Kopi TIMES

Bangkit Setelah Tiarap Menghindari Corona

Sabtu, 30 Mei 2020 - 11:13 | 37.71k
Prof Imam Suprayogo (Guru Besar UIN Malang, Ketua Penasehat DPW SAHI Jawa Timur, Anggota Dewan Pembina Yayasan UNISMA Malang)
Prof Imam Suprayogo (Guru Besar UIN Malang, Ketua Penasehat DPW SAHI Jawa Timur, Anggota Dewan Pembina Yayasan UNISMA Malang)

TIMESINDONESIA, MALANGSUDAH kurang lebih dua bulan masyarakat bertiarap menghindari virus corona. Mereka mengikuti aturan pemerintah, harus bekerja dari rumah. Tentu hal itu  bagi mereka yang pekerjaannya dapat dikerjakan dari rumah. Tetapi bagi pekerja sebagai petani di sawah, di kebun, di lading dan semacamnya tidak mungkin dikerjakan dari rumah. Jika dianjurkan tetap berada di rumah, maka selama dua bulan, mereka menganggur.          

Rupanya hingga sekarang ini belum ada kepastian kapan wabah ini akan berakhir. Datangnya   tidak ada orang yang bisa  memperkirakan dan ternyata begitu pula menghilangnya. Orang hanya bisa berharap agar wabah covid 19 segera menghilang. Tentu hal tersebut tidak bisa dipaksa. Orang hanya mampu berusaha, sedangkan hasilnya tergantung kepada Yang Maha Kuasa.

Mengikuti aturan pemerintah harus berdiam dan atau bekerja dari rumah bukanlah perkara yang mengenakkan. Selain jenuh, bagi orang yang  sumber rizkinya berasal dari kerja harian, keadaan ini menjadi beban yang sangat berat.  Bisa saja orang mengatakan agar sementara memanfaatkan tabungan. Persoalannya, apa semua orang memiliki tabungan. Jangankan menabung, bagi orang yang penghasilannya pas-pasan, tercukupi kebutuhannya sehari-hari saja sudah merasa beruntung.

Dalam menjalani kehidupan, orang biasanya berpegang pada prinsip bahwa, hidup ini harus bergerak. Tanda hidup karena ada gerak. Dalam hal ini adalah bergerak untuk bekerja memperoleh rizki. Oleh karena itu, sekalipun virus corona  belum menghilang, orang terdorong untuk segera bergerak atau  bekerja kembali. Melarangnya sama artinya dengan mengajak henti hidup.  Agar hidup tetap berjalan,  harus tersedia biaya hidup yang diperoleh dari bekerja. 

Oleh karena itu, masyarakat yang biasanya berjualan harus segera kembali berjualan, mereka yang biasanya  sebagai pekerja bangunan, segera datang ke tempat yang membutuhkan, mereka yang sehari-hari bekerja sebagai tukang parkir harus segera Kembali ke pangkalannya, penjual sayur harus segera mencari dagangan dan  menjualnya, dan seterusnya. Masyarakat tidak boleh terlalu lama berdiam di rumah. Mereka harus segera beraktifitas kembali untuk mendapatkan  rizki. 

Saat wabah ini belum mereda, yang terpenting adalah berdisiplin menyelamatkan dirinya masing-masing. Aturan pemerintah, misalnya harus menjaga jarak atau social distancing, menggunakan masker, menjaga kebersihan, dan lain-lain,  semuanya harus dipenuhi. Sebab kalau dilanggar, dan kemudian terinfeksi virus, maka tidak saja dirinya sendiri dan keluarganya yang repot, tetapi juga akan menambah beban pemerintah, orang yang merawat, yaitu dokter, perawat, dan lain-lain.

Demikian pula, masjid dan mushalla yang sudah beberapa bulan terakhir ini  tutup, seharusnya segera diaktifkan kembali. Terlalu lama meninggalkan  tempat ibadah akan menjadikan suasana keberagamaan redup. Betapapun orang sebenarnya membutuhkan kegiatan spiritual. Orang yang terbiasa sholat berjama’ah ke masjid, dan kemudian harus berhenti, mereka merasa tersiksa. Ada sesuatu yang oleh mereka dirasakan hilang dalam menjalani hidupnya. 

Oleh karena itu, tanpa mengabaikan petunjuk pemerintah, tempat ibadah berupa apa saja harus segera diaktifkan Kembali. Kehidupan ini harus digerakkan kembali dan masyarakat harus sehat. Baik sehat jasmani maupun sehat ruhani. Sehat jasmani manakala kebutuhan  jasmani tercukupi, lewat bekerja untuk  mendapatkan penghasilan. Demikian pula ruhani harus terawat. Merawat ruhani tidak ada  cara lain kecuali adalah melalui tempat ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing. 

Dengan demikian bisa jadi virus corona masih ada, tetapi  tidak boleh, baik secara fisik maupun  spiritualnya, masyarakat  berhenti bergerak.  Virus corona memang membahayakan, akan tetapi jika banyak orang tidak bisa makan karena tidak ada penghasilan disebabkan tidak bekerja,  juga akan berbahaya. Dihadapan kita ada dua tuntutan, yaitu terhindar dari virus corona dan yang kedua adalah agar tetap bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup. 

Memenuhi kedua tuntutan  tersebut  bukan perkara  mudah, tetapi harus dilakukannya. Selamat dari virus corona adalah harus. Tetapi mempertahankan hidup  dengan cara bekerja untuk memperfoleh rizki juga menjadi keharusan. Tidak boleh hanya memilih satu, misalnya selamat dari virus corona tetapi kehidupan tidak bertahan, karena tidak ada penghasilan. Keduanya harus dipenuhi. Masyarakat   harus bekerja mencari rizki, setapi sekaligus juga jangan memberi peluang virus corona menular ke mana-mana. Kuncinya adalah adanya  pemahaman bersama antara  pemerintah dan seluruh masyarakat. Dan, segeralah  bangkit setelah tiarap sedemikian lama. Wallahu a’lam.

***

 

*) Penulis adalah Prof Imam Suprayogo (Guru Besar UIN Malang, Ketua Penasehat DPW SAHI Jawa Timur, Anggota Dewan Pembina Yayasan UNISMA Malang).

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES