Kopi TIMES

Covid-19: Pemberitaan Media Berlebihan, Psikologis Masyarakat Jadi Ancaman

Kamis, 28 Mei 2020 - 10:05 | 1.63m
Maria Widya Nurahmadanti, Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang.
Maria Widya Nurahmadanti, Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang.

TIMESINDONESIA, MALANG – Terjadinya sebuah fenomena penggabungan media konvensional dengan media online atau yang biasa disebut dengan Konvergensi Media, seluruh sistem penyajian berita kepada publik  telah mengalami perubahan yang sangat drastis. Hal ini juga secara otomatis diikuti dengan adanya perubahan tingkah laku dan kebiasaan masyarakat dalam kehidupan bersosialnya.

Pada dasarnya, Media Massa merupakan sebuah alat yang digunakan oleh masyarakat atau publik dalam menggali informasi baik politik, daily life, kesehatan, hingga berita terkini yang sedang menjadi perbincangan.

Dalam hal ini kita dapat berkaca pada fungsi media sebagai jendela yang di mana media dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak untuk melihat apa saja yang terjadi di luar sana. Media merupakan sarana untuk melihat peristiwa apa saja yang lain (yang tidak dapat kita lihat). 

Dengan fungsi media seperti itu maka tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat atau publik akan selalu menggunakan media untuk melihat apa yang sedang terjadi dan apakah kejadian tersebut berdampak kepada dirinya.

Media Massa memiliki kekuatan penting dan memang harus memiliki kekuatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya statement betapa pentingnya media dalam kehidupan sehari-hari maka tidak kecil pula kemungkinannya bahwa media memiliki peran yang sangat penting dalam tingkah laku dan kebiasaan masyarakat pengikutnya. Baik media online atau offline.

Penyajian berita di era modern saat ini pun juga telah mengalami upgrading yang cukup konstruktif, menuliskan peristiwa terkini dalam hitungan menit saja sudah bisa dilakukan di era yang modern ini. Seperti yang sedang hype saat ini adalah pemberitaan mengenai Corona Virus Disease atau biasa di kenal dengan Covid-19. Dilansir dari Kabarbisnis.com, terjadi peningkatan 53 persen (per-Maret 2020) pada pengunjung situs pemberitaan kesehatan, 28 persen situs pendidikan, dan pencarian terkait penerbangan atau transportasi sebanyak 40 persen.

Media dituntut untuk selalu update pada setiap perkembangan dari situasi gencar seperti ini. Mengeluarkan berita dengan topik serta judul yang beranekaragam bentuknya, hal ini menjadi tantangan bagi wartawan atau jurnalis agar mampu mengendalikan isu yang ada dengan kritis, baik, dan benar. 

Penerimaan pesan atau informasi dari sebuah berita terkait Corona Virus oleh pembacanya mengalami respon yang berbeda-beda. Mental yang dimiliki oleh setiap individu tentunya juga sangat berbeda, dikutip dari CNN Indonesia bahwasannya respon terhadap informasi yang berlebihan mampu memberikan dampak negatif pada psikis dan fisik seseorang.

Jika permasalahan ini dikaitkan dengan sebuah Teori Uses and Gratification yang dikemukakan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974), sangat jelas terlihat bahwa publik akan memilih dengan cara mengkategorikan dirinya sendiri kepada media pemberitaan seperti apa yang ia akan percayai serta yang berdampak bagi dirinya dan biasanya mereka akan memilih media yang memuaskan dirinya seperti mengundang emosional, rasa khawatir, dan perolehan informasi atau berita yang dianggap memuaskan. 

Ketika seseorang telah memutuskan untuk menggunakan media tersebut sebagai acuannya dalam memperoleh informasi atau berita aktual terkait Covid-19 maka secara tidak langsung, ia juga akan meletakkan stigma nya yang akan berdampak pada fisik dan psikis nya. Dampak apakah yang dimaksud dalam hal ini? Tentu saja, dampak yang paling menonjol pada psikis maupun fisik ialah Mental Health Disruption atau Gangguan Kesehatan Mental dengan jenis Psikosomatik.

Berasal dari bahasa Yunani Psyche yaitu jiwa dan Soma adalah badan, yang merupakan gangguan fisik disebabkan karena faktor kejiwaan atau faktor psikologis karena adanya kecemasan tersendiri dari tekanan lingkungan sekitarnya. Mengapa lingkungan sekitar dapat menjadi tekanan mental seseorang? Karena, lingkungan sangat mempengaruhi kepribadian, kebiasaan, dan tingkah laku individu. Ketika mereka menerima sebuah pesan atau informasi pada saat berinteraksi dengan sosialnya maka secara tidak langsung, respon yang diterima dapat berdampak buruk apabila tidak diterima dengan pola pikir yang tepat. 

Fakta nyata dampak perilaku psikosomatik dari informasi atau berita yang ada selama pandemi ini ialah munculnya obsesi berlebihan. Jika kita semua mempertanyakan “mengapa banyak sekali oknum-oknum yang menimbun masker, memakai APD ke tempat umum padahal ia bukan tenaga medis” maka jawabannya ialah itulah letak gangguan dalam psikologis masyarakat yang terancam. Ia akan merasa resah, tertekan, dan khawatir akan adanya virus ini  yang disertai dengan melihat angka kasus positif Corona di Indonesia melalui saluran berita televisi atau gadget.

Media massa menjadi pemegang peranan penting selama pandemi Covid-19. Campaign nasional #Dirumahaja menjadi alasan utama bagi publik untuk setia memantau informasi terkait Covid-19. Sehingga, media massa ditempatkan sebagai komunikasi massa alat penggerak perubahan dalam lingkungan yang dapat mempengaruhi khalayak melalui pesan berupa informasi atau pesan-pesan lainnya dan dapat dijangkau masyarakat luas.

McLuhan bersama Quentin Fiore mengatakan bahwasannya media memiliki esensi di setiap zamannya. Hal ini menjadi petunjuk realistis dimana manusia dan media selalu berkaitan dan media menjadi bagian yang penting dalam kehidupan masyarakat, sadar atau tidak, media telah membawa pengaruh yang baik dan buruk bagi masyarakat. Oleh karena itu, media massa harus mampu menyajikan informasi yang kritis dan manis agar tidak membuat publik menjadi berpikir pragmatis di tengah pandemi covid-19. Dengan melakukan hal yang tepat bagi media maka stigma ancaman untuk Psikologis masyarakat akan hilang dengan sendirinya. 

***

*)Oleh: Maria Widya Nurahmadanti, Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES