Kopi TIMES Universitas Islam Malang

'Singa' Lokal Pro Rakyat

Kamis, 11 Juni 2020 - 11:28 | 40.06k
Abdul Wahid, Dosen Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Malang (UNISMA) dan penulis buku hukum dan agama.
Abdul Wahid, Dosen Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Malang (UNISMA) dan penulis buku hukum dan agama.
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – ”Orang yang berbohong itu senantiasa ingin melarikan diri, sedangkan tiada seorang pun yang mengejarnya. Sedangkan orang yang benar itu berani seperti singa”, demikian pernyataan Goethe, yang mengingatkan setiap pilar negara (pemerintahan) supaya tak mengajak masyarakat atau kelompok kritis untuk melakukan dan menyebarkan kebohongan.

Logis kalau Goethe menempatkan orang yang memegang teguh dan memperjuangkan kebenaran sebagai sosok pemberani seperti singa, pasalnya kebenaran yang disampaikan atau diinformasikannya bisa membuat orang lain gemetaran dan tak berdaya akibat kejelekan atau berbagai boroknya diketahui dan diwacanakan orang lain.

Mencari singa sejati di masyarakat atau di tubuh pemerintahan, dari waktu ke waktu semakin sulit atau langka. Singa ini tidak mudah ditemukan akibat dilindas oleh membanjirnya sosok manusia atau elemen elitis bangsa yang gencar dan gemar menyebarkan kebohongan dan mengajak melawan atau memboikot kebenaran.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id

Yang mudah terbaca adalah dominasi keinginan ”asal” bisa menjadi penguasa, atau memenangkan pertarungan politik yang bisa mengantarkan menduduki kursi empuk di level lokal. Soal bagaimana urusan kesejatian rakyat diperhitungkan belakangan atau bahkan barangkali tidak perlu menjadi perhatian seriusnya. Kondisi inilah yang membuat mudahnya membaca mentalitas elitis rezim seperti singa pro rakyat menjadilangka atau susah ditemukan.

Siapapun pemimpin daerah atau para kandidat di pilkada Desember 2020 nanti yang berani menyuarakan kebenaran dan menunjukkan ”borok-borok” yang diniscayakan menjadi penyebab rapuhnya pemerintahan, layak mendapatkan dukungan, atau tidak boleh dibiarkan sendirian melawan ”tiranis” gaya baru.

Siapapun pimpinan daerah yang berusaha membangun rezimnya supaya menjadi  rezim yang kuat atau berupaya keras mewujudkan  sumberdayanya, apalagi di era pandemi Covid-19 ini yang benar-benar pro rakyat”,  maka rakyat dari etnis atau ras dan klas  manapun, berkewajiban mengawalnya.

Meski sekarang eranya terkenal dengan perlawanan melawan atau berdamai dengan Covid-19, tetapi soal perburuan kekuasaan di kalangan elitis dan tim pendukungnya tetap sangat tinggi. Mereka gunakan berbagai pola atau cara yang dikalkulasi bisa mendatangkan dukungan riil pada saat perhelatan pesta demokrasi digelar.

”orang-orang kita” memang terbaca sangat bersemangat tinggi saat menghadapi pesta demokrasi. Mereka terkesan menjadi kurang serius menghadapi Covid-19 atau pengaplikasian makna era new normal daripada perhelatan pesta demokrasi lokal. Kekuasaan di level lokal lebih menjadi magnet yang menarik (lebih menantang) dibandingkan mengurus serius Covid-19.

Para elite kekuasaan, punggawa,  atau politisi bermental oportunis dan kriminalis, yang selama ini bisa mengail keuntungan besar dari ”segala sumberdaya daerah”, tentulah akan berusaha merecoki atau menciptakan banyak duri supaya penyelenggaraan kekuasaan yang bermental sehat, tetap dibelit berbagai penyakit, sehingga gagal menjalankan misi kerakyatan dan kebangsaan.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id

Selama ini, penyelenggaraan kekuasaan di daerah masih demikian rentan ”bersahabat” dengan praktik-praktik penyelenggaraan kekuasaan yang tidak sehat, alias berpenyakitan korupsi. Nyaris tiada hari tanpa pemberitaaan tentang dugaan penyalahgunaan kekuasaan atau malapraktik anggaran yang dilakukan oleh pemimin daerah atau mesin-mesin pemerintahan lokal.

Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna.”  demikian  Albert Einstein mengingatkan, bahwa siapapun mesin di negeri ini, jalan utama yang idealnya ditempuh bukanlah membungkam setiap suara-suara kebenaran yang diinformasikan oleh media, tetapi membebaskan media menjalankan peran positip kesejarahannya, sebagai pengabdi militan, dan bukan pembentuk pribadi zombi layaknya budak belian.

Menjadi penguasa yang berguna bagi rakyat di era pandemi Covid-19 atau pengisi sejati era new normal inilah yang sekarang dibutuhkan. Pilkada 2020 ini diidealisasikan bisa menghadirkan banyak ”singa” yang benar-benar pro rakyat, dan bukan rakyat yang sebatas dikondisikan sebagai konstituen yang bisa pro dirinya.

Rakyat sekarang sangat membutuhkan peran positip kreatifnya dan bahkan sangat militannya guna mendampingi secara emprik perjalannnya dalam menghadapi berbagai perubahan yang terjadi sepanjang pandemi Covid-19. Rakyat bisa saja diminta menggunakan hak pilihnya untuk mewujudkan demokrasi lokal yang berbasis kerakyatan, tetapi rakyat juga sangat membutuhkan kehadiran  sosok pemimpin yang berani ”mewakafkan” hidupnya guna menjawab (mewujudkan)  aspirasinya.

Gunanya apa ada pesta demokrasi, kalau rakyat tidak bisa menikmati perubahan atau pencerahan dalam kehidupanya. Gunanya apa ada pemerintahan baru, kalau tidak bisa menghadirkan banyak pembaruan dalam kehidupan rakyat.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Abdul Wahid, Dosen Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Malang (UNISMA) dan penulis buku hukum dan agama.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES