Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Ramadhan sebagai Momentum Mendidik Karakter (9): Religius

Rabu, 13 Mei 2020 - 13:00 | 46.92k
Muhammad Yunus. Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Unisma. Kepala BAKAK UNISMA. Anggota Pengrus PW LP Maarif PWNU Jawa Timur. Alumni PP Nurul Jadid, Probolinggo.
Muhammad Yunus. Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Unisma. Kepala BAKAK UNISMA. Anggota Pengrus PW LP Maarif PWNU Jawa Timur. Alumni PP Nurul Jadid, Probolinggo.
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Meskipun program penguatan pendidikan karakter dilaksanakan secara bertahap, setiap satuan pendidikan berkewajiban menjalankan program ini. Sebagai bentuk moral dari dari penyelenggaraan pendidikan itu sendiri. Kenapa demikian, karena tujuan dasar dari pendidikan itu adalah membentuk karakter peserta didik, bukan sekedar penanaman ilmu pengetahuan semata melainkan pembangunan manusia dengan mengharmonisasikan olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga. Masing-masing olah yang ada ini harus menjadi perhatian serius setiap satuan pendidikan meskipun belum tersentuh dengan program pemerintah tersebut. Dalam penerapan keempat olah tersebut kemudian teramu dalam nilai-nilai. Rumusan pemerintah ada tujuh belas nilai yang harus dikembangkan oleh peserta didik; religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggungjawab. Berikutnya akan diuraikan satu persatu dari nilai tersebut.

Religius

Terma religius terkait langsung dengan praktik keagamaan seseorang. Kata religius atau religiusitas tidak bisa diartikan semata-mata agama, melainkan praktik keagamaan seseorang. Sehingga nilai-nilai religius itu dapat dimaknai nilai-nilai kehidupan yang mencerminkan tumbuh kembangnya kehidupan beragama yang terdiri dari tiga unsur pokok yaitu aqidah, syariat, dan akhlak. Meskipun terma ini melekat pada terma Islam, tiga unsur tersebut bisa jadi juga diagama-agama lainnya. Mereka yang mengakui akan adanya Tuhan maka tiga terma itu adalah proses religius seseorang, aqidah kaitannya dengan iman, syariat kaitannya dengan ibadah, dan akhlak kaitannya dengan perilaku/andab asor.

Aqidah adalah unsur pertama dalam keberagamaan kita. Aqidah kaitannya dengan iman ini adalah unsur dimana manusia sebagai makhluk religius mengakui akan adanya Tuhan. Proses menyakini ini terjadi dari proses pemahaman, perasaan, akhirnya meyakini secara total akan adanya eksistensi Tuhan.

Nabi Ibrahim memberikan contoh bagaimana proses iman bagi seorang muslim itu terjadi. Gejolak bathiniah yang terjadi pada Nabi Ibrahim pada proses pencariannya akan Tuhan telah mengantarkan Nabi Ibrahim sebagai Nabi pilihan Allah SWT. Sehingga dengan keimanan yang kuat akan mengantarkan seseoarang memiliki karakter religius yang kuat.

Informasi Seputar UNISMA, kunjungi www.unisma.ac.id

Iman dapat memiliki 3 tingkatan; iman lemah, iman sedang, dan iman kuat. Naik turunnya iman seseorang ini harus dijaga. Sebagai manusia harus sadar betul bahwa Iman itu naik turun. Ada kalanya kuat, ada kalanya lemah sekali. Menjaga konsistensi iman adalah pekerjaan mulia. Dalam beragama Islam, tahapan iman adalah tahapan pertama dan utama.

Kedua adalah syariat. Syariat ini kaitannya dengan ibadah. Maka di Islam kita mengenal dengan rukun Islam. Rukun ini wajib dilakukan bagi dirinya yang mengaku Islam. Jika dengan sengaja meninggalkan maka akan berdosa. Tuntunan beribadah ini karena pemahaman manusia banyak memiliki perbedaan. Namun perbedaan tersebut bukan pada prinsip tetapi pada tatacaranya. Misalnya perintah sholat adalah mutlak, tapi tatacara sholat madzhab fiqh berbeda.

Akhalk merupakan puncak dari beragama kita. Ini adalah buah dari relegius seseorang. Mereka yang patuh terhadap agamanya pasti memiliki akhlak yang baik. Asalkan ibadahnya tersebut dilakukan dengan ikhlas. Tanpa akhlak yang baik maka nilai ibadah tersebut tidak bernilai apa-apa.

Akhlak merupakan poin paling penting dalam beragama seseorang muslim. Bahkan Nabipun diperintah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Persoalan akhlak inilah yang diklaimkan kepada bangsa Arab saat itu sebagai kaum jahiliyah. Olehnya dalam beragama marilah kita niatkan untuk terus belajar menyempurnakan akhlak kita. Semoga kita mampu menyempurnakan akhlak itu. Aamiin (bersambung).

Informasi Seputar UNISMA, kunjungi www.unisma.ac.id

*)Oleh: Muhammad Yunus. Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Unisma. Kepala BAKAK UNISMA. Anggota Pengrus PW LP Maarif PWNU Jawa Timur. Alumni PP Nurul Jadid, Probolinggo.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES