Kopi TIMES

Covid-19 dan Kebangkitan Budaya Gotong Royong dalam Persaudaraan Melayu Patani

Kamis, 28 Mei 2020 - 06:39 | 119.42k
Husasan Tayeh, Mahasiswa asal Patani Thailand selatan yang sedang studi di Prodi KPI UM Yogyakarta.
Husasan Tayeh, Mahasiswa asal Patani Thailand selatan yang sedang studi di Prodi KPI UM Yogyakarta.

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Sudah hampir enam bulan dunia telah digemparkan dengan munculnya Covid-19. Sekarang Covid-19 ini sudah merabah hampir ke seluruh penjuru dunia dan salah satunya yang terdampak adalah Negara Thailand. Dan kasus pertama kali ditemukan di Thailand pada Januari lalu di kota Bangkok.

Melihat dari sudud negatifnya dari virus ini, sangat terdampak di berbagai aspek kehidupan sehingga banyak orang merasa takut, stress, bahkan ada yang frustasi. Dengan kondisi yang sangat mengerikan membuat manusia tidak bisa menjalani kehidupan seperti biasa lagi, sehingga tidak sedikit membuat masyarakat memilih untuk tetap di rumah dan berhenti aktivitas yang biasa dikerjakan.

Namun di balik semua dampak-dampak yang diakibatkan dari musibah Covid-19 ini, terdapat kandungan hikmah yang luar biasa khususnya bagi masyarakat di Patani (selatan Thailand). Virus corona telah menarik hati para anak muda Patani semua untuk bangkit kembali menjaga budaya 'Gotong Royong' sebagai warisan leluhur bangsa Melayu Patani yang telah lama hilang. 

'Gotong Royong' kini hadir kembali di tengah-tengah wabah Covid-19 untuk menata dan menjaga kampong halaman masing-masing dari bahaya virus corona ini. Dan seiring dengan kurangnya perhatian Pemerintah Thai terhadap warga masyarakat terkhusus di Patani penyebab warga memilih untuk hidup secara 'Mandiri' dengan terbentuknya Persatuan Muda-Mudi untuk pengelolaan  bantuan kepada sesama masyarakat.

Melayu Muslim Patani di Thailand Selatan pada awalnya merupakan suatu kerajaan Islam yang berdaulat dan merdeka. Kerajaan Patani dapat ditaklukan oleh Kerajaan Siam pada bulan November 1785, Kerajaan Patani semakin lemah dan tertekan dari kerajaan Siam. Sehingga menimbul konflik diantara Raja-Raja Melayu Patani dengan Kerajaan Siam pada tahun 1902. (Sumardi, 2017:76)

Kampong Mechoh Bannang Seta : Desa Pelopor 

Berawal dari Kampong Mecoh atau Bacho dari para generasi baru berkumpul untuk bertarung melawan Covid-19 sehingga tersebar model “Gotong Royong” diberbagai desa suluruh Patani.

Wan Ali Wanahmad, selaku ketua Persatuan Pemuda Kampong Mechoh sekaligus pencetus ide menghidupkan kembali model budaya masyarakat “Gotong Royong” menjelaskan bahwa awal mulai dari melihat kondisi dan data tertularnya wabah covid-19 ini yang semakin hari semakin meningkat dengan sangat pesat, sehingga membuat dia mencetus satu ide untuk mengajak para pemuda di Kecamatan Bacho, Distrik Bannangsta, Provinsi Yala berkumpul untuk bekerja sama dengan semua sektor di daerah tersebut.

Dengan mengambil  kasus menyebaran wabah sebagai awal dalam mendesain suatu pekerjaan agar konsisten dalam menjaga warga dari penyebaran virus ini seiring dengan kebijakan pemerintah desa juga meskipun belum ada penerapan. Kutipan dari Thai PBS

Salah satu perwakilan dari kelompok pemuda Mechoh mengatakan bahwa kini sudah saatnya para pemuda harus bersatu dan memeraskan sekuat tenaga untuk saling membantu sesame warga desa, menunjukan kekuat energi anak muda yang siap bertarung melawan wabah covid-19 ini.

Tidak lama kemudian, model masyarakat 'Gotong Royong' ini tersebar dan diikuti oleh para pemuda bersama tokoh masyarakat diberbagai masyarakat untuk menjadi panduan dalam menjaga desanya sendiri dan menangani masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat masing-masing. 

Salah satunya adalah pemuda-pemudi kampong Gelong Kerbau yang terletaknya di Distrik Thepa Provinsi Songkhla, yang menyatu para pemuda dan pemudi dibawah naungan 'Persatuan Pemuda-Pemudi Gelong Kerbau' untuk membantu Dhuafa dan warga yang tidak berkecukupan dengan membuat sembako yang berisi bahan makanan pokok memberi kepada warga tersebut.

Oleh karena itu, penutupan atau lockdown di setiap desa tampaknya tidak menjadi halangan. Bahkan mengandung hikmah yang sangat baik di balik semua itu.  Karena masyarakat warga Patani telah mempunyai budaya bagus yang telah diwarisi leluhur bangsa tentang tolong-menolong sesama masyarakat dan kini telah menetapkan langkah-langkah untuk melindungi diri dari masalah sumber pendapatan, sekalipun belum ada bantuan dari pihak yang berwenang.

***

*) Penulis : Husasan Tayeh, Mahasiswa asal Patani Thailand selatan yang sedang studi di Prodi KPI UM Yogyakarta.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES