Kopi TIMES

Jalankan Puasanya, Jangan Hilangkan Silaturrahminya

Kamis, 07 Mei 2020 - 07:21 | 66.38k
Noor Shodiq Askandar, Ketua PWLP Maarif NU Jatim dan Wakil Rektor 2 Unisma Malang.
Noor Shodiq Askandar, Ketua PWLP Maarif NU Jatim dan Wakil Rektor 2 Unisma Malang.

TIMESINDONESIA, MALANG – Menjalankan puasa ditengah ujian pandemi covid 19 memang memunculkan banyak keraguan untuk melakukan sesuatu. Maunya mumpung ramadhan melakukan banyak hal, akan tetapi ada banyak yang hal yang membatasi. Buka puasa bersama yang menjadi kebiasaan di bulan ramadhan harus ditiadakan. Pengajian dengan tatap muka langsung harus dikurangi. Pertemuan pertemuan harus ditiadakan. Berbagai agenda juga kemudian harus dijadualkan ulang.

Bukan tanpa perencanaan yang matang. Tujuannya tentu semata mata agar kita semua terselamatkan dari serangan virus ini atas ridho Allah swt. Paling tidak kita baik secara mandiri maupun bersama telah berusaha optimal untuk melakukan upaya pencegahan. Bahwa kemudian kenyataan berbeda dari dari apa yang diinginkan, tentu Allah swt yang memberikan keputusan terbaik yang tidak bisa ditolak oleh siapapun.
Berusaha atau berupaya itu memang menjadi kewajiban manusia sebagaimana diperingatkan oleh Allah swt : bahwa Allah swt tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu yang berusaha untuk merubahnya. Dalam ayat lain di surat al jumu’ah ummat manusia juga diperintahkan : jika kamu sekalian telah selesai melaksanakan sholat jumat, maka bersegeralah kalian menyebar ke muka bumi ini dan carilah karunia Allah swt.

Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi ummat manusia untuk berpangku tangan dan tidak berbuat apa apa. Rasulullah mengingatkan dalam sebuah hadits tentang rizqi yang terbaik itu adalah rizqi yang diperoleh dari usaha kedua tangannya. Tugas manusia melakukan usaha secara optimal, dan pada saatnya Allah swt jualah yang berhak menentukan nasibnya.

Prinsipnya, terhadap suatu keadaan yang kurang menyenangkan dan kurang sesuai harapan, maka manusia berusahalah untuk merubah keadaan menjadi lebih baik. Kalau tidak bisa prefentif, maka tindakan kuratif juga harus segera dilakukan. Usahakan mencegahnya dengan segala daya dan upaya, akan tetapi jika tetap terjadi maka carilah jalan terbaik untuk menyelesaikannya.

Begitu juga dalam berpuasa. Meski dalam kondisi yang tidak sangat sempurna karena lapar dan dahaga, segala hal yang baik harus tetap dijalankan. Termasuk pada saat sekarang ini, dimana badai covid 19 terus menghantui, ihtiyar yang dilakukan tidak boleh surut. Amal yang baik juga tetap dijalankan. Termasuk didalamnya membangun silaturrahi sebagaimana ajaran Rasulullah saw. Hal ini sebagaimana hadits : Barang siapa yang ingin dilapangkan rizqi dan dipanjangkan umurnya, maka perbanyaklah silaturrahmi.

Begitu besar manfaat silaturrahmi bagi yang mau terus memeliharanya. Hal ini karena manusia tidak bisa hidup sendiri. Pasti membutuhkan yang lain untuk memenuhi kebutuhannya, maupun menjaga eksistensinya. Setiap manusia butuh juga untuk menutupi kekurangannya melalui kelebihan yang dimiliki ummat manusia lainnya. Saling membutuhkan, saling melengkapi, saling menutupi, dan lainnya adalah kebutuhan mendasar ummat manusia. Menurut Prof Imam Suprayoga dalam tulisannya : Manusia boleh mati, tetapi jangan sampai tinggalkan silaturrohmi.

Hanya saat sekarang, karena situasi tentu modelnya harus disesuaikan dengan kondisinya, Tidak boleh memaksakan harus bertemu secara langsung. Manfaatkan media pertemanan dunia maya, adalah salah satu cara praktis untuk membangun silaturrahmi di tengah pandemi. Saatnya mulai dibiasakan menggunakan aplikasi aplikasi yang bermanfaat, seperti whatsapp, Facebook, instagram, dan berbagai aplikasi pertemanan agar silaturrahminya tetap dapat berjalan, meski pasti akan terasa ada yang kurang. Bagaimana dengan anda ?? 

***

*) Oleh : Noor Shodiq Askandar, Ketua PWLP Maarif NU Jatim dan Wakil Rektor 2 Unisma Malang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES