Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Arsitek Berkeringat Harum

Kamis, 14 Mei 2020 - 10:30 | 50.75k
Ana Rokhmatussa’diyah, Doktor Ilmu Hukum dan Dosen Fakultas Hukum Unisma, Penulis sejumlah Buku Ketua Pokja 1 TP PKK Kota Malang.
Ana Rokhmatussa’diyah, Doktor Ilmu Hukum dan Dosen Fakultas Hukum Unisma, Penulis sejumlah Buku Ketua Pokja 1 TP PKK Kota Malang.
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Dalam kondisi apapun, termasuk ketika bangsa sedang menghadapi pandemi Covid-19, jika manusia tergelincir memasuki ranah kapitalisme gaya hidupnya, rasanya mustahil dirinya bisa membebaskan dari keniscayaan terjerat dalam pesona hedonisme yang menyesatkan dan menghancurkannya, pasalnya, dalam dirinya sudah tumpul kecerdasan membaca realitas kebutuhan nilai-nilai spiritualitas, padahal dalam nilai-nilai inilah, seharusnya kekuatan kontrol dan pencerahan kepribadian bisa diandalkan dan berdayakan.

Dampak kelemahan tersebut, manusia bisa dengan mudah terperosok melakukan perbuatan menyimpang (menjadi penipu) atau tergelincir dijadikan korban oleh orang lain (seperti menjadi korban penipuan). Disinilah kita bisa menyaksikan, meski era pandemi Covid-19, masih banyak orang melakukan penipuan terhadap sesamanya, meski sesamanya ini sedang dalam kondisi kesulitan, atau berada dalam suasana sebagai pihak yang seharusnya sangat memerlukan bantuan (dukungan).

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Dalam ranah tersebut, manusia yang sejatinya sebagai makhluk Tuhan terbaik, akhirnya gagal menjaga stigmatisasi keagungannya akibat opsi yang dijatuhkannya ditahbiskan atau dimutlakkan pada ambisi dan keserakahan memperkaya diri dan keluarga. Ambisi memperkaya diri merupakan akar kriminogen yang membuat seseorang rentan dijadikan korban.

Di era pandemi Covid-19, public atau setidaknya media massa menempatkan tema penipuan sebagai isu utama, yang isu ini barangkali tak lepas dari sosok penipunya yang bernama perempuan. Kaum hawa ini sedang jadi terdakwa akibat menyerahkan dirinya sebagai  bagian dari komplotan untuk melancarkan atau melicinkan jalan mendapatkan dan mengeruk kekayaan orang lain atau uang calon konsumen atau pihak tertentu.

Janji manis seperti keuntungan besar, dapat dibantu dengan gampang, atau mendapatkan fasilitas serba eksklusif yang disuarakan penipu itu, membuat sejumlah orang terbuai, menjatuhkan pilihan, dan berakhir kehilangan kekayaan atau haknya yang tidak sedikit.

Dalam suatu Hadis, Nabi Muhammad SAW mengingatkan, “dunia itu perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah perempuah yang shalehah” (berpribadi agung). Peringatan ini menunjukkan, bahwa di dalam diri perempuan memang terdapat sumber kekuatan bermagnit tinggi, khususnya secara biologis. Ada keindahan, kemolekan, dan  kecantikan dalam dirinya, yang memposisikannya ibarat perhiasan indah dan menarik.

Siapa yang bisa menjadikan perhiasan ini sebagai investasi moral keluarga dan masyarakat, serta negara, maka bangunan kehidupan keluarga dan masyarakat, serta negara ini akan kuat dan kokoh. Sebaliknya, siapapun pula yang menyalahgunakannya dengan cara menjadikan dirinya sebagai “saham kriminalitas” atau berbagai praktik penyimpangan norma hukum dan agama, maka niscaya keuntungan ekonomi atau kepentingan duniawi lainnya bisa diperolehnya.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Perempuan adalah arsitek masyarakat berkeringat harum”, demikian pernyataan penyair kenamaan A. Syauqy Beq, yang menunjukkan, bahwa di dalam diri perempuan tersembunyi (tersimpan) kekuatan yang bisa menata dan memperbarui masyarakat, sehingga bangunan masyarakat bukan hanya menjadi kuat, tetapi juga akan menyebarkan aroma keharuman yang bisa dirasakan setiap warga  bangsa.

Perempuan menjadi sosok makhluk Allah yang diberi mandat untuk menitiskan dan melahirkan generasi, menentukan jalur estafetisme sejarah kehidupan manusia, merajut konstruksi fajar peradaban, dan menjaga tegaknya bangunan masyarakat dan negara. Perempuan, adalah tiang negara yang menentukan keberlanjutan hidup masyarakat. Ketika tiangnya ini ringkih dan  rapuh, maka rapuh pulalah kehidupan negara.

Sejatinya, negara membutuhkan pilar bernama sumberdaya manusia yang andal, terdidik, dan bermoral kuat. Tanpa sumberdaya manusia demikian, program-program strategis yang harus ditegakkan tak akan mungkin terlaksana.  Sumberdaya yang diidealkan dan diidolakan ini hanya akan bisa terlahir dari seorang perempuan yang sedang atau telah menjalankan fungsi kepejuangannya yang mampu memberikan “keringat harumnya”  untuk generasi penerus, keluarga, dan masyarakat, dan bukan dari dan oleh perempuan penipu.

Ironisnya, jika dibaca dari sejumlah model korban penipuan, tampaknya kita wajib intropeksi, bahwa selama ini para korban ternyata merupakan cermin dari miniatur bangsa Indonesia yang sangat gampang ditipu, yang menempatkan perempuan sebagai sosok yang didakwa terlibat kejahatan.

Yang pernah menghebohkan, para korban merupakan “wajah” multi etnis dan strata yang berambisi mendapatkan keuntungan dan kekayaan di luar parameter kepatutan. Terbukti, tak sedikit dari para korban, adalah pejabat, pengusaha, agamwan, atau akademisi. Mereka tidak berdaya saat menghadapi jurus-jurus perempuan yang menipunya. Mereka mudah percaya kalau yang diucapkan perempuan ini adalah suatu kebenaran atau peluang besar yang kelak akan mendatangkan keuntungan besar.

Hal itulah yang mulai sekarang harus “diinsafi” oleh para perempuan. Kaum hawa ini harus pintar dan kuat mengendalikan “hawa nafsunya”, apalagi di tengah bangsa sedang dihadapkan pada keprihatinan serius ini.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Ana Rokhmatussa’diyah, Doktor Ilmu Hukum dan Dosen Fakultas Hukum Unisma, Penulis sejumlah Buku Ketua Pokja 1 TP PKK Kota Malang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES