Indonesia Positif

Syawalan Daring Jadi Pengalaman Pertama dan Berharga

Senin, 25 Mei 2020 - 21:35 | 56.64k
Kebersamaan keluarga saat syawalan dalam foto ini tak lagi ada di tengah-tengah suasana Covid-19. Ini adalah foto syawalan tahun 2019. (FOTO: Dokumen Helmi Jamharis/DJ TIMES Indonesia)
Kebersamaan keluarga saat syawalan dalam foto ini tak lagi ada di tengah-tengah suasana Covid-19. Ini adalah foto syawalan tahun 2019. (FOTO: Dokumen Helmi Jamharis/DJ TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANTUL – Suasana kemeriahan Hari Raya Idul Fitri 1441 H di keluarga inti atau keluarga besar tak seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Juga di lingkungan kantor-kantor serta kelompok-kelompok masyarakat. Suasana syawalan yang biasanya selalu ramai pada minggu pertama mendadak sepi karena pandemi Covid-19. Lebaran daring tahun ini memang menjadi pengalaman pertama dna berharga bagi umat muslim di Indonesia.

Jadwal syawalan atau halal bi halal trah keluarga besar yang biasanya dihadiri saudara dari rantau, jabat tangan, hilir mudik warga berpenampilan baru dan hidangan ketupat/ lontong opor serta prasmanan kini tak ada lagi. Sepi, seolah syawal kehilangan roh spirit kebersamaan.

“Gara-gara Covid-19 jadi begini,” tandas Kiky warga Sawit, Panggungharjo, Sewon yang selalu berharap ada pertemuan trah setiap tahun.

Ya, pengendalian Covid-19 yang mengharuskan setiap orang harus menerapkan social distancing membuat pemerintah melarang berbagai kerumunan. Termasuk, kegiatan sosial seperti syawalan trah dan lain sebagainya. Umat muslim pun merasa ada yang aneh dan terasa hampa.

"Suasana kemeriahan, foto bersama, makan rame-rame dan candaan yang menjadi rutinitas tahunan tak diketemukan lagi. Juga kado silang, pembagian angpao yang ditunggu anak-anak tak nampak di lingkungan keluarga,” tambah Kiky.

Kiky menerangkan, setiap peristiwa memang dapat menghadirkan pola kehidupan sosial yang beragam. Keberadaannya akan berjalan seiring dengan dinamika dan kebutuhan untuk menjaga keutuhan bermasyarakat, termasuk di saat suasana Covid-19 yang saat Idul Fitri ini belum menurun. Covid-19 telah mendorong masyarakat untuk mengalihkan pola hubungan sosial melalui alat komunikasi daring tanpa merusak hubungan silaturami.

“Sekalipun dengan daring terasa kurang greget tapi alat komunikasi ini mampu mengobati rasa kangen dengan seluruh anggota keluarga. Malah lebih irit karena tidak perlu alat transportasi, hidangan, tenda dan sound sistem, “ urai Kiky yang selama Covid-19 juga mengajar lewat daring.

Syawalan dengan daring tahun ini akhirnya menjadi pengalaman pertama dan berharga. Ternyata silaturahmi tidak harus dengan tatap langsung secara fisik. Yang terpenting semua diniatkan untuk menjaga kebersamaan dan membangun keutuhan keluarga. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-12 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES