trauma pasca pencabutan gigi," ujar Dokter Gigi Muda Catherine Swasti Ambarini(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : TIMES Palembang

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES