Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Ngaji Matematika (5): Integrasi Matematika dan Al-Qur'an

Minggu, 03 Mei 2020 - 10:35 | 737.10k
Abdul Halim Fathani, Pemerhati Pendidikan dan Dosen Pendidikan Matematika Universitas Islam Malang.
Abdul Halim Fathani, Pemerhati Pendidikan dan Dosen Pendidikan Matematika Universitas Islam Malang.
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANGMATEMATIKA merupakan ilmu pengetahuan dasar yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari baik secara langsung maupun tidak langsung. Matematika juga merupakan ilmu yang tidak terlepas dari agama. Pandangan ini dengan jelas dapat diketahui kebenarannya dari ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan matematika, di antaranya adalah ayat-ayat yang berbicara mengenai bilangan, operasi bilangan, dan adanya penghitungan.

Awan (209) dalam artikelnya “Quran and Mathematics-I”, yang terbit di jurnal Jihat al-Islam menegaskan pentingnya sains dan matematika dalam Islam dapat divisualisasikan oleh fakta bahwa ilmu matematika digunakan dalam amalan-amalan (ritual) dalam Islam.

Dalam konteks integrasi, Abdussakir dan Rosimanidar (2017) menggarisbawahi bahwa Integrasi matematika dan agama tidak dilakukan sekedar mencari dalil-dalil agama untuk matematika. Terlebih lagi tidak dilakukan untuk mengislamkan matematika. Integrasi matematika dan agama bukan proses islamisasi matematika. Integrasi ini bukan untuk menghasilkan matematika Islam, karena jika ini terjadi maka akan muncul juga matematika Kristen, matematika Hindu, matematika Budha, matematika Konghucu, atau lainnya.

Integrasi ini bukan untuk memberi ‘label’ agama pada matematika, tetapi untuk membuat umat beragama ‘lebih beragama’ melalui matematika. Lebih khusus, bukan islamisasi matematika tetapi islamisasi manusia dan lingkungan sekitarnya dengan matematika. Dengan demikian, matematika menjadi sarana bagi manusia dalam rangka menjalankan tujuan penciptaannya.

Dalam Islam, semua ilmu bersumber dari Allah Swt yang disediakan melalui ayat-ayat kauniyah (alam semesta) dan ayat-ayat qauliyah (al-Quran). Tawaran model pembelajaran yang berbasis integrasi al-Qur’an dan matematika ini –salah satunya- dapat merujuk pada gagasan yang yang ditawarkan dan dikembangkan oleh Abdussakir dan Rosimanidar (2017). Terdapat enam model integrasi matematika dan al-Quran sebagai berikut.

Pertama, Mathematics from Al-Quran (Mengembangkan Matematika dari Al-Quran)

Pada model integrasi ini, matematika dikaji dan dikembangkan dari al-Qur’an. Ide-ide matematis dalam al-Quran ada yang bersifat eksplisit (Bilangan, relasi bilangan, operasi bilangan, rasio dan proporsi, himpunan, dan pengukuran) dan ada yang implisit. (Relasi, fungsi, estimasi, statistika, dan pemodelan matematika). Dalam praktik di kelas, pembelajaran dimulai dengan mengkaji ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan topik yang akan dibahas.

Kedua, Mathematics for Al-Qur’an (Menggunakan Matematika untuk Melaksanakan Al-Qur’an)

Pada model integrasi ini, matematika digunakan untuk melaksanakan perintah-perintah Allah yang termuat dalam al-Qur’an. Seperti menggunakan matematika dalam konteks fikih, yaitu penentuan ukuran dua kulah, shalat, puasa, zakat, haji, dan pembagian harta waris (faraidl). Dalam praktik pembelajaran, matematika diajarkan dalam rangka mengembangkan potensi intelektual sekaligus potensi spiritual siswa

Ketiga, Mathematics to Explore Al-Qur’an (Menggunakan Matematika untuk Menguak Keajaiban Matematis Al-Qur’an)

Pada model integrasi ini, matematika digunakan untuk mengeksplorasi keajaiban-keajaiban matematis yang terdapat dalam al-Qur’an. Sebagai contoh Rashad Khalifa (1974), Ahmad Deedat (1979), Fahmi Basya (2003), Abdurrazzaq Naufal (2005), Abu Zahra an-Najdi (2006), Abah Salma Alif Sampayya (2007), Caner Taslaman (2010), Abdussakir (2006a, 2006b, 2007) mengkaji keajaiban angka 19 dalam al-Qur’an. Abdud Daim al-Kahil (2008) mengkaji keajaiban bilangan 7 dalam al-Quran melalui konsep himpunan. Arifin Muftie (2007) mengkaji keajaiban bilangan 11 dalam al-Quran. Abdurrazzaq Naufal (2005) juga mengkaji keajaiban statistik dalam al-Qur’an. Soemabrata (2006a dan 2006b) mengkaji aspek-aspen numerik al-Quran. Masih banyak lagi keajaiban matematis al-Qur’an yang perlu dikaji dalam rangka untuk semakin meneguhkan keimanan.

Keempat, Mathematics to Explain Al-Qur’an (Menggunakan Matematika untuk Menjelaskan Al-Qur’an)

Pada model integrasi ini, matematika digunakan untuk memberikan penjelasan pada ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan perhitungan matematis atau aspek matematis lainnya. Misalnya matematika digunakan untuk menjelaskan lamanya nabi Nuh a.s tinggal bersama kaumnya atau lamanya Ashhabul Kahfi tidur di dalam gua.

Kelima, Mathematics to Deliver Al-Qur’an (Menggunakan Matematika untuk Menyampaikan Al-Qur’an)

Pada model integrasi ini, matematika digunakan sebagai sarana untuk mengajarkan dan menyampaikan kandungan materi al-Qur’an kepada siswa. Sebagai contoh, dalam menjelaskan konsep himpunan menggunakan contoh himpunan nama shalat wajib, shalat sunnah, nama hari-hari atau bulan-bulan dalam Islam, nama nabi, nama malaikat, nama nabi ulul ‘azmi, nama surat dalam al-Qur’an, nama surat Madaniyah, atau nama surat Makkiyah. Dalam menjelaskan relasi dan fungsi, menggunakan contoh nama shalat dan raka‟atnya, nama surat dan jumlah ayatnya, atau amal perbuatan dan balasannya.

Keenam, Mathematics with Al-Qur’an (Mengajarkan Matematika dengan Nilai-nilai Al-Qur’an)

Pada model integrasi ini, matematika dikaitkan dengan kandungan nilai-nilai al-Qur’an. Matematika dilandasi nilai-nilai al-Qur’an untuk mengembangkan al-akhlaqul karimah dalam rangka mencipta siswa menjadi khaira ummah yang diliputi ‘amilush shalihah. Nilai-nilai al-Qur’an diinternalisasi melalui pembelajaran matematika.

Mengacu pada keenam model pembelajaran matematika berbasis integratif tersebut, diharapkan akan dapat membentuk pribadi pembelajar matematika yang holistik-komprehensif. Memiliki pemahaman yang utuh terkait matematika, bahwa matematika itu tidak lepas dengan agama (baca: al-Qur’an).

Matematika merupakan salah satu ilmu yang wajib kifayah untuk dipelajari bagi umat Islam. Oleh karena itu, menyelenggarakan pembelajaran matematika yang berparadigma interatif ini diharapkan bisa menjadi ikhtiar untuk melahirkan sosok matematikawan yang ulul albab, sebagaimana yang sudah dibahas di tulisan sebelumnya.

Ialah pertama, sosok pembelajar yang menggunakan matematika sebagai sarana untuk berdzikir kepada Allah swt, yakni dengan mengimplementasikan pembelajaran mathematics from, for, to, dan with al-Quran. Kedua, pembelajar yang yang selalu memikirkan dan melakukan kajian dan riset dalam rangka mengembangkan keilmuan matematika dalam bingkai al-Qur’an. Dan, yang ketiga, pembelajar yang dapat memberikan kontribusi riil terhadap manfaatnya dalam kehidupan dan memberikan sumbangsih terhadap displin keilmuan yang ditekuninya melalui matematika. (*)

***

*)Oleh: Abdul Halim Fathani, Pemerhati Pendidikan dan Dosen Pendidikan Matematika Universitas Islam Malang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES