Kopi TIMES

Hilangkan Dendam dan Terima Maafnya

Minggu, 24 Mei 2020 - 15:02 | 48.18k
Noor Shodiq Askandar, Ketua PW LP Maarif NU Jawa Timur dan Wakil Rektor 2 Universitas Islam Malang. (Grafis: TIMES Indonesia)
Noor Shodiq Askandar, Ketua PW LP Maarif NU Jawa Timur dan Wakil Rektor 2 Universitas Islam Malang. (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Disaat memasuki bulan syawal, semua ummat muslim berharap bahwa inilah saatnya merasa dilahirkan kembali. Babak baru kehidupan telah dimulai kembali. Semuanya serasa dapat dimulai dari awal kembali. Ujian dan kewajiban telah ditunaikan, sehingga merasa kini saatnya memulai perubahan.

Iedul fitri telah datang dengan segudang harapan. Berharap kembali menjadi sebagaimana saat dilahirkan (fitrah), Kenapa demikian ? Ummat Islam sangat percaya, bahwa menjalankan ibadah di bulan ramadhan dengan penuh keimanan dan keihlasan, akan mendapatkan ampunan dosa yang telah lalu, sebagai balasan. Hal ini sebagaimana hadits Rasulullah sae : man shoma ramadhonan imanan wahtisaban, hufiro lahu ma taqoddama min dzanbih (barang siapa yang berpuasa ramadhan dengan penuh keimanan dan keihlasan, maka akan diampuni dosa dosa yang telah lalu).

Atas hadits ini, semua berharap dengan selesainya puasa ramadhan dapat menjadi bersih sebagaimana saat dilahirkan. Ini dengan catatan puasa telah dijalankan sebagaimana kriteria hadits dan diterima oleh Allah swt. 

Pertanyaannya, apakah puasa yang dijalankan telah memenuhi kriteria tersebut. Seringkali apa yang kita lakukan itu masih sebagai upaya menggugurkan kewajiban. Menjalankan puasa, karena memang diperintahkan dalam Islam. Menjalankan sholat, karena ini semua adalah amanat, dan sejenisnya. Belum sampai pada kebutuhan. Jika dipandang hanya sebagai upaya menjalankan kewajiban, maka akan selesai pada saat hal tersebut ditunaikan. Akibatnya, tidak ada perubahan yang menuju kepada perbaikan perjalanan kekhidupan. Kondisinyapun stagnan tanpa banyak hal baik yang bisa diharapkan.

Puasa, sholat, dan ibadah lainnya adalah kebutuhan ummat manusia untuk menghambakan diri kepada Allah swt. Ini kebutuhan utama dan mendasar. Dengan paradigma bahwa ini semua adalah kebutuhan, maka akan terasa lebih ringan saat dijalankan. Pola ini ditunjukkan dalam Islam yang mengajarkan bahwa saat bayi baru dilahirkan untuk diadzani dan diiqomahi. Tindakan ini adalah fase awal pengenalan bahwa manusia yang dibutuhkan pertama kali adalah membangun hubungan yang baik dengan Tuhan dan bukan dengan yang lain.

Momentum iedul fitri saatnya manusia menata hati kembali agar menjadi lebih baik. Disamping ibadahnya menjadi lebih baik, tidak kalah pentingnya hati dan jiwa juga menjadi lebih sempurna. Dari hati yang suka iri dan dengki, menjadi pribadi yang rendah hati. Dari yang biasanya memelihara dendam, berubah menjadi orang yang mudah memaafkan. Dari yang ringan tangan, menjadi ringan dalam membantu kesulitan orang.

Lagian tidak ada untungnya iri dan dengki, dendam, dan sejenisnya. Sifat tersebut justru lebih banyak mendatangkan keburukan dan ketidaktenangan. Tetangganya mendapatkan kebaikan, nafsunyapun segera tergerak untuk mendapatkan yang lebih baik dengan segala cara. Akibatnya, pelanggaran hokum menjadi salah satu cara. Kehidupan pun menjadi beralih ke penjara.

Momentum iedul fitri jangan sampai diabaikan. Semangat kebaikan di bulan ramdhan harus terus dihidupkan. Begitu juga kepedulian kepada sesama, harus terus dipelihara agar tetap membara. Dengan demikian, hubungan kepada Allah swt semakin sempurna dan hubungan kepada sesama manusia juga menjadi lebih mesra. Bagaimana dengan anda ??

***

*) Penulis Noor Shodiq Askandar, Ketua PWLP Maarif NU Jatim dan Wakil Rektor 2 Unisma Malang

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES