Peristiwa Daerah

Gara-gara Mantri Hewan Tak Datang, Sapi Warga Banyuwangi Jadi Korban

Sabtu, 06 Juni 2020 - 05:33 | 1.44m
Sapi milik Subiha, peternak asal Dusun Plampang, Desa Bulusari, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, yang harus dipotong karena mengalami infeksi. (Foto: Syamsul Arifin/TIMES Indonesia)
Sapi milik Subiha, peternak asal Dusun Plampang, Desa Bulusari, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, yang harus dipotong karena mengalami infeksi. (Foto: Syamsul Arifin/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Nasib Subiha, peternak asal Dusun Plampang, Desa Bulusari, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi cukup memprihatinkan. Gara-gara mantri hewan yang tak kunjung datang, sapi miliknya harus jadi korban.

Pengalaman pahit atas kinerja petugas dari Dinas Pertanian Banyuwangi, ini dialami Subiha pada Ramadhan lalu. Saat salah satu sapi miliknya mengalami keguguran.

"Pagi hari saya sudah telepon petugas, dan dia mengaku bisa datang, tapi saya tunggu sampai sore tak juga datang," katanya, Sabtu (6/6/2020).

Ia menyebut petugas yang dia hubungi adalah berinisial H, yang bertugas untuk wilayah Kecamatan Kalipuro. 

Sore itu kondisi sapi, terlihat makin parah. Hingga akhirnya Subiha menghubungi Dokter Hewan dari Dinas Pertanian Banyuwangi, bernama Rizky.

Lantaran sudah mengalami keguguran sejak pagi hari, ketika petugas datang sapi sudah dinyatakan infeksi. "Saran dokter hewan, sapi harus segera disembelih, dikhawatirkan akan mati," kisahnya.

Mengurangi kerugian, sapi tersebut langsung dibawa ke pemotongan hewan. "Tapi ya tetap merugi saya, padahal ternak itu tabungan saya," ungkap Subiha.

Kepada TIMES Indonesia, Subiha mengaku sangat menyesalkan kinerja mantri hewan H. Apalagi dalam mendorong kehamilan sapi miliknya, dia telah mengeluarkan biaya untuk proses inseminasi atau kawin suntik.

Itu pun yang menangani juga mantri H. Dan bagi dirinya, uang tersebut tidak sedikit. "Waktu itu saya bayar Rp 100 ribu, untuk kawin suntik dan melihat kehamilan sapi saya satunya," ujar Subiha.

Ia mengaku masih sedih kalau teringat kejadian itu. "Saat Covid-19 ini sekarang kerja apa saja susah, sapi yang harapkan untuk persiapan jika kesulitan ekonomi malah harus dipotong karena infeksi," imbuhnya.

Selain kinerja dan profesionalisme mantri hewan, para peternak sapi di Banyuwangi, juga mengeluhkan biaya kawin suntik. Yang mana tiap satu kali kawin suntik, peternak harus membayar antara Rp 50-70 ribu.

Padahal, untuk proses kehamilan, kadang sapi perlu kawin suntik antara 2-5 kali. "Ya memang harus bayar segitu, jadi kalau tidak punya uang ya tidak bisa kawin suntik sapi," imbuh Ilsaman, peternak satu desa dengan Subiha di Kabupaten Banyuwangi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : TIMES Banyuwangi

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES