Peristiwa Nasional

Sidang Isbat, Kemenag RI: Hilal Tak Terlihat, Hari Raya Idul Fitri 24 Mei

Jumat, 22 Mei 2020 - 18:07 | 47.73k
Ilustrasi - Tim Astronomi dan Ilmu Falak dari MAN 1 Solo melakukan pemantauan hilal (rukyatul hilal) dengan teleskop di laboratorium sekolah setempat, Solo, Jawa Tengah (FOTO: ANTARA/Maulana Surya)
Ilustrasi - Tim Astronomi dan Ilmu Falak dari MAN 1 Solo melakukan pemantauan hilal (rukyatul hilal) dengan teleskop di laboratorium sekolah setempat, Solo, Jawa Tengah (FOTO: ANTARA/Maulana Surya)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pakar astronomi dari Tim Falakiyah Kementerian Agama (Kemenag RI) Cecep Nurwendaya mengatakan tidak ada referensi empirik visibilitas (ketampakan) hilal awal Syawal 1441 H yang teramati di seluruh wilayah Indonesia pada hari ini.  Laporan itu disampaikan Cecep dalam sidang isbat pada petang ini. Ini Artinya, Hari Raya Idul Fitri 2020 akan jatuh pada 24 Mei.

"Semua wilayah Indonesia memiliki ketinggian hilal negatif antara minus 5,29 sampai dengan minus 3,96 derajat. Hilal terbenam terlebih dahulu dibanding matahari," ujar Cecep dalam keterangan tertulis, Jumat (22/05/2020).

Sidang isbat kali ini digelar terbatas dan dihadiri oleh Menteri Agama Fachrul Razi, Wamenag Zainut Tauhid Sa'adi, Ketua Komisi VIII Yandri Susanto, Ketua MUI KH Abdullah Jaidi, dan Direktur Jenderal Bimas Islam Kamaruddin Amin. Sedangkan para pimpinan ormas, pakar astronomi, Badan Peradilan Agama, serta para pejabat Eselon I dan II Kementerian Agama lainnya mengikuti jalannya sidang isbat melalui media konferensi video.

Cecep mengatakan Tim Falakiyah Kemenag melakukan pemantauan hilal di 80 titik di seluruh Indonesia. Hasilnya hilal tak terpantau pada sore ini.

Cecep mengatakan penetapan awal bulan hijriah didasarkan pada hisab dan rukyat. Proses hisab sudah ada dan dilakukan oleh hampir semua ormas Islam.

"Secara hisab, awal Syawal 1441H jatuh pada hari Minggu. Ini sifatnya informatif, konfirmasinya menunggu hasil rukyat dan keputusan sidang isbat," tambahnya.

Laporan dari Pelabuhan Ratu, posisi hilal awal Syawal 1441 H atau pada 29 Ramadan 1441 H di Pelabuhan Ratu secara astronomis tinggi hilal: minus 4,00 derajat; jarak busur bulan dari matahari: 5,36 derajat; umur hilal minus 6 jam 55 menit 23 detik.

Sementara itu, kata Cecep, dasar kriteria imkanurrukyat yang disepakati MABIMS adalah minimal tinggi hilal dua derajat, elongasi minimal 3 derajat, dan umur bulan minimal delapan jam setelah terjadi ijtima'. "Ini sudah menjadi kesepakatan MABIMS," ujar dia.

Cecep menjelaskan karena ketinggian hilal di bawah dua derajat bahkan minus, maka tidak ada referensi pelaporan hilal jika hilal awal Syawal teramati di wilayah Indonesia.

"Dari referensi yang ada, maka tidak ada referensi apapun bahwa hilal Syawal 1441H pada Jumat ini teramati di seluruh Indonesia," tandas Cecep, Pakar astronomi dari Tim Falakiyah, Kemenag RI soal tidak ada referensi empirik visibilitas (ketampakan) hilal awal Syawal 1441 H yang teramati hari ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Jakarta

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES