Peristiwa Nasional

Ketum Muhammadiyah: Jangan Sampai Masyarakat Membuat Penafsiran New Normal

Kamis, 28 Mei 2020 - 20:13 | 59.34k
Ketua Umum Muhammadiyah Prof Haedar Nashir.(FOTO: Inakoran)
Ketua Umum Muhammadiyah Prof Haedar Nashir.(FOTO: Inakoran)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pimpinan Pusat Muhammadiyah meminta pemerintah untuk tegas dalam persiapan kebijakan new normal. Pasalnya, saat ini kebijakan pemerintah masih dalam keadaan yang cukup rancu. Ketua Umum Muhammadiyah Prof Haedar Nashir dalam pernyataan pres mengatakan, berbagai pemberitaan dan penyataan tentang new normal akhir-akhir ini menimbulkan tanda tanya dan kebingungan masyarakaat.

Menurutnya, di saat pemerintah masih memberlakukan PSBB, namun sekaligus menyampaikan pemberitahuan relaksasi. Kesimpangsiuran ini menjadi sumber ketegangan aparat dengan rakyat. Bahkan demi melaksanakan aturan kadang sebagian oknum aparat menggunakan cara kekerasan.

Demikian halnya dengan new normal. Menurutnya, perlu ada kebijakan pemerintah tentang now normal. Jangan sampai masyarakat membuat penafsiran masing-masing. Di satu sisi mall dan pusat perbelanjaan mulai dibuka. Sementara masjid masih harus ditutup. Hal ini berpotensi menimbulkan ketegangan aparat dengan umat dan jemaah.

"Padahal ormas keagamaan sejak awal konsisten melaksanakan ibadah di rumah. Yang sangat tidak mudah dilapangan bagi umat dan ormas sendiri demi mencegah kedaruratan akibat Covid-19," katanya, Kamis (28/6/2020).

Selain itu, laporan BNPB menyebutkan pandemi masih belum dapat diatasi. Tetapi pemerintah justru mewacanakan new normal. Apakah semuanya dikaji dengan valid dan seksama dengan para ahli epidemiologi. Wajar jika kemudian tumbuh persepsi publik yang menilai kehidupan masyarakat dikalahkan dengan untuk kepentingan ekonomi.

"Penyelamatan ekonomi memang penting, tetapi yang tidak kalah penting adalah keselamatan jiwa masyarakat," tambahnya.

Oleh karena itu, Haedar Nashir merasa pemerintah perluh mengkaji dengan seksama pemberlakuan now normal dan penjelasan yang objektif, transparan terutama yang terkait dengan dasar kebijakan now normal, dari aspek penularan Covid-19 saat ini. Maksudnya dan tujuan now normal.

"Konsekuensi terhadap pemberlakuan yang sudah berlaku khususnya PSBB dan berbagai layanan publik. Jamian yang dinyatakan aman yang diberlakukan new normal. Persiapan yang seksama agar masyarakat tidak menjadi korban. Termasuk menjaga kemungkinan masih luasnya Covid-19," ujar Ketua Umum Muhammadiyah Prof Haedar Nashir. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Adhitya Hendra
Sumber : TIMES Jakarta

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES