Kopi TIMES

Glokalisasi Obyek Pariwisata, Peluang Menantang di Era New Normal

Minggu, 14 Juni 2020 - 23:19 | 147.66k
Dr. Arie Wahyu Prananta, SPi.,MSos. Dosen FISIB-Program Studi, Universitas Trunojoyo Madura.
Dr. Arie Wahyu Prananta, SPi.,MSos. Dosen FISIB-Program Studi, Universitas Trunojoyo Madura.

TIMESINDONESIA, BANGKALAN – Bangkalan - Industri pariwisata di Indonesia mampu menyumbang devisa cukup optimal. Target pada tahun 2019 lalu ditetapkan 20 miliar dollar AS atau setara Rp 2,8 triliun (1 dollar=Rp 14.000). Indonesia ternyata mampu mencapainya 75% dari target tersebut hanya dengan dengan kurun waktu satu tahun saja.

Artinya, sektor industri pariwisata Indonesia sangat menggeliat dan menjanjikan sekali. Apalagi di akhir tahun 2019, Indonesia mencatatkan dirinya sebagai 9 negara yang memiliki destinasi wisata terbanyak dikunjungi wisatawan asing.

Meski pandemi Covid-19, menghancurkan prestasi industri pariwisata. Namun Covid-19 tak menghancurkan potensi besar pariwisata Indonesia. Pandemi kali ini hanya memaksa pelaku pariwisata melakukan adaptasi besar.

Yang bisa dilakukan saat ini adalah menarik kembali busur panah sekuatnya ke belakang. Lalu bidik busur panah tersebut dengan tepat ke sasaran lain dengan tepat pula.

Meminjam istilah R. Chambers: "Putting the Last First". Pelaku industri pariswisata sudah harus mulai melakukan paradigm shift dalam proses adaptasinya. Mengubah cara pandang lamanya dalam mengadaptasi perubahan akibat pandemi ini. Bahwa kekuatan lokal lah yang mampu menundukkan kekuatan global. Bukan sebaliknnya.

Tak salah kalau glokalisasi obyek wisata kini jadi sebuah konsep atau tawaran baru dalam mengelola dan mengembangkan industri pariwisata yang ada dan yang akan ada kemudian.

Putting the last first dalam konteks glokalisasi bisa bermacam cara dan bentuk kebijakannya. Intinya, menguatkan kembali budaya lokal dan SDM lokal sebagai titik dan fokus penting dalam sistem kepariwisataan lokal dalam menjaga keberlanjutan dan kesinambungan sebuah obyek pariwisata.

Bila serius untuk mendorong konsep Glokalisasi ini, apa yang harus dilakukan?

Mengangkat lokalitas destinasi wisata di tingkat global membutuhkan langkah awal yang strategis. Langkah awal yang paling penting adalah mempersiapkan pemetaan secara detail destinasi wisata di tingkat lokal yang ada. Baru kemudian dilanjutkan dengan langkah dan strategi yang lain.

Pemetaan itu meliputi bentang alam, siapa yang akan mengelola, bentuk pengelolaan seperti apa, bagaimana peran serta masyarakat lokal dalam mengelola hal tersebut. Lalu apakah membutuhkan kelembagaan lokal baru dalam mengelola pariwisata yang ada?

Menurut penulis, tidak perlu lagi membangun sebuah kelembagaan baru. Mengoptimalkan lembaga yang sudah ada, jauh lebih efektif dari pada melahirkan sebuah lembaga baru. Optimalkan Bumdes dan Pokdarwis dalam mengelola wisata lokal dengan semangat lokal di daerah masing-masing.

Dua kelembagaan ini harus hadir dan mampu mengoptimalisasi dan memberdayakan warganya serta professional dalam melihat potensi dan peluang lokalitas pariwisata yang yang ada.

Glokalisasi akan mendorong pelaku pariwisata untuk tak lagi menyontoh cara Disney dan obyek pariwisata global lain untuk jadi pemenang.

***

*) Penulis: Dr. Arie Wahyu Prananta, SPi.,MSos. Dosen FISIB-Program Studi, Universitas Trunojoyo Madura

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES