Kopi TIMES

Sinergi Memperkuat Daya Beli

Rabu, 27 Mei 2020 - 21:00 | 30.16k
Hayu Wuranti, Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Jawa Tengah.
Hayu Wuranti, Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Jawa Tengah.

TIMESINDONESIA, JAWA TENGAH – Masa pandemi Covid-19 menyebabkan terpuruknya perekonomian global yang berimbas pada perekonomian nasional. Berdasarkan Rilis Badan Pusat Statistik (BPS) pengeluaran konsumsi rumah tangga dalam situasi pandemi Covid-19 hanya tumbuh sekitar 2,84 persen atau nyaris terpangkas separuh bila dibandingkan kuartal pertama tahun lalu yang tercatat tumbuh sebesar 5,02 persen.

Selama ini motor utama pertumbuhan ekonomi berasal konsumsi rumah tangga yang hampir mencapai sekitar 60 persen, tepatnya 58,14 persen. Melambatnya tingkat konsumsi rumah tangga menjadi biang utama pelambatan pertumbuhan ekonomi. Sebagaimana rilis data terbaru dari BPS ternyata pertumbuhan ekonomi hanya mencapai sebesar 2,97 publikasi pada kuartal pertama 2020 atau terjadi kontraksi sekitar -2,41 persen bila dibandingkan kuartal keempat pada tahun lalu. Penurunan pertumbuhan konsumsi rumah tangga perlu diwaspadai, sebab berpengaruh terhadap perlambatan daya beli.

Daya Beli Kelas Bawah Saat Pandemi

Namun demikian, di saat pandemi Covid-19, BPS mencatat inflasi selama April 2020 sebesar 0,08 persen. Angka ini lebih rendah dari inflasi Maret sebesar 0,10 persen. Hal yang menjadi perhatian adalah turunnya inflasi inti, menunjukkan ada pelemahan dari daya beli rumah tangga. Masih menyebarnya pandemi Corona menyebabkan permintaan barang dan jasa yang harusnya meningkat justru turun menjelang bulan puasa dan Idul Fitri. Meski inflasi tergolong rendah, namun daya beli pada penduduk ekonomi bawah mengalami tekanan. Hal ini tercermin pada kondisi upah riil buruh bangunan di perkotaan dan buruh tani di perdesaan pada April 2020.

Pada Maret 2020 upah riil buruh bangunan sebesar Rp 85.624 dan mengalami penurunan menjadi Rp 85.567 pada April 2020. Sedangkan upah riil buruh tani pada April 2020 cenderung tidak mengalami perubahan dibanding Maret 2020, yaitu dari Rp 52.212 menjadi Rp 52.214. Menurun dan stagnannya upah riil ini mengindasikan bahwa telah terjadi penurunan daya beli pada penduduk ekonomi bawah yaitu buruh tani dan buruh bangunan. Apabila perlambatan ekonomi saat ini terus terjadi, maka akan berpotensi menurunkan daya beli dan kesejahteraan penduduk Indonesia.

Upaya Memperkuat Daya Beli

Pemerintah terus berupaya untuk terus mereduksi dampak negatif merebaknya virus corona atau Covid-19 terhadap roda perekonomian nasional. Salah satu yang dijaga adalah soal daya beli masyarakat agar kelangsungan usaha tetap ada. Pemerintah mengucurkan bantuan sosial khusus untuk membantu masyarakat dari golongan menengah ke bawah untuk menghadapi dampak pandemi Covid-19 agar daya beli masyarakat ini tetap baik.

Pemerintah meluncurkan tiga paket pemberian bantuan sosial (Bansos), yaitu pemberian bantuan sosial (Bansos) berupa paket sembako bagi warga Jabodetabek; bantuan sosial yang diberikan kepada warga di luar wilayah Jabodetabek serta bantuan sosial bagi keluarga yang tidak mampu dan belum terdaftar sebagai penerima bansos lainnya seperti Program Keluarga Harapan maupun Kartu Sembako. 

Bansos sembako untuk warga DKI Jakarta diberikan kepada 2,6 juta jiwa atau 1,2 juta keluarga. Jumlah yang diberikan senilai Rp 600.000 per bulan dan diberikan selama tiga bulan. Sedangkan bantuan sosial kepada warga di luar wilayah Jabodetabek, pemerintah memberikan bantuan tunai kepada warga yang ekonominya terdampak oleh pandemi virus corona ini. Adapun bantuan jenis ini ditujukan untuk 9 juta keluarga di luar wilayah Jabodetabek. Setiap keluarga akan memperoleh bantuan sosial tunai sebesar Rp 600.000 per bulan selama tiga bulan atau total Rp 1,8 juta.

Bagi keluarga yang tidak mampu dan belum terdaftar sebagai penerima bansos lainnya seperti Program Keluarga Harapan maupun Kartu Sembako, pemerintah mengalihkan penggunaan dana desa sekitar Rp 21 triliun hingga Rp 24 triliun untuk bansos. Bansos tersebut akan disalurkan melalui skema bantuan langsung tunai atau BLT kepada masyarakat desa. BLT akan disalurkan kepada 5,8 juta keluarga miskin yang tinggal di desa dan selama ini tidak menerima bantuan dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Memperkuat daya beli terutama penduduk kelompok 40 persen terbawah, tidak hanya menjadi beban pemerintah sehingga diperlukan adanya kolaborasi. Untuk dapat menjangkau penduduk miskin, rentan miskin, dan hampir miskin yang mencapai 91,45 juta orang, tak bisa hanya mengandalkan bantuan sosial dari pemerintah. Peran serta dunia usaha lewat CSR, lembaga zakat, dan lembaga kemanusiaan lainnya sangat dibutuhkan untuk mengurangi beban penduduk. Kepedulian penduduk kelas menengah mapan dan kelas ekonomi atas dalam meringankan beban hidup penduduk terdampak agar mampu memperkuat daya beli. Potensi zakat di Indonesia, terutama saat hari raya Idul Fitri diharapkan dapat tergali maksimal, sehingga mampu membantu memperkuat daya beli masyarakat kelas bawah.

Semoga dengan pandemi ini, semakin menggugah kesadaran individu ataupun perusahaan menunaikan zakatnya, agar dapat meningkatkan kesejahteraan sesama.

***

*) Oleh: Hayu Wuranti, Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Jawa Tengah.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES