Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Hardiknas Versi Corona

Minggu, 03 Mei 2020 - 11:31 | 94.92k
Dr. H. Ahmad Siboy., S.H., M.H, Dosen Pascasarjana Unisma dan Alumnus Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk.
Dr. H. Ahmad Siboy., S.H., M.H, Dosen Pascasarjana Unisma dan Alumnus Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk.
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Peringatan hari pendidikan nasional (Hardiknas) tahun 2020 merupakan peringatan hari pendidikan yang diperingati dalam “kesunyian”. Peringatan Hardiknas tahun 2020 berada dalam kondisi dan situasi sunyi atau tidak sama dengan peringatan Hardiknas tahun–tahun sebelumnya. Biasanya, Hardiknas selalu diwarnai dengan berbagai gegap gempita seperti upacara.

Hardiknas tahun ini menjadi sunyi karena diperingati pada situasi dimana tidak boleh terdapat kegiatan yang diikuti oleh orang banyak. Namun, peringatan Hardiknas yang terpaksa harus dirayakan dalam kesunyian ini tentu memiliki pesan tersendiri terhadap perayaan hari pendidikan nasional. Peringatan Hardiknas tahun ini seakan menjadi “protes” terhadap peringatan Hardiknas tahun-tahun sebelumnya.

Buktinya, dengan kehadiran Corona maka upacara peringatan Hardiknas tidak bisa digelar seperti biasanya. “Protes” corona atas peringatan Hardiknas setidaknya mengandung beberapa pesan. Pertama, Corona seakan ingin menyadarkan rakyat Indonesia bahwa peringatan hari pendidikan nasional dalam bentuk upacara tidak dapat memberikan makna apa-apa bagi dunia pendidikan Indonesia. Sebab, pasca upacara dan segala kegiatan ceremonial lainnya, tidak berimplikasi positif terhadap perubahan wajah pendidikan Indonesia. Pendidikan Indonesia tetap terkatung-katung tanpa arah yang pasti. Apa yang disampaikan dalam pidato upara Hardiknas hanya menjadi imajinasi yang tak dapat menjadi kenyataan. Hakikat peringatan Hardiknas hanya manis dalam tulisan dan pendengaran para peserta upacara namun beku dalam menghadapi realitas kehidupan. Corona seakan memberi pesan bahwa hakikat peringatan Hardiknas bukan terletak dari seberapa meriah kegiatan peringatan tersebut dikemas melainkan seberapa penting kontribusi Hardiknas terhadap perubahan nyata dunia pendidikan Indonesia.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Kedua, Peringatan Hardiknas di saat Corona seperti sekarang, telah menjelaskan kepada rakyat bahwa rezim pendidikan telah mengalami perubahan yang signifikan. Perubahan tersebut terkait dengan model pembelajaran yang diselenggarakan. Tatkala belum terjadi wabah Corona maka aktivitas pembelajran dilaksanakan di ruang-ruang kelas, dimana seorang Dosen berinteraksi dengan puluhan mahasiswanya secara langsung . Namun, dengan kehadiran Corona maka aktivitas pembelajaran tidak boleh dilakukan seperti cara-cara konvesional dengan berkumpul pada satu ruang tertentu. Dengan adanya Corona maka aktivitas pembelajaran tidak perlu dilakukan dengan pertemuan secara fisik melainkan cukup pertemuan di dunia maya. Di ruang dimana hanya terdapat laptop dan sang mahasiswa saja. Hal ini juga bermakna bahwa peringatan Hardiknas tidak perlu diperingati dengan datang ke lapangan upacara secara bersama-sama atau berkumpul. Hakikat peringatan Hardiknas ada direlung hati. Artinya, substansi Hardiknas adalah bagaimana manusia Indonesia dapat melakukan refleksi atas dinamika pendidikan yang sedang dilami dan setelah itu membulatkan tekad untuk mengejar kertetinggalan dari Negara-negara lain.

Ketiga, lewat Hardiknas maka virus Corona ingin membangunkan dunia pendidikan Indonesia bahwa keberhasilan lembaga pendidikan untuk memanusiakan manusia atau melakukan peningkatan pada SDM peserta didik bukan ditentukan oleh kepemilikan atas lahan yang luas, gedung-gedung yang mewah melainkan ditentukan oleh spirit serta kualitas keilmuan seluruh pemangku kepentingan. Corona seakan menyadarkan bahwa lahan luas dan gedung yang megah tidak berarti apa-apa tanpa diringi oleh pembangunan skill pendidiknya.

Keempat, lewat momentum Hardiknas, Corona ingin mengingatkan para pendidik khususnya para dosen di lingkungan Perguruan Tinggi untuk lebih banyak melahirkan karya. Sebab, dengan adanya virus Corona maka para dosen cukup stay at home dan pada saat stay at home inilah kemudian dosen dituntut untuk melahirkan banyak karya seperti buku, jurnal dan lain-lain. Dengan “paksaan” untuk tinggal dirumah tersebut maka seakan menjadikan dosen tidak memiliki alasan lagi untuk tidak melahirkan karya. Peringatan Hardiknas ditengah wabah Corona tidak menuntut Dosen untuk mengikuti upacara ditengah terik matahari dan mendengarkan pidato tentang makna pendidikan versi pimpinan. Sebaliknya, Hardiknas ditengah Corona ini justru mendoroang dosen untuk menyampaikan permasalahan dan solusi yang ditawarkan atas carut marut dunia pendidikan Indonesia.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Kelima, sunyi. Dengan peringatan Hardiknas tahun 2020 maka Corona seakan membangunkan Indonesia bahwa dunia pendidikan kita sudah terlalu ramai oleh hal-hal di luar pendidikan. Dunia pendidikan kita terlalu ramai oleh urusan komersialisasi dan formalitas belaka dan tidak dapat memberi makna bagi pemberdayaan masyarakat.    

***

*)Penulis: Dr. H. Ahmad Siboy., S.H., M.H, Dosen Pascasarjana Unisma dan Alumnus Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES