Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Sila Ketiga Pancasila Kunci Keberhasilan New Normal

Kamis, 04 Juni 2020 - 10:58 | 66.97k
Ahmad Fauzi, Mahasiswa Prodi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Ahmad Fauzi, Mahasiswa Prodi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Islam Malang (UNISMA).
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Selamat hari lahir pancasila, tepat pada taggal 1 juni Ir. Soekarno mengusulkan nama atas lima dasar negara yang dikemukakannya dengan sebutan pancasila kemudian disetujui dan diterima dalam sidang BPUPKI. Dibalik sampainya pada perumusan pacasila sebagai dasar negara ada sejarah perjuangan yang panjang, dimulai dari dibentuknya organisasi boedi oetomo pada tahun 1908, terjadinya sumpah pemuda pada tahun 1928, hingga tercapainya kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Sejarah menjadikan berpikir ulang untuk terus dan tetap memperjuangkan persatuan kemerdekaan, memajukan kehidupan bangsa yang cerdas, adil dan berkemakmuran, akan tetapi konflik antar agama, suku, ras, budaya dan kelompok tertentu kadang selalu dipertemukan dalam permasalahan yang dikait-kaitkan namun semua kembali pada sila ketiga pancasila yaitu persatuan Indonesia.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id

Tepat pada hari memperingati hari lahir pancasila di tahun 2020 yang sedang mengalami pandemi covid-19 ada 4 provinsi dan 25 kabupaten/kota yang bersiap menerapkan new normal atau tatanan kehidupan baru. Dimana masyarakat membudayakan prilaku hidup bersih dan sehat dengan cara rutin cuci tangan dengan sabun, memakai masker saat hendak keluar rumah dan jaga jarak aman.

Sejatinya covid-19 sama halnya dengan penyakit, virus atau flu-flu yang lain bukan maksud menyepelekan ini hanya sekedar opini, hanya saja virus ini terlihat baru ditambah lagi berita perihal cara kematian saat awal terjadi yang menggegerkan dunia dan menjadikan setiap manusia khawatir. Mengapa demikian karena pada tahun 1918 flu Spanyol mengalami pandemi terparah dalam sejarah, tercatat 500 juta orang terpapar atau terinfeksi dengan 50 - 100 juta kasus kematian yang berlangsung selama dua tahun dengan tiga gelombang serangan.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id

Diantara tiga gelombang serangan tersebut, gelombangan kedua menjadi gelombang serangan yang memakan banyak korban. Hal ini disebabkan oleh rasa dalam diri masyarakat yang sudah mulai bosan dan tidak nyaman dengan karantina. Ketika diperbolehkan keluar masyarakat berbondong-bondong merayakan kemudian serangan kedua terjadi dan mengakibatkan puluhan juta kematian. Dua sejarah memberi dampak berbeda, sejarah satu menumbuhkan semangat mempertahakan kesatuan, sejarah dua menumbuhkan trauma dalam menjalani kehidupan di dunia.

Lantas bagaimana dengan new normal di beberapa kabupaten/kota di Indonesia apakah akan mengulang sejarah flu spanyol ? sepertinya tidak, akan tetapi hal ini tergantung bagaimana seluruh elemen bergotong royong masyarakat sadar untuk mentaati protokol kesehatan, aparatur negara sadar mengawasi terlaksananya protokol kesehatan. Karena bagaimanapun penyakit yang telah ada akan terus ada, tidak dapat dimusnahkan tapi hanya bisa dicegah dan diberikan pengobatan. Sebaik apapun kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tidak akan berarti dan memberi dampak apa-apa saat masyarakat tidak berpartisipasi atau ikut andil, dan sehabat apapun sumber daya yang ada akan sia-sia saat pemerintah tidak mewadahi bakat yang ada.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Ahmad Fauzi, Mahasiswa Prodi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Islam Malang (UNISMA).

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES