Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Cinta dan Kecemburuan Allah

Rabu, 06 Mei 2020 - 07:33 | 108.37k
Moh. Badrih, Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNISMA / Aktivis Remaja Masjid Kota Malang / Pengurus Ponpes Tahfidz Al Madani Kota Malang.
Moh. Badrih, Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNISMA / Aktivis Remaja Masjid Kota Malang / Pengurus Ponpes Tahfidz Al Madani Kota Malang.
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Sangat menarik buku yang ditulis oleh Kuswaidi Syafi’ie, darah kelahiran Madura yang sekarang menjadi pengasuh Pondok Pesantren Maulana Rumi, Bantul Yogyakarta. Judul buku yang membuat pembaca penasaran tersebut berjudul “Allah Maha Pencemburu”. Sebuah ilustrasi tentang bagaimana perasaan cinta dan cemburu yang pada hakikatnya adalah satu. Idiom kasih sayang antara sepasang suami istri yang tidak mau menerima kekasih lain selama kekasihnya tersebut masih ada di dunia.

Idiom kecemburuan suami terhadap istri atau sebaliknya kemudian ditambatkan dalam perjalanan ruhani seseorang hamba menuju puncak sejati mahabbah kepada Allah. Inilah yang mejadikan seorang hamba tersebut sebagai kekasih Allah. Buku yang diterbikan oleh Diva Press ini pada awalnya mengilustrasikan bahwa Allah Maha Tunggal yang Dzat-Nya tidak mau diduakan oleh apapun. Kemahatunggalan Allah menjadi sebuah kemutlakan sejati, sehingga apabila ada seorang hamba yang pada awalnya mengimani-Nya lantas seorang hamba tersebut menduakan-Nya, maka dapat dipastikan murka Allah senantiasa menimpa dirinya. 

Kemahatunggalan Allah tidak boleh disaingi oleh apapun termasuk kekuasaan-Nya terhadap alam semesta ini. Ketunggalan Allah adalah “karakatu musyarakatil ghayr” yakni keengganan Allah untuk dipersekutukan dengan yang lain. Maka dapat dipastikan bahwa kecemburuan Allah merupakan sesuatu yang sifatnya azali (Syafi’ie, 2006). Demikian juga dengan segala bentuk ibadah yang kita lakukan mulai bangun tidur sampai tertidur lagi. Apabila semua ibadah tersebut tidak diniatkan untuk Allah, maka Allah sangat murka terhadap kita. Rasulullah telah mengajarkan doa iftitah kepada kita yang menjadi ikrar kita setiap melaksanakan sholat. 

“Inna solati, wanusuki, wamahyaya, wamamati, Lillahirabbil ‘alamin.” Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah kerana Allah, Tuhan seluruh alam. Inilah ikrar yang sering kita baca pada saat melaksanakan sholat. Dengan demikian, Allah dapat memastikan bahwa kita masih berpegang teguh pada sifat-sifat Allah sehingga kita tidak akan menduakan-Nya dalam berbagai hal dan kesempatan.

Apabila Allah telah memilih kekasihnya lantas kekasihnya tersebut berpaling dari-Nya, sungguh kecumburuan Allah sangatlah besar terhadapnya. Dalam buku pengasuh Ponpes Maulana Rumi tersebut terdapat empat kisah para Sang kekasih Allah yang dijadikan ilustrasi bahwa Allah Maha Cemburu. Pertama, tentang Nabi Adam, Nabi sekaligus manusia pertama yang ditempatkan oleh Allah di dalam Syurga ini lebih tertarik kepada pohon Kuldi daripada peritah-Nya. Maka, Allah mengusinya dari Syurga-Nya. Lantas Nabi Adam beserta anak keturunannya tinggal di muka bumi dengan kondisi yang serba memperihatinkan.

Kedua, cintanya Allah kepada Nabi Ibrahim. Ayah dari Nabi Ismail ini telah mendapatkan gelar dari Allah yakni ‘Khalilullah’ (kekasih Allah). Allah telah menyelematkannya dari kobaran api besar saat dia dilempar oleh tantara Namrud ke tengah kobaran api yang menyala. Namun demikian, ujian  cintanya tersebut tidak membuatnya ciut, namun semakin membesar. Bahkan saat dirinya menginginkan seorang putra yang tak kunjung didapatkannya sampai lahirlah Nabi Ismail, kecintaannya kepada Allahpun juga semakin sublim. 

Saat cintanya Nabi Ibrahim kepada Allah sudah terkendala dengan kehadiran Nabi Ismail, maka, Allah segera memerintahkan-Nya untuk menyembelihnya. Hal ini masih untuk melihat antara kecintaan Nabi Ibrahim terhadap diri-Nya dan kepada Nabi Ismail belahan jiwanya. Namun, kecintaan Nabi Ibrahim tetap kepada Allah sehingga Allah menyelatkan keduanya, dan momen itu dijadikan ritual ibadah haji sampai saat ini.

Ketiga, cintanya Nabi Ya’qub kepada Nabi Yusuf. Di antara duabelas putranya, hanya Nabi Yusuflah yang mendapatkan tanda-tanda kenabian sejak kecil, paras yang sangat tampan sehingga dapat membuat seluruh perempuan mesir terpesona termasuk ibu angkatnya Siti Zulaikha. Alangkah murkanya Allah, saat Nabi Ya’kub mulai berpaling cintanya kepada putranya Nabi Ya’kub terpisah dengan Nabi Yusuf selama sepuluh tahun. Demikian sedihnya sehingga Nabi Ya’kub mengalami kebutaan. Demikian juga dengan Nabi Yusuf yang dimasukkan ke dalam sumur dan dipenjara. 

Hal yang serupa juga terjadi kepada Rasulullah yakni saat beliau mulai mencintai Hasan dan Husein. Kedua cucunya yang sangat dikasihi oleh beliau. Pada suatu hari datanglah malaikat Jibril dengan membawa pesan dari Allah untuk menanyakan cintanya Rasulullah kepada kedua cucunya. “Wahai Rasulullah, apakah engkau mencintai cucumu”, kata malaikat Jibril. Lantas beliau menjawab “memang demikian keadaanya.” Kemudian Jibril menyampaikan satu pesan lagi, “akan saya sampaikan kepadamu bahwa Hasan akan mati diracun, sementara adiknya Husein nasibnya lebih parah lagi. Dia akan terbunuh di medan pertempuran dengan terpenggal kepalanya.”

Kisah cinta kekasih Allah kepada Allah sangatlah besar, demikian juga dengan cintaya Allah kepada kekasih-Nya. Rasulullah bersabda, "Tidak ada siapa pun yang lebih pencemburu dibandingkan dengan Allah" (HR Bukhari dan Muslim). Semoga bulan Ramadhan tahun ini, menjadi jembatan ibadah, cinta kita kepada Allah Swt. Amin.

***

*)Oleh: Moh. Badrih, Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNISMA / Aktivis Remaja Masjid Kota Malang / Pengurus Ponpes Tahfidz Al Madani Kota Malang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES