Peristiwa Internasional

Ancaman Donald Trump Kerahkan Militer untuk Atasi Demo Ditanggapi Sinis

Selasa, 02 Juni 2020 - 20:49 | 40.46k
Presiden Donald Trump. (FOTO: Reuters/Washington Post/Getty Image)
Presiden Donald Trump. (FOTO: Reuters/Washington Post/Getty Image)

TIMESINDONESIA, JAKARTAPresiden Amerika Serikat, Donald Trump mengancam akan mengerahkan militer untuk mengatasi demonstrasi solidaritas terhadap kematian George Floyd oleh polisi. Namun hal ini ditanggapi sinis banyak pihak.

Ancaman itu muncul setelah ia menilai para pemimpin negara bagian tidak bertindak untuk meredam demonstrasi yang telah menjurus ke kekerasan dan penjarahan.

Washington Post menulis, sumpah presiden Trump itu datang ketika para pengunjuk rasa di Washington dan kota-kota lain seperti New York, St. Louis dan Chicago mulai melakukan banyak penjarahan dan insiden antara polisi dan masyarakat.

Padahal saat itu pihak berwenang federal telah menggunakan peluru karet, poni flash dan gas untuk menghalau para pengunjuk rasa dari sekitar Gedung Putih, saat Trump berjalan melintasi Alun-alun Lafayette ke Gereja St. John dan berpose untuk foto sambil memegang Alkitab.

Namun tak urung ancaman Trumph itu justru ditanggapi sinis sejumlah pihak, tak terkecuali Kepala Kepolisian Houston, Art Acevedo dalam wawancara dengan CNN.

"Izinkan saya sampaikan ini kepada Presiden Amerika Serikat: atas nama para kepala kepolisian di negara ini, tolong jika tidak ada hal konstruktif yang bisa Anda katakan, tutup mulut saja," katanya dalam wawancara dengan CNN.

"Karena anda menempatkan pria dan wanita ke dalam risiko. Ini bukan soal mendominasi, tetapi bagaimana memenangkan hati dan pikiran (para demonstran). Kami juga tidak ingin masyarakat bingung membedakan antara kebaikan hati dan kelemahan," ujarnya lagi.

Houston adalah kota paling padat di negara bagian Texas, dan keempat di Amerika.

Acevedo juga meminta Trump untuk menunjukkan jiwa pemimpin yang sebenarnya.

"Kami butuh seorang pemimpin pada saat ini, lebih dari sebelumnya. Kami memilih atau tidak memilih, anda tetap presiden kami dan sekarang waktunya bersikap seperti seorang presiden," kata Acevedo.

"Ini bukan Hollywood, ini kehidupan nyata," sindirnya.

Seorang Pendeta Kanan Mariann Budde, uskup Keuskupan Episkopal Washington juga berkomentar, bahwa dia mengetahui kunjungan Trump ke St. John's lewat di berita. "Aku marah," katanya. "Saya tidak ingin Presiden Trump berbicara untuk St. John's," ujarnya.

Demokrat Kongres juga mengecam ancaman Trump untuk mengerahkan militer di dalam negeri sebagai perilaku calon pemimpin otoriter.

Itu digemakan oleh Uni Kebebasan Sipil Amerika dan jangkar CNN Anderson Cooper, yang mengutuk janji presiden sebagai "kegagalan kepemimpinan presiden."

Kepala Kepolisian Los Angeles, Michel R. Moore menanggapi komentar yang dia buat hari Senin tentang bagaimana mereka yang telah berpartisipasi dalam penjarahan dan perusakan di tengah-tengah protes baru-baru ini memikul tanggung jawab yang sama atas kematian George Floyd seperti halnya petugas polisi yang menahan orang itu.

Alih-alih membubarkan para demonstran, sejumlah aparat kepolisian Amerika Serikat malah terlihat bergabung dengan para pengunjuk rasa dalam aksi protes solidaritas terhadap kematian George Flyod itu.

Dilansir CNN, Kepala Kepolisian Camden County, Joseph Wysocki, juga ikut berbagung dengan para demonstran dan ikut berlutut sebagai bentuk solidaritas.

"Saya tidak bisa memikirkan hal lain sejujurnya. Ini adalah komunitas kita, dan bukan hanya kami (polisi) yang menertibkan kota, tapi kita semua bersama-sama," kata Wysocki seperti dikutip dari ABC News, Senin (1/6/2020).

Camden adalah kota di New Jersey yang memiliki tingkat kejahatan yang tinggi. Aksi polisi bergandengan dengan demonstran itu merupakan fenomena baru di kota itu.

Aksi solidaritas polisi itu pun dinilai sebagai bagian dari upaya aparat menjalin hubungan dan kepercayaan yang lebih baik lagi dengan penduduk kota sejak 2013 ketika kewenangan keamanan publik diambil alih oleh departemen kepolisian negara bagian dari kepolisian kota.

Bahkan keikutsertaan Wysocki dan para personelnya dalam demo disambut baik oleh para demonstran.

"Saya tahu bahwa semua polisi tidak buruk, jadi begitu saya mendengar bahwa mereka ingin terlibat, saya merespons 'tentu boleh, mari kita lakukan, kita dapat berdiri bersama dalam aksi solidaritas ini'," kata koordinator demonstrasi di kota itu, Yolanda Deaver.

Diketahui, George Flyod meninggal setelah kehabisan napas ketika lehernya ditekan dengan menggunakan lutut oleh seorang polisi saat dalam proses penangkapan. Kematiannya telah memicu gelombang demonstrasi besar-besaran dan berhari-hari di seluruh kota di Amerika Serikat. Terkait ini, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengancam akan mengerahkan militer untuk mengatasi demonstrasi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES