Kopi TIMES

Pandemi Covid-19 dan Awal Perbaikan Infrastruktur Kesehatan

Sabtu, 30 Mei 2020 - 13:15 | 125.11k
Raid Taufiq, Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta.
Raid Taufiq, Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta.

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Awal tahun 2020 menjadi tahun yang sulit bagi negara-negara di dunia termasuk juga Indonesia, hal tersebut diakibatkan oleh wabah COVID-19 atau yang sering dikenal sebagai virus corona.

COVID-19 merupakan virus menular yang dilaporkan berasal dari Wuhan China pada akhir tahun 2019. Penyebaran virus ini sangat cepat tanpa mengenal batas negara sehingga pada tanggal 11 Maret 2020 WHO resmi menyatakan bahwa COVID-19 sebagai pandemi global, tercatat hingga saat ini lebih dari empat setengah juta manusia di dunia telah terinfeksi dengan tingkat kematian global mencapai 7 persen.

Pandemi COVID-19 ini menyebabkan banyak kegiatan yang selama ini dilakukan dengan tatap muka menjadi berubah dengan sistem social distancing maupun physical distancing, seperti kegiatan ekonomi, keagamaan, pendidikan serta pertemuan-pertemuan tatap muka lainnya yang harus dijalankan dari rumah untuk sementara waktu sampai penyebaran COVID-19 dapat dikendalikan. 

Berbagai upaya telah dilakukan untuk memutus rantai penyebaran COVID-19, salah satunya dengan menyediakan fasilitas kesehatan yang memadai. Namun, sistem pelayanan kesehatan di Indonesia masih belum siap untuk menghadapi pandemi COVID-19 ini sehingga menyulitkan dalam usaha menghentikan penyebaran COVID-19. Hal tersebut terlihat dari kurangnya ketersediaan infrastruktur kesehatan, seperti terbatasnya ruang isolasi dalam menampung pasien terjangkit COVID-19.

Infrastruktur merupakan sistem fisik yang menyediakan transportasi, bangunan gedung dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia baik kebutuhan sosial maupun kebutuhan ekonomi (Grigg : 1988). Infrastruktur kesehatan Indonesia masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya, seperti Taiwan dan Korea Selatan yang memiliki fasilitas kesehatan berstandar internasional dan tersebar secara merata di setiap provinsi. 

Pandemi COVID-19 dapat menjadi langkah awal pemerintah dalam menambah dan merombak ketersediaan infrastruktur kesehatan. Pemerintah menggunakan dana fleksibilitas anggaran untuk menggelontorkan dana stimulus sebesar Rp405 triliun dalam usaha percepatan penanganan COVID-19. Dari sumber pendanaan tersebut 19 persen digunakan sebagai intervensi penanggulangan COVID-19 dan kesehatan.

Realokasi anggaran sebesar Rp75 triliun tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki fasilitas kesehatan, seperti pengadaan alat kesehatan, ventilator, alat perlindungan diri (APD) bagi tenaga medis serta digunakan untuk memberikan insentif bagi tenaga medis yang telah berjuang sebagai garda terdepan dalam menangani COVID-19. 

Pemerintah juga semakin gencar dalam membangun infrastruktur kesehatan, seperti pembangunan rumah sakit khusus corona di Pulau Galang, Batam. Pembangunan infrastruktur tersebut selain menunjang percepatan penanganan COVID-19, juga dapat menjadi warisan fasilitas kesehatan pasca pandemi COVID-19, sebab perlu diketahui bahwa ketersediaan infratruktur kesehatan sangatlah penting dalam penanggulangan suatu wabah yang dapat mengancam stabilitas suatu negara.

Seperti halnya Taiwan yang belajar dari wabah SARS serta Korea Selatan yang belajar dari wabah MERS dalam menyediakan infrastruktur kesehatan yang tangguh sehingga pada akhirnya memudahkan kedua negara tersebut dalam mengendalikan penyebaran pandemi COVID-19 karena ditunjang dengan warisan fasilitas kesehatan yang memadai. 

Sejalan dengan hal tersebut, maka diharapkan di saat wabah ini berhasil dikendalikan, pemerintah dapat belajar untuk membangun infrastruktur kesehatan yang kokoh dan menemukan formula yang tepat dalam menghadapi wabah di masa depan yang tidak tau kapan datangnya sebab jika pemerintah tidak mempunyai persiapan, maka suatu wabah tidak hanya akan menghantam sendi kesehatan saja, namun dapat menghantam sendi-sendi kehidupan masyarakat lainnya yang pada akhirnya akan mengganggu stabilitas suatu negara.

Sebagai salah satu negara yang memiliki jumlah populasi terbesar, penanganan dan kesiapan infrastruktur kesehatan sangatlah penting dalam mengendalikan suatu wabah serta menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan dalam membangun kualitas hidup masyarakat. Untuk itu pemerintah harus bekerja lebih keras lagi dalam menciptakan infrastruktur kesehatan yang memadai sebagai warisan untuk generasi yang akan datang.

***

*)Oleh: Raid Taufiq, Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES