Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Diet Informasi di Masa Pandemi

Kamis, 07 Mei 2020 - 14:32 | 73.46k
Ari Ambarwati, Dosen PBSI-FKIP Universitas Islam Malang (UNISMA).
Ari Ambarwati, Dosen PBSI-FKIP Universitas Islam Malang (UNISMA).
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG“Kalau masih katanya, kamu harus cari tahu faktanya.” (Iwan Esjepe)

Di masa darurat korona (Corona Virus Desease/Covid-19) berita bohong atau hoaks (hoax) menyebar dengan cepat, secepat penyebaran virus Corona Virus Deseaase (Covid-19) yang hari ini sudah menembus angka 11.000 lebih menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Hoaks merupakan berita bohong yang belum terverifikasi kebenaran dan kesahihannya.

Sebelum masa pandemi berlangsung, beberapa media massa seperti Jawa Pos, Tempo, sudah membuat rubrik khusus untuk memverifikasi kebenaran sebuah berita, yang terlanjur viral di media sosial maupun di dunia maya. Masyarakat Anti Finah Indonesia (MAFINDO) juga hadir memberi edukasi informasi pada masyarakat untuk mengetahui apakah sebuah berita terindikasi bohong atau tidak. Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemkominfo) juga melansir laporan hoaks, yang setiap saat bisa diakses masyarakat umum di laman kominfo.go.id. Melalui rubrik Laporan Hoaks, masyarakat dapat mengecek apakah smeuah informasi yang didapatnya terindikasi hoaks atau tidak. Bahkan, Google Play sudah menyediakan layanan aplikasi yang bisa diunduh bernama Hoax Buster Tools (HBT) untuk memudahkan masyarakat memvalidasi kebenaran sebuah berita.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Hingga akhir April 2020, Kominfo telah menemukan 474 isu hoaks di platform Youtube dan Facebook yang berkait dengan pandemi korona. Sedangkan pihak Kepolisian RI menangani  70 kasus hoaks sejak wabah korona dinyatakan sebagai kasus pandemi di tanah air, awal Maret lalu. Hal ini selain membuat masyarakat terganggu dan resah, mengakibatkan disharmonisasi di masyarakat yang kontraproduktif terhadap penganggulangan pandemi. Di beberapa tempat, penolakan jenazah pasien terindikasi kena Covid-19 ditolak, dokter dan tenaga kesehatan (nakes) mengalami diskriminasi akibat pekerjaan mereka yang merawat pasien dengan Covid-19, bahkan pasien terinfeksi Covid-19, yang melakukan swakarantina di rumahnya sendiri, juga mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari lingkungan terdekatnya.

Diksriminasi perlakuan terhadap nakes, pasien Covid-19, bahkan jenazah dengan Covid-19 menunjukkan bahwa literasi digital sekaligus literasi kesehatan masyarakat kita masih jauh dari kata ideal. Persebaran berita hoaks yang beredar selama masa pandemi dapat menjadi ancaman serius bagi masyarakat, yang seharusnya lebih berkonsentrasi memutus rantai persebaran virus korona. Menurut hemat penulis, peran aktif masyarakat memutus kabar hoaks juga berkontribusi strategis meningkatkan perilaku siaga pandemi Covid-19. Sama pentingnya dengan menjalankan protokol kesehatan untuk memutus rantai penyebaran virus korona dan disiplin tinggi dalam menjalankan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Masyarakat sebaiknya melakukan diet informasi di media sosial yang terkait dengan Covid-19. Biasakan membaca dengan teliti informasi yang didapat di grup WhatsApp (WA) maupun media sosial lain. Setelah membaca dengan teliti, lakukan pencarian dengan kata kunci di judul informasi yang Anda dapatkan di mesin pencari seperti Google, Mozilla, Explorer, maupun Opera. Baca dengan teliti hasilnya. Berita yang benar, cenderung ditulis oleh banyak media massa, sebaliknya berita hoaks biasanya hanya muncul di media tidak resmi, yang tidak dapat dipertanggungjawabkan atau diragukan repustasinya. Jika masih ragu, sila masuk ke laman MAFINDO: www.mafindo.or.id, atau baca koran-koran cetak yang memiliki rubrik verifikasi kabar berita. Anda juga bisa klik laman www.kominfo.go.id untuk mencari tahu kebenaran sebuah berita. Terakhir, Anda juga bisa manfaatkan aplikasi Hoax Buster Tools (HBT) di Google Play.

Namun, saran penulis, sebelum Anda melakukan itu semua sebaiknya Anda juga mulai selektif mengikuti grup WA, maupun berinteraksi di media sosial. Apalagi jika grup WA maupun sirkel Anda di media sosial hanya melulu membicarakan kabar tentang pandemi korona, yang justru meningkatkan kecemasan Anda, sebaiknya hindari. Pilih untuk bijak berkomentar pada postingan yang hanya akan membuat Anda nyaman dan berkontribusi meningkatkan sistem imun tubuh Anda. Tidak semua informasi dan berita yang beredar di media sosial berkepentingan langsung atau menjadi prefrensi kita. Lakukan diet informasi di media sosial dan digital. Pilih informasi dan berita yang akan membuat Anda bersikap dan berperilaku positif.

Asupan informasi “bergizi’ dan “terpilih” penting untuk memperkuat sistem imunitas tubuh kita. Jadilah penyintas pandemi korona dengan disiplin melakoni diet informasi.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Ari Ambarwati, Dosen PBSI-FKIP Universitas Islam Malang (UNISMA).

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES