Peristiwa Nasional

Ini Kata Rektor Universitas Alma Ata Soal PSBB

Selasa, 12 Mei 2020 - 23:23 | 131.77k
Rektor Universitas Alma Ata Yogyakarta sekaligus Direktur Alma Ata Center for Global Health Yogyakarta, Prof Dr H Hamam Hadi MS Sc D Sp GK. (Foto: Youtube/alma ata)
Rektor Universitas Alma Ata Yogyakarta sekaligus Direktur Alma Ata Center for Global Health Yogyakarta, Prof Dr H Hamam Hadi MS Sc D Sp GK. (Foto: Youtube/alma ata)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Rektor Universitas Alma Ata Yogyakarta Prof Dr H Hamam Hadi MS Sc D Sp GK angkat bicara terkait belakangan ini ada kekuatan yang mendesak agar Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilonggarkan. Sehingga, muncul kebijakan tentang pengoperasian kembali transportasi darat, laut dan udara. Mulai 11 Mei 2020 disusul kebijakan pemberian ijin bagi penduduk Indonesia usia kurang dari 45 tahun untuk bekerja kembali. Sudahkah cukup bukti scientific yang mendukung kebijakan tersebut? 

Hamam menyebutkan, sampai saat ini beberapa daerah telah melakukan PSBB. Seperti, DKI Jakarta dan sekitarnya, kemudian disusul oleh Bandung dan pada akhir bulan April tepatnya pada tanggal 28 lalu yaitu di Kota Surabaya. Namun, apakah kebijakan PSBB tersebut sudah berdampak yang signifikan saat ini?

“Pada tanggal 5 April lalu, pak Mahfud MD menghubungi kami untuk meminta saran yang konkret apa yang harus dilakukan baik itu tentang lockdown ataupun rapid test di negara Indonesia,” kata Direktur Alma Ata Center for Global Health Yogyakarta, Prof Dr H Hamam Hadi MS Sc D Sp GK kepada TIMES Indonesia di Kampus UAA, Selasa (12/5/2020).

Menurutnya, sejak awal dirinya telah  memberikan beberapa saran kepada Prof Mahfud MD. Salah satunya adalah pemberlakuan PSBB untuk wilayah Jabodetabek menjadi satu paket. Pihaknya juga meyakini jika rapid test ataupun lockdown sangat positif apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh, disiplin serta ada sangsi yang kuat dari pemerintah.

Ia menambahkan jika rapid test dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada dan berjalan dengan cepat serta efektif maka tidak perlu ada yang namanya PSBB.

“Rapid test yang benar adalah tracingnya harus cepat dan jika ada yang terindikasi positif, segera yang di sekitarnya harus diambil dengan cara yang cepat yaitu PCR,” tambahnya.

Faktanya, Hamam melanjutkan, hal tersebut sudah dilakukan sejak awal oleh negara Korea Selatan. Masyarakat Korsel pun dengan sukarela memeriksakan diri sedangkan di Indonesia tidak. “Kalau di Indonesia, sukarelawan dikit sekali bahkan ada yang lari dan sebagainya serta minimnya alat PCR,” kata Hamam.

Selain itu, perihal kebijakan yang sudah dilakukan sampai saat ini di Kota Yogyakarta, Hamam menerangkan bahwa kasus Covid-19 terus meningkat. Memang tidak ada kenaikan yang eksponensial di Yogyakarta.

“Namun jika hal ini tidak diikuti dengan upaya yang lebih serius terutama menjelang Idul Fitri atau pasca Idul Fitri dan tidak diantisipasi dengan baik, saya takut pada masa-masa itu akan ada lonjakan yang signifikan bahkan eksponensial,” tegasnya.

Hamam menegaskan kepada pemerintah agar lebih berhati-hati dalam melakukan kebijakan kelonggaran PSBB dengan alasan ekonomi dan sebagainya.

"Apabila pemerintah memberikan kelonggaran PSBB. Maka, pelonggaran tersebut tentu akan berdampak semakin memburuknya situasi di masa akan datang," jelas Rektor Universitas Alma Ata Yogyakarta Prof Dr H Hamam Hadi MS Sc D Sp GK. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Yogyakarta

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES