Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Kidung Tolak Balak Covid-19 Rumekso Ing Wengi Sunan Kali Jaga

Sabtu, 16 Mei 2020 - 14:30 | 399.46k
Kukuh santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI), Ketua Takmir Masjid Ainul Yaqin Universitas Islam Malang (UNISMA).
Kukuh santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI), Ketua Takmir Masjid Ainul Yaqin Universitas Islam Malang (UNISMA).
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Di zaman modern ini, mungkin tidak banyak orang yang mengenal kidung Rumeksa Ing Wengi karya Sunan Klijaga. Kendati demikian, warisan intelektual Kanjeng Sunan Kalijaga ini patut dilestarikan sebagai simbol kearifan lokal. Selain itu, juga bisa menjadi sarana untuk memohon perlindungan dari allah swt, agar terhindar dari berbagai macam bahaya dan penyakit seperti pandemi Covid-19 sekarang ini.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id

Lazimnya kidung ini biasa dinyanyikan pada malam hari, atau selepas shalat malam. Sebagaimana maknanya, Kidung Rumekso Ing Wengi bertujuan menyingkirkan diri dari balak atau gangguan, baik yang nampak maupun tidak.  Kidung ini juga mengingatkan manusia agar mendekatkan diri kepada allah swt,  sehingga terhindar dari kutukan dan malapetaka yang lebih dahsyat. Begini bunyi syairnya :

Ana kidung rumekso ing wengi
Teguh hayu luputa ing lara 
luputa bilahi kabeh
jim setan datan purun
paneluhan tan ana wani
niwah panggawe ala
gunaning wong luput
geni atemahan tirta
maling adoh tan ana ngarah ing mami
guna duduk pan sirno

(Ada sebuah kidung doa permohonan di tengah malam. Yang menjadikan kuat selamat terbebas dari semua penyakit. Terbebas dari segala petaka. Jin dan setanpun tidak mau mendekat. Segala jenis sihir tidak berani. Apalagi perbuatan jahat, guna-guna tersingkir. Api menjadi air. Pencuripun menjauh dariku. Segala bahaya akan lenyap.)

Sakehing lara pan samya bali
Sakeh ngama pan sami mirunda
Welas asih pandulune
Sakehing braja luput
Kadi kapuk tibaning wesi
Sakehing wisa tawa
Sato galak tutut
Kayu aeng lemah sangar
Songing landhak guwaning 
Wong lemah miring
Myang pakiponing merak

(Semua penyakit pulang ketempat asalnya. Semua hama menyingkir dengan pandangan kasih. Semua senjata tidak mengena. Bagaikan kapuk jatuh dibesi. Segenap racun menjadi tawar. Binatang buas menjadi jinak. Pohon ajaib, tanah angker, lubang landak, gua orang, tanah miring dan sarang merak.)

Pagupakaning warak sakalir
Nadyan arca myang segara asat 
Temahan rahayu kabeh
Apan sarira ayu
Ingideran kang widadari
Rineksa malaekat
Lan sagung pra rasul
Pinayungan ing Hyang Suksma
Ati Adam utekku baginda Esis
Pangucapku ya Musa

(Kandangnya semua badak. Meski batu dan laut mengering. Pada akhirnya semua slamat. Sebab badannya selamat dikelilingi oleh bidadari, yang dijaga oleh malaikat, dan semua rasul dalam lindungan Tuhan. Hatiku Adam dan otakku nabi Sis. Ucapanku adalah nabi Musa.)

Napasku nabi Ngisa linuwih
Nabi Yakup pamiryarsaningwang
Dawud suwaraku mangke
Nabi brahim nyawaku
Nabi Sleman kasekten mami
Nabi Yusuf rupeng wang
Edris ing rambutku
Baginda Ngali kuliting wang
Abubakar getih daging Ngumar singgih
Balung baginda ngusman

(Nafasku nabi Isa yang teramat mulia. Nabi Yakub pendengaranku. Nabi Daud menjadi suaraku. Nabi Ibrahim sebagai nyawaku. Nabi Sulaiman menjadi kesaktianku. Nabi Yusuf menjadi rupaku. Nabi Idris menjadi  rupaku. Ali sebagai kulitku. Abu Bakar darahku dan Umar dagingku.  Sedangkan Usman sebagai tulangku.)

Sumsumingsun Patimah linuwih
Siti aminah bayuning angga
Ayup ing ususku mangke
Nabi Nuh ing jejantung
Nabi Yunus ing otot mami
Netraku ya Muhammad
Pamuluku Rasul
Pinayungan Adam Kawa
Sampun pepak sakathahe para nabi
Dadya sarira tunggal

(Sumsumku adalah Fatimah yang amat mulia. Siti Aminah sebagai kekuatan badanku. Nanti nabi Ayub ada di dalam ususku. Nabi Nuh di dalam jantungku. Nabi Yunus di dalam otakku. Mataku ialah Nabi Muhammad. Air mukaku rasul dalam lindungan Adam dan Hawa. Maka lengkaplah semua rasul, yang menjadi satu badan.)

INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id

Beberapa kalangan mengatakan, untuk mengamalkan kidung ini, seseorang haruslah puasa mutih selama 40 hari dan ngebleng semalam.  Kidung ini dibaca di halaman rumah atau pelataran waktu tengah malam sebanyak 11x. Dan setelah puasa, do’a kidung ini cukup dibaca satu kali.

Dahulu juga dalam tradisi Kraton Mataram Jawa setelah berdirinya kerajaan Islam yang pertama di Demak, setiap kali ada wabah yang mereka sebut 'sebagai pageblug' (masa kini disebut pendemi) yang meluas maka pihak kerajaan biasanya menggelar kirab Bendera Tunggul Wulung yang menjadi pusaka kraton. Bendera berwarna hitam ini dibawa ke segenap pelosok. Tujuannya untuk meminta doa agar wabah segera berlalu.

Lalu apa hebatnya dengan bendera Tunggul Wulung itu? Anda perlu tahu bahwa bendera itu sebenarnya terbuat dari Kain Kiswah Ka’bah. Sri Sultan Hamengku Buwono dalam Konggres Umat Islam di Yogyakarta pernah menceritakan soal perihal bendera itu yang dahulu berasal dari Kraton Demak Bintoro dan kini tersimpan sebagai pusaka di Kraton Yogyakarta.

Jadi kita janganlah main-main dengan wabah, karena ini wabah yang sangat serius. Ingat dahulu sebelum ada geger Perang Jawa pun wabah telah mendahuluinya, yakni wabah kolera. Mudah-mudahan kita berharap setelah wabah Corona berlalu tak akan ada lagi geger atau wabah berikutnya.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Kukuh santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI), Ketua Takmir Masjid Ainul Yaqin Universitas Islam Malang (UNISMA).

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES