Kopi TIMES

Ramadhan dan Idul Fitri yang Unik

Senin, 25 Mei 2020 - 19:09 | 47.65k
Rochmat Wahab mantan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta
Rochmat Wahab mantan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta

TIMESINDONESIA, JAKARTAPUASA Ramadhan dan Idul Fitri 1441 H adalah unik, karena selama hidup 63 tahun tidak pernah menjumpai peristiwa dan kondisi seperti ini. Malah berdasarkan Sejarah Kesehatan Dunia bahwa kejadian pandemi berskala besar dan menjangkau hampir seluruh dataran dunia, terjadi setiap 1 abad. Pandemi Covid-19 masih terus bergerak. Kini berdasarkan informasi terakhir pada tanggal 24 Mei 2020, pk 15.32 bahwa Covid-19 telah menjangkau 188 negara, 5.324.933 kasus Corona, 2.119.237  sembuh, dan 342.341 wafat.

Awalnya puasa dan kegiatan dirasa berat karena harus mengikuti kebijakan terkait dengan penangan Covid-19. Adanya modifikasi dan penyesuaian ibadah dan tempatnya berdasarkan fatwa MUI dan Ormas Islam, serta Ulil Amri terkait dengan bidang Kesehatan, pendidikan, agama, aparat sipil dan negara, ekonomi, keamanan dan bidang-bidang  lain yang terkait.

Namun pada akhirnya dari waktu ke waktu kita bisa lakukan  serangkaian ibadah di rumah, dengan mengosongkan semua masjid dan mushala, yang tidak pernah terjadi selama ini. Bahkan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi yang biasanya penuh sesak menjadi kosong melompong. Kecuali di sejumlah masjid di zona hijau masih dimungkinkan untuk bisa melaksanakan shalat fardu dan Tarawih berjamaah dan di dua masjid, Haramain. Dengan tetap mengikuti Protokol Kesehatan. Walaupun semula Haramain ditutup, namun akhirnya dibuka yang hanya untuk para pekerja dan yang merawat dan menjaga sekuritinya.

Walaupun dengan segala “keterpaksaan”, Shalat Fardlu dan Tarawih berjamaah di rumah bisa diupayakan dengan optimal. Biasanya yang memiliki tugas dari masjid ke masjid. Kini cukup fokus di rumah. Tentu bisa menambah kasih sayang antar keluarga. Berbuka dan bersahur di rumah dengan menikmati masakan sendiri yang tidak kalah lezatnya bila dibandingkan dengan berbuka di luar.

Selain itu juga bisa mengecek seberapa disiplin anggota keluarga dalam ibadahnya. Yang biasanya fokus bekerja dan belajar dari rumah kini Ramadan terfokus pada ibadah di rumah, sekaligus untuk mengukuhkan rumahku adalah surgaku. Menjadikan rumah tidak lagi menjadi tempat istirahat saja, tetapi juga untuk bekerja, belajar, dan utamanya untuk beribadah.

Selanjutnya yang biasanya tadarus dan pengajian di masjid menjelang berbuka, shalat tarawih dan setelah shalat shubuh. Kini semuanya itu juga dianjurkan untuk dialihkan ke rumah. Bisa dibayangkan bahwa yang semula kita sepenuhnya sangat bergantung dan bertumpu pada masjid dan mushalla untuk aktivitas ibadah dan belajar Al Qur-an serta belajar ilmu keislaman, kini semua dialihkan ke rumah.

Di sinilah peluang kita semua untuk menjadikan rumah menjadi semakin layak untuk tempat ibadah yang tidak kalah dengan masjid dan mushalla. Yang menarik bahwa sekarang ada fenomena baru, bahwa Zoom Meeting bisa dimanfaatkan untuk pengajian baik dengan cara ceramah, dialog, maupun diskusi. Rumah menjadi lebih teduh dan damai serta bersinar. Rumah tidak saja untuk ibadah tetapi juga untuk tadarrus. Rumah menjadi panas bagi syaitan, karena tiada henti rumah dikumandangkan bacaan Al Quran juga.

Biasanya kaum mukminin di ujung Ramadhan melakukan i’tikaf di masjid, maka puasa saat ini, kita jadikan rumah kita untuk beribadah, baca Al Quran dan perbanyak dzikir di rumah. Suatu yang sangat indah. Rumah benar-benar menjadi tempat untuk berkontemplasi. Melakukan muhasabah dan taqarrub ilallaah. Sesuatu yang sangat spesial. Kita lakukan di rumah kita masing-masing. Semuanya ini dilakukan sebagai konsekuensi dari kebijakan Social and Physical Distancing untuk pencegahan penularan Covid-19.

Rumah benar-benar menjadi multi fungsi. Keberhasilannya sangat tergantung pada cara kita masing-masing memaknai fungsi dan mengoptimalkan pemanfaatan rumah untuk banyak agenda yang barmanfaat. Bukan sekedar formalitas.

Memasuki malam Idul Fitri, kita memiliki tradisi untuk takbir keliling. Di samping untuk memenuhi sunnahnya, banyak berdzikir, juga takbir. Di samping bacaan takbir dikonsentrasikan di masjid dan mushalla, juga dapat menggaungkan takbir dengan keliling lingkungan baik dengan maupun berkendaraan. Tergantung kondisi masing-masing. Takbir keliling sebenaryna memiliki muatan dakwah. Tidak perlu dipertentangkan dari segi syar’iyahnya. Karena hakekatnya dangat dengan Fadloilul A’maal. Namun saat ini takbir keliling ditiadakan, akan tetapi pelaksanaan takbir dikendalikan dari masjid dengan soundsystem-Nya yg dikeraskan dan diikuti oleh jamaah dari depan rumah masing-masing. Suatu pemandangan dan suasana yang penuh hikmah dan hingga larut malam, dengan tetap misi dakwahnya terjaga.

Di pagi Hari Raya Idul Fitri suara takbir bersaut-sautan, yang beradal  dari berbagai masjid di sekitar rumah. Takbir itu mengingatkan kita untuk siap menunaikan shalat Idul Fitri. Biasanya para khatib dan atau imam sibuk persiapan untuk menuju dan dijemput menuju ke tempat shalat Idul Fitri, saat ini mereka tidak perlu sibuk, karena khutbah dan atau mengimami cukup di rumah. Biasanya Shalat Idul Fitri dilakukan hanya di dua modus, yaitu di Masjid dan di lapangan atau tempat terbuka. Shalat Id tahun ini bisa di berbagai modus, di antaranya: di Masjid, di lapangan/tempat terbuka, di rumah, di gang (di depan rumah masing-masing), di kantor dan sebagainya. Bahkan cara dan khutbahnya disederhanakan, tanpa mengurangi rukun dan syaratnya, sehingga memudahkan ummat Islam.

Nah sekarang, bagaimana setelah shalat Id. Bagi yang tidak pernah mudik, tidak ada masalah yang berarti, . Karena sehabis shalat Id langsung bisa sungkem ke orangtua dan para sesepuhnya langsung. Sebaliknya bagi perantau yang biasa mudik, saat ini tidak bisa mudik, karena halangan tugas dan konsekuensi PSBB. Padahal dengan mudik, kita bisa silaturahmi dengan orangtua dan kekuarga besar lainnya. Walaupun demikian kita tidak perlu sedih sekali, karena kita diuntungkan oleh kemajuan iptek. Kita bisa manfaatkan Zoom Meeting untuk silaturahmi dengan orangtua dan keluarga besar. Walau berjauhan secara fisik, tetapi silaturahim harus terus bisa diupayakan.

Yang jelas bahwa dalam menghadapi pandemi Covid-19, alhamdulillah ada kecenderungan bahwa sedikitpun semangat ibadah tidak surut. Ingat bahwa dalam menunaikan Ibadah apapun, kita perlu terus mengacu Rasulullah SAW yang bersabda, "yassiru wala tu’assiru wabasysyiru wala tunafiru", mudahkanlah dan janganlah engkau persulit orang lain dan berilah kabar gembira pada mereka, jangan membuat mereka menjadi lari (HR. Bukhari). Ini artinya bahwa apapun kesulitan dalam menunaikan ibadah, kita telah ikhtiarkan mencari solusinya, sehingga kita ummat Islam bisa melaksanakan dengan baik. Pada diri terasa tanpabada paksaan dan kesulitan, sehingga ummat kita tidak lari untuk penyelamatan diri. Kita ingat sekali bahwa Allah swt itu tidak pernah membebani hamba-Nya. Allah swt bergirman : “Allah tidak membebani seseorang kecuali yang sesuai dengan kemampuannya...” (QS Al Baqarah, 286).

Akhirnya bahwa Ibadah Ramadhan dan Idul Fitri 1441 H terasa dan kita jalani secara unik. Kita jalani dan hadapi semua persoalan terkait dengan sepenuh hati. Untuk mencapai tujuan kedua ibadah utama ini kita mengacu pada sumber hukum Al Qur-an, As Sunnah, Ijma’, dan Qiyas, sehingga ditemukan cara solusi ibadah yang juga mempertimbangkan mashlahah dan madlaratnya. Di samping para ulama telah berhasil menyiapkan panduan Ramadhan dan Idul Fitri di era Covid-19. Selanjutnya setiap Islam diberikan kebebasan untuk menentukan pilihan dan cara masing-masing sesuai dengan kondisi diri dan lingkungannya. Semoga pengalaman Ramadhan dan Idul Fitri yang penuh tantangan ini bisa berkontribusi untuk meningkatkan kualitas Iman dan Taqwa kita. Aamiin. (*)

*Penulis Rochmat Wahab adalah mantan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES