Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Entitas Pendidikan Covid-19 Dalam Hardiknas 2020

Minggu, 03 Mei 2020 - 11:21 | 137.80k
Dr. Muhammad Fahmi Hidayatullah, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam UNISMA, Kepala Pusat Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran UNISMA.
Dr. Muhammad Fahmi Hidayatullah, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam UNISMA, Kepala Pusat Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran UNISMA.
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Belajar dari Covid-19 menjadi tema Hardiknas (Hari Pendidikan Nasional) 2020. Sejatinya tema ini mengajarkan kita semua untuk merefliksikan bersama bahwa keberadaan wabah telah membawa manfaat bagi kemajuan pendidikan kita. Tanpa kita sadari, di masa pandemi sejatinya kita telah melakukan berbagai langkah nyata bagi kemajuan pendidikan di negara kita, dan semua unsur ikut bergerak terlibat, mulai dari orang tua, masyarakat, dan sekolah yang kerap kali disebut sebagai stakeholders pendidkan.

Lalu bagaimana bisa stakeholders pendidikan dapat terlibat? Realitanya, semenjak kegiatan belajar dirumah dilakukan oleh siswa seluruh Indonesia sebagi tindak lanjut Surat Edaran Mendikbud RI Nomor 3 Tahun 2020 tentang pencegahan Covid-19 pada Satuan Pendidikan dan Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 tentang Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease (COVID- 19) tanggal 17 Maret 2020, secara tidak langsung siswa dan stakeholders pendidikan sedang terlibat dalam konsep Merdeka Belajar pemerintah.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Mengapa bisa terjadi demikian? Belajar dari Covid-19, kebebasan belajar dilakukan oleh siswa melalui pembelajaran daring dimana orang tua turut ikut andil dalam kegiatan belajar siswa yang selama ini hampir tidak semua orang tua mengikutinya. Disisi lain, siswa akan mengalami kegamangan pengetahuan, jika tidak didampingi seorang tutor belajar. Apalagi mereka yang usia dini, berada pada tahapan perkembangan pengetahuan pra operasional (kunstruksi pengetahuan) atau operational kongkrit (kemampuan menagkap pengatahuan nyata) dalam pandang J. Piaget.

Jika masa itu yang sedang dialami, maka orang tua memilki tanggung jawab untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajarannya. Lalu pendekatan apa yang dapat digunakan orang tua dalam mendampingi belajar siswa dengan tuntutan pembelajaran daring? mengoptimalkan pendekatan rasional-fungsional yaitu pemahaman terhadap pengetahuan atas ide/pikiran siswa sendiri yang berdasar pada hakikat kebenaran, ditunjang dengan kebermanfaatan pengetahuan.

Hal ini perlu dilakukan sebagai variasi pembelajaran daring, mengingat pembelajaran yang demikian ini memudahkan siswa berada pada kondisa padatnya kerja sistem otak manusia, yang mengakibatkan munculnya sifat jenuh dalam proses pembelajaran berbasis teknologi informasi maupun sifat meremehkan terhadap pengetahuan karena kemudahan mengaksesnya. Inilah yang tidak kita inginkan, mengingat kondisi sekarang memiliki resiko terjadinya disrupsi pengetahuan (kebergantungan pada pengetahuan secara instan tanpa proses belajar).

Kedua, masyarakat juga turut terlibat dalam pembelajaran daring dengan usaha menciptakan lingkungan yang produktif. Lingkungan tersebut dapat diciptkan, minimal melalui saling memberi motivasi atau saling mengingatkan masa depan anak-anak di lingkungannya bahwa pendidikan tidak dapat dihentikan oleh keberadaan wabah. Justru wabah, menjadi ultimatum bangkitnya pendidikan di Indonesia.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Hal ini selaras dengan semoboyan bapak pendidikan Indonesia KH. Dewantara, ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Artinya di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, dan di belakang memberi dorongan. Maksud dari semboyan tersebut bahwa hakikat pendidikan itu setiap unsur terlibat dalam melakukan ketiga hal tersebut mengingat masyarakat menjadi bagian dari stakholders pendidikan sendiri.

Ketiga, sekolah menjadi sentral suksesi penyelenggaraan sistem pendidikan di Indonesia. Artinya tidak semua kesuksesan siswa dibebankan pada sekolah, semacam sekolah memberikan garansi suksesi peserta didiknya. Tidak demikian, akan tetapi pengelolaan sistemlah yang menjadi tanggung jawab sekolah. Mengingat sistem memuat berbagai unsur yang terdiri atas guru, tenaga kependidikan, peserta didik, orang tua, dan masyarakat sekitar sekolah.

Sehingga, pengelolaan pendidikan bergantung penuh kepada sekolah, bagaimana dapat memanage sebuah sistem. Apakah ada unsur gotong royong kah di dalamnya, yang disertai kualitas kerja sistem yang mendukung suksesi pendidikan itu sendiri. Sebagaimana filosofi kultur bangsa dan negara Indonesia adalah bangsa gotong royong dan negara gemah ripah loh jinawi (makmur sejahtera) sesuai dengan hakikat kemerdekaan dari manfaat belajar. 

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Dr. Muhammad Fahmi Hidayatullah, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam UNISMA, Kepala Pusat Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran UNISMA.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES