Peristiwa Nasional Bencana Nasional Covid-19

[Inspiratif] Menang Lawan Covid-19, Kisah Sukeni Mulai Awal Hingga Sembuh

Jumat, 29 Mei 2020 - 19:47 | 39.33k
Ilustrasi - Pasien.(Shutterstock)
Ilustrasi - Pasien.(Shutterstock)
FOKUS

Bencana Nasional Covid-19

TIMESINDONESIA, SURABAYASukeni (47) tersenyum ceria. Empat minggu sudah pasien Covid-19 ini dinyatakan sembuh dari Covid-19. Setelah sempat terbaring di ranjang rumah sakit selama lebih dari sepekan lamanya. 

Ia mengisahkan perjuangannya melawan virus mematikan tersebut. Warga Kalibokor Surabaya ini merupakan pasien dari klaster sebuah perusahaan. 

Pada awalnya, ia merasaakan demam tinggi saat bekerja. Disusul batuk dan sakit tenggorokan yang tak kunjung reda selama empat hari berturut-turut. Saat itu ia masih bekerja dan akhirnya memutuskan absen untuk memeriksakan diri atas saran perusahaan. 

"Saya minta izin sama mandor saya bahwa saya sakit mau pulang dulu. Diizinkan saya pulang, habis itu paginya saya ke perusahaan lagi kok tambah batuk. Malamnya itu tambah batuk sesak tapi saya paginya masih bisa ke perusahaan poli periksa lagi," ungkap Sukeni melalui sambungan telepon, Jumat (29/5/2020). 

Dokter poli menyarankan agar Sukeni melakukan rontgen di daerah Rungkut. Selanjutnya ia disuruh melakukan pemeriksaan di salah satu rumah sakit swasta. 

"Sejak di poli sampai di rumah sakit ini saya nggak dikasih lagi obat. Pokoknya saya selama empat hari itu tidak pernah minum obat selain saya minum obat sendiri mulai Tolak Angin sampai Komix itu," jelas Sukeni. 

Selanjutnya ia kembali diarahkan untuk memeriksakan diri di rumah sakit rujukan provinsi. 

"Saya sudah nggak kuat terus perusahaan masih telepon terus. Saya nggak bisa kemana-mana sudah nggak kuat saya dan dijemput sama mobil perusahaan. Dibawa ke UGD rumah sakit rujukan baru itu saya ditangani," ungkapnya. 

Sukeni merasakan sakit yang hebat pada dada dan tenggorokan. Rasanya sangat menyakitkan. Ia bahkan tidak bisa bernapas. 

Sukeni menjalani rapid test dan dilanjutkan dengan swab melalui pembiayaan asuransi perusahaan. Hasil swab pertama, ia positif terpapar Corona. 

"Awalnya demam, dada rasanya nyeri, sakit nggak karuan tidak bisa bernapas. Saya tidak kuat melakukan apa-apa," tuturnya. 

Ia sempat berada di ruang UGD rumah sakit selama empat hari. Selama di UGD, ia ditunggui oleh pihak keluarga yang selalu membawakan air hangat dan vitamin. Kemudian dipindahkan ke lantai tiga untuk perawatan intensif lanjutan tanpa penunggu.

" Tapi sudah nggak panas, sudah nggak mau apa-apa kecuali minum air hangat terus saya. Tapi di rumah sakit sudah nggak ada air hangat," urainya.  

Selama dua minggu penuh ia terbaring melawan Covid-19. Guna memastikan kondisinya pulih, pihak rumah sakit melakukan swab lanjutan atau swab kedua. Setelah hasilnya negatif, Sukeni diperbolehkan pulang. 

"Hasilnya negatif dan saya bisa pulang melanjutkan isolasi mandiri di rumah," tandasnya. 

Selama karantina mandiri, warga setempat sempat menjaga jarak. Tapi ia optimistis karena yakin bahwa ia telah sembuh total. Selanjutnya ia mendapatkan pemeriksaan swab ketiga pada 22 Mei 2020. Hasilnya pun negatif. Artinya, Sukeni sudah sembuh selama hampir satu bulan di rumah sejak 26 April 2020. 

Sukeni mulai beraktivitas seperti biasa. Belanja ke pasar ia lakoni, namun tetap dengan menerapkan protokol kesehatan sesuai imbauan pemerintah. Dokter juga menyatakan bahwa Sukeni bebas dan tidak lagi memerlukan isolasi. 

"Karena di sini memang kampung ya gitulah kita kan memang harus memaklumi. Saya cuek saja, yang penting saya sudah sehat, keluarga saya sehat sudah. Dua anak saya juga sudah tes hasilnya negatif semua," ucapnya. 

"Kebetulan sebelum itu memang saya jarang ngerumpi dengan warga karena waktu saya habis untuk bekerja," ungkap Sukeni melalui sambungan telepon. 

Kendati demikian, kisah kesembuhan Sukeni menginspirasi warga untuk rajin minum air hangat saat bangun tidur. Ia juga memotivasi agar warga melaksanakan protokol kesehatan. 

Bahkan awal Juni nanti Sukeni sudah mulai bekerja kembali. Menurut Sukeni, kunci ia cepat pulih adalah minum air hangat setiap bangun tidur. 

"Bangun tidur saya langsung minum air hangat. Terus saya puasa itu kalau buka puasa vitamin dari dokter tapi kalau sahur saya minum vitamin sendiri pakai CDR tapi air hangat. Itu aja, pokok bangun tidur pasti air hangat harus," tutur Sukeni. 

"Sebelum makan sebelum minum air hangat. Kalau di rumah sakit nggak ada air hangat loh, makanya sembuhnya lama," tandasnya. 

Selain itu ia juga berusaha menjaga mental agar tetap sehat. Ada sebuah kejadian memprihatinkan saat pertama ia harus menjalani perawatan seorang diri. 

Suster sempat berlari-lari ketika melakukan pengecekan. Padahal, seluruh tenaga medis di ruangannya menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap. 

"Saya tanya suster, penyakit saya itu apa kok suster lari-lari? Saya disuruh tanya dokternya," kisahnya. 

Selanjutnya dokter menjelaskan kepada Sukeni bahwa ia positif Covid-19. 

"Kalau dokternya biasa, susternya itu lari-lari ketakutan. Saya terpojok, ruangan saya mulai saya masuk tidak pernah dibersihkan. Kalau saya kan belum bisa bangun, turun dari tempat tidur kan nggak boleh. Kan masih diinfus masih dioksigen ya kan itu nggak boleh. Habis makan saya kasih kresek saya buang di situ saya lempar," paparnya. 

Karena heran dengan perlakuan tersebut, Sukeni curhat kepada Kepala Dinas Kesehatan saat melakukan kunjungan. 

"Kalau begitu cara merawatnya saya bisa mati, lalu saya curhat ke kepala dinas kesehatan yang mengepalai seluruh Jatim itu lho, saat kunjungan ke rumah sakit, esoknya langsung ditangani dengan baik," ujarnya. 

Curhatan Sukeni kepada Kepala Dinas Kesehatan saat sahur direspon cepat oleh pihak tenaga medis. Akhirnya ia memperoleh penanganan yang memadai. 

"Curhat saya pas sahur, habis itu paginya dokter siapa itu langsung dibel turun. Biasanya dokter kan jam 09.00 atau 10.00 WIB baru datang. Itu pagi sekali habis shalat subuh mungkin datang ke tempat saya ditelepon," ucapnya. 

Dokter lantas bertanya pada Sukeni tentang apa yang sebenarnya terjadi. 

"Loh, Bu Sukeni ngapain? Saya nangis-nangis. Saya ini sakit apa dok kok suster lari-lari terus ruangan saya ini nggak pernah disapu. Gimana cepat sembuh. Terus infus saya habis jam 04.00 WIB pagi saya telepon susternya dan baju dan ranjang saya penuh dengan kencing. Kok datangnya itu jam 11.00 siang. Saya sudah kehausan nggak ada air gimana cepat sembuh dok, kalau gini ya meninggal semua. Terus dokter tersebut melakukan rapat dengan semua suster dan cleaning service. Langsung tempat saya dibersihkan," ujarnya. 

Selanjutnya kondisi Sukeni mulai mendapatkan perhatian dan perawatan. Ia berangsur-angsur membaik setelah memasuki hari kedelapan. Ia juga bercerita bahwa beberapa pasien positif teman sejawat disebarkan di beberapa rumah sakit rujukan. 

"Sepengetahuan saya banyak, yang meninggal juga banyak," ucap Sukeni.

Sukeni juga berharap agar Covid-19 cepat berakhir dan semua masyarakat Surabaya tertib menerapkan aturan protokol kesehatan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Surabaya

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES