Kopi TIMES

Silaturahmi 4.0: Merayakan Silaturahmi di Tengah Pandemi

Selasa, 26 Mei 2020 - 09:15 | 61.64k
Muhammad Saiful Aziz, S.I.Kom., Mahasiswa Pascasarjana Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada.
Muhammad Saiful Aziz, S.I.Kom., Mahasiswa Pascasarjana Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada.

TIMESINDONESIA, MALANG – Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) masih hidup di tengah-tengah rakyat Indonesia. Pasca diumumkan kasus pertama pada 2 Maret 2020, total kini sudah lebih dari 2 bulan virus tersebut ada di tengah-tengah kita semua. Kasus positif yang tadinya berangkat dari 2 orang, per 25 Mei 2020 kini telah mencapai 22.750 kasus positif.

Secara umum, pandemi ini cukup merepotkan banyak masyarakat. Covid-19 telah membuat tenaga medis kita kalang kabut, perekonomian masyarakat lesu, serta tingginya angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) hingga 2,8 juta kasus. Lalu berbagai aktivitas masyarakat pun jelas terpaksa terganggu, utamanya dengan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB. 

Secara khusus, pandemi ini menjadi cukup berat utamanya bagi umat Islam tatkala pandemi ini hadir di saat umat Islam tengah melaksanakan salah satu bulan istimewanya yaitu Bulan Ramadhan. Dampaknya benar-benar cukup terasa bagi umat Islam. Bulan Ramadhan yang seharusnya menjadi momentum umat Islam untuk memaksimalkan ibadah utamanya di masjid, menjadi tidak bisa dilakukan. Hal ini karena dengan adanya Covid-19, muncul banyak himbauan untuk melaksanakan ibadah di rumah untuk menghindari penularan virus Covid-19. Praktis banyak ibadah seperti salat tarawih yang biasa dilakukan secara berjamaah di masjid, kini harus dilakukan di rumah saja.

Adapun nyatanya kabar dari pandemi ini tak terlalu menggembirakan. Pandemi yang diharapkan dapat segera usai ketika hari raya Idul Fitri tiba, nyatanya menunjukkan kurva yang tak kunjung melandai. Bahkan belakangan malah justru mencetak rekor peningkatan pasien positif tertinggi pada 21 Mei 2020 dengan pertambahan pasien sebesar 973 orang. Jelas kabar ini tak menggembirakan. Bahkan umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan salat Idul Fitri di rumah, tidak seperti biasanya yang dilakukan di tanah lapang ataupun masjid. 

Salah satu ritual wajib yang ditunggu-tunggu pun kemudian terdampak. Mudik hari raya Idul Fitri yang menjadi momentum wajib masyarakat untuk bersilaturahmi dengan sanak keluarga jelas tak dapat dilakukan mengingat larangan mudik yang dikeluarkan oleh pemerintah. Tak hanya pemerintah, lembaga lain seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun turut serta memberikan anjuran untuk tidak mudik pada hari raya ini. Bukan hanya itu, dua organisasi Islam terbesar di Indonesia yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) juga kompak memberikan anjuran untuk tidak melakukan mudik pada hari raya ini. 

Menyusul larangan mudik, maka belakangan muncul anjuran bagi masyarakat untuk melakukan silaturahmi secara online. Anjuran ini mulai disuarakan oleh beberapa pejabat publik seperti Wakil Presiden, Gubernur Jawa Timur, dan Wali Kota Tangerang. Adapun tentu hal ini merupakan hal baru bagi masyarakat mengingat masyarakat utamanya umat Islam biasa melakukan silaturahmi secara langsung dalam keadaan normal.

Maka dengan adanya pandemi Covid-19 ini, kita perlu menyiasati hal ini agar silaturahmi dengan sanak saudara yang sudah membudaya bagi kita di hari raya tetap dapat terlaksana dan di sisi lain, kita tetap dapat menjaga diri dari kemungkinan penularan virus Covid-19. Di tengah arus digitalisasi revolusi industri keempat atau 4.0 yang telah membudaya dalam masyarakat, kita dapat termudahkan untuk tetap menjalankan silaturahmi di masa pandemi ini.

Berbagai pilihan platform yang tersedia dapat kita manfaatkan untuk bersilaturahmi seperti Zoom, Google Meet, Whatsapp, dan lain sebagainya. Berbagai platform tersebut dapat memudahkan kita untuk tetap dapat menjalankan esensi silaturahmi di hari raya tanpa melakukan kontak fisik sekalipun, yakni berdialog dan memohon maaf atas kesalahan kita di masa lampau. Maka kita tetap dapat tetap menjalankan silaturahmi dengan cara baru, yakni silaturahmi 4.0.

Adapun apabila kita memaknai idul fitri sebagai hari raya untuk merayakan kemenangan, maka model silaturahmi ini benar-benar mengukuhkan kita sebagai pemenang. Bagaimana tidak? Pasca menahan hawa nafsu utamanya lapar dan dahaga selama 30 hari di Bulan Ramadhan, dalam Idul Fitri kali ini kita benar-benar harus melawan hawa nafsu kita untuk tidak mudik, dalam rangka menjaga kesehatan orang tua dan sanak saudara kita.

Maka bagi penulis, inilah kemenangan sebenarnya yang kita raih dalam masa pandemi. Kesediaan kita untuk tetap di rumah saja selama pandemi sejatinya benar-benar mengukuhkan kita sebagai pemenang di hari raya Idul Fitri ini.

***

*) Oleh Muhammad Saiful Aziz, S.I.Kom., Mahasiswa Pascasarjana Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES