Kopi TIMES

Pancasilais: Gelora Kampung Tangguh di Bulan Bung Karno

Sabtu, 06 Juni 2020 - 14:01 | 56.14k
Ir R Agoes Soerjanto, Wakil Ketua Umum PP GM FKPPI dan Koordinator Posko Malang Bersatu Lawan Corona (MBLC).
Ir R Agoes Soerjanto, Wakil Ketua Umum PP GM FKPPI dan Koordinator Posko Malang Bersatu Lawan Corona (MBLC).

TIMESINDONESIA, JAKARTA“Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia.”

Kalimat tersebut diungkapkan oleh Presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno atau yang populer disebut Bung Karno. Tokoh yang satu ini, hingga saat ini, masih terus menggelora dan membekas di ingatan rakyat Nusantara, rakyat NKRI atau rakyat Indonesia. Bung Karno diingat rakyat bukan hanya karena sosok yang berpengaruh dilevel dunia. Bukan hanya karena menjadi pelopor dan komandan atas diraihnya kemerdekaan bangsa ini. Tapi ia adalah yang sukses menyatukan kaum nasionalis dan religius yang melahirkan Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia. Jiwa Pancasilais menjadi warna NKRI.

Sosok Soekarno kecil yang lahir dari pasangan Raden Sukemi Sosrodiharjo dan Ida Ayu Nyoman Rai Srimben, memang suka menjelajah dari daerah satu ke daerah lainnya di Indonesia. Ayah Bung Karno suka berpindah-pindah tempat untuk menyebarkan ilmu yang dimilikinya. Karena menyandang sebagai guru di Sekolah Rakyat (SR) pada zamannya.

Setelah lama bertugas menjadi guru di Singaraja, Bali, ia dipindahtugaskan ke Kota Surabaya sebagai guru di Sekolah Rakyat Sulung pada tahun 1990. Ketika ditugaskan di Surabaya, Ida Ayu Nyoman Rai Srimben, sang istri, tengah mengandung. Hingga akhirnya lahirlah Soekarno, di rumah dan lingkungan yang sederhana.

Sosok Soekarno kecil, lahir di Jalan Pandean IV No 40, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya pada tanggal 6 Juni 1901. Pada bulan kelahirannya itulah, saat Bung Karno besar, dewasa, menjadi tokoh dunia, banyak mengeyam pendidikan dan pengalaman di berbagai dunia, ia bersama tokoh nasonalis dan religius, sukses merumuskan ideologi Indonesia. Kemudian lahirnya Pancasila, yang diterima semua rakyat Indonesia. 

Akhirnya, pada setiap 1 Juni, diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila. Tak hanya itu, bulan Juni merupakan bulan kelahiran sang proklamtor, Ir Soekarno, tepatnya 6 Juni 1901 di Surabaya.

Mengapa Juni disebut bulan Bung Karno? Karena ada banyak peristiwa yang luar biasa di bulan Juni. Pancasila lahir di bulan Juni. Bulan Juni juga Bung Karno wafat, pada Minggu 21 Juni 1970, di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta.

tak hanya itu, bulan Juni juga menjadi momentum penting bagi NKRI dan rakyat Indonesia. Karena 1 Juni juga hari Anak-anak Sedunia, 1 Juni menjadi Hari Susu Nusantara, 3 Juni menjadi Hari Pasar Modal Indonesia, 5 Juni diperingati sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia, 8 Juni menjadi Hari Laut Sedunia, 15 Juni diperingat menjadi Hari Demam Berdarah Dengue ASEAN, 17 Juni menjadi Hari Dermaga, 21 Juni adalah Hari Krida Pertanian.

Tak selesai disitu. Pada bulan Juni, tepatnya 24 Juni, rakyat Indonesia juga memperingati diperingati Hari Bidan Nasional dan pada 26 Juni ditetapkan menjadi Hari Anti Narkoba Sedunia serta pada 29 Juni diperingati sebagai Hari Keluarga Berencana.
Pada tahun 2020 ini, tepatnya pada bulan Juni, NKRI sedang dilanda pandemi Covid-19. Namun seluruh rakyat Indonesia tetap tegar menghadapinya. semua pihak terus bergerak mencari solusi dan terus bangkit untuk mengakhiri masa pandemi ini. Di bulan kelahiran Bung Karno ini, bangkit dan menggelora jiwa Pancasilais disertai gerakan gotong royong dari semua pihak. Baik  dari akademisi, relawan pandemi Covid-19, TNI dan Polri serta rakyat jelata untuk bebas dan merdeka dari masa pandemi.

Sekelompok akademisi, para profesor dan doktor, TNI dan Polri serta para relawan yang berbakti untuk NKRI, melahirkan ide dan solusi cemerlang untuk mengatasi masa pandemi. Yakni sukses melahirkan dan merealisasikan gerakan Kampung Tangguh untuk meminimalisir peredaran virus Covid-19 yang melanda negeri ini.

Lahir Kampung Tangguh. Menggelora di Bhumi Arema hingga menjamur menjadi gerakan di bumi kelahiran Bung Karno. Gerakan Kampung Tangguh ini, kini terus menjadi gerakan bersama dan akan digerakan di negeri tercinta Indonesia.

Kampung Tangguh di Bulan Bung Karno

Kampung Tangguh lahir dengan landasan filosofi jiwa gotong royong yang dilahirkan Bung Karno. Bergerak bersama, untuk membentengi tujuh ketangguhan warga di tengah Pandemi. di Kampung Tangguh lahir sikap tangguh disektor Sumber Daya Manusia (SDM), tangguh Pangan, Psikologi, Informasi dan komunikasi, tangguh budaya, kesehatan dan tangguh disektor keamanan.

Pada bulan Juni 2020 ini, semua pihak, mulai dari pemerintah hingga rakyat, saatnya bergotong royong menata kemandirian untuk menghadapi kehidupan baru atau yang disebut dengan new normal. Bersatu padu kita normalkan tujuh prinsip yang ada dalam kampung Tangguh tersebut.

Terutama, menormalkan dan bahkan meningkatkan disektor ekonomi untuk kesejahteraan rakyat. Mengenang apa yang disampaikan Bung Karno, bahwa jangan sampai NKRI ini menjadi bangsa tempe. Bung Karno dalam pidatonya mengatakan, "Jangan jadi bangsa Tempe". Hal itu sebenarnya untuk memotivasi bangsa Indonesia agar tidak diinjak-injak oleh bangsa lain.

Merujuk pada istilah tersebut, akhirnya, Forum Tempe Indonesia, menetapkan Hari Tempe sedunia, tepat di Hari Kelahiran Bung Karno, yakni 6 Juni. Jangan jadi bangsa tempe yang dimaksud oleh Bung Karno itu adalah merujuk pada proses pembuatan tempe yang diinjak-injak untuk melepaskan kulitnya sebelum difermentasi. Bangsa Indonesia jangan jadi bangsa tempe yang diinjak-injak oleh bangsa lain. Harus terus bangka dalam kondisi apapun.

Bangsa Indonesia tak boleh kalah dengan tempe yang saat ini sudah menjadi salah satu makanan khas Indonesia yang kini tengah mendunia. Tempe kini sudah menjadi salah satu pangan sehat warisan bangsa Indonesia yang diakui dunia. Sejarah sendiri mencatat bahwa tempe menjadi bagian dari budaya Jawa yang memiliki manfaat bagi kesehatan.

Tepat pada 2013, Forum Tempe Indonesia telah mengusulkan bahwa setiap 6 Juni sebagai peringatan Hari Tempe Sedunia. Pemilihan 6 Juni sebagai Hari Tempe Sedunia adalah karena tanggal tersebut merupakan tanggal kelahiran Presiden Soekarno.

Tokoh sekaliber Soekarno, dalam catatan sejarah kehidupannya, sangat menyukai panganan khas Indonesia ini.  Hal itu dibuktikan bahwa tempe goreng tidak pernah absen dari sajian hidangan di istana. Tempe goreng ini berdampingan dengan gulai daun singkong. Ini khas dan budaya Indonesia.

Kembali pada kontek perkembangan Kampung Tangguh menghadapi New Normal, ketahanan pangan dan imun warga di masa pandemi harus terus ditingkatkan dan dikuatkan. Pemerintah bersama warga harus terus mengatur strategi bagaimana ketahanan pangan Indonesia terjaga untuk kesejahteraan rakyatnya. Jiwa gotong royong Bung Karno di bulan Bung Karno ini, harus dihadirkan menjawab masalah yang ada. Hadir sebagai solusi, bahwa Pancasila dan jiwa Pancasilais harus bergerak dan digerakkan melalui Kampung Tangguh. (*)

***

*) Penulis, Ir R Agoes Soerjanto, Wakil Ketua Umum PP GM FKPPI dan Koordinator Posko Malang Bersatu Lawan Corona (MBLC)

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES