Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Ngaji Matematika (4): Pesan Numerik dalam Al-Quran

Sabtu, 02 Mei 2020 - 10:40 | 308.49k
Abdul Halim Fathani, Pemerhati Pendidikan dan Dosen Pendidikan Matematika Universitas Islam Malang
Abdul Halim Fathani, Pemerhati Pendidikan dan Dosen Pendidikan Matematika Universitas Islam Malang
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANGPEMBAHASAN Al Quran dengan pendekatan paradigma angka atau numerik masih belum banyak dilakukan bila dibandingkan dengan paradigma verbal. Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia, terdiri atas bahasa tulisan dalam hal ini huruf-huruf (verbal) dan juga “bahasa angka” (numerik). Keduanya tersebut merupakan bahasa simbol, huruf mewakili bahasa bunyi dan angka mewakili bilangan. 

Apa yang sudah dilakukan oleh anak-anak ataupun orang yang telah dewasa pada saat belajar membaca, mempelajari, dan memahami Al-Quran adalah bagian dari upaya untuk memahami simbol-simbol, agar dapat membaca (huruf-huruf) sehingga dapat mengerti dan memahami apa pesan dari kandungan Al-Quran tersebut.

Pada saat yang bersamaan, mereka juga diberi pemahaman tentang adanya angka atau bilangan, salah satunya dengan penekanan atau pengenalan –di antaranya- bahwa sesungguhnya: Allah swt itu satu; Rukun Iman ada enam; Rukun Islam ada lima; Shalat fardhu lima kali dalam sehari semalam; dan Jumlah rakaat shalat fardlu adalah tujuh belas rakaat.

Pendekatan pemahaman terhadap Al Quran melalui bahasa verbal secara terus-menerus dilakukan oleh umat manusia dan para ahli agama sejak masa awal al-Qur’an diperkenalkan pada masa para khalifah sesudah wafatnya Rasulullah SAW. Hal itu terus berlangsung sampai saat ini, dalam rangka mencari makna dari kedalaman pesan-pesan Al-Quran. Tetapi tidak demikian halnya terhadap angka atau bilangan yang ada di dalamnya.

Keberadaan bahasa verbal dan juga bahasa angka dalam Al-Quran, pada hakikatnya memperkuat keterangan Al-Quran, bahwa isi dari ayat-ayat Al-Quran bersifat seimbang atau berpasangan, ada ayat-ayat muhkamat, yaitu ayat-ayat yang jelas isi dan maksudnya serta mudah dipahami, dan ada ayat-ayat mutasyabihat, yaitu ayat-ayat yang tidak jelas atau tersamar maksudnya, dan membutuhkan penafsiran yang lebih jauh dan lebih mendalam.

“Bahasa angka” atau numerik dapat membantu dan mendukung dalam memberi penjelasan yang ‘lebih’ terhadap makna dari suatu keterangan yang disampaikan dengan bahasa verbal yang terkadang masih perlu didukung penjelasan lebih lanjut. 

Berikut akan diberikan satu contoh ayat Al-Quran yang dimaknai secara numerik, yang ditulis oleh Iskandar AG Soemabrata dalam bukunya berjudul ‘Pesan-pesan Numerik Al-Quran’. 

Mari kita perhatikan Al-Quran surat Ali Imran ayat 96: Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang selalu diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.

Kalau kita cermati penjelasan dari ayat tersebut secara verbal saja, tentu orang bisa saja belum memahami lebih jelas apa kandungan pesan atau keterangan yang ada di dalam ayat Al-Quran itu. Perhatikan kata “Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang selalu diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” 

Kalau memang kita merujuk hanya sebatas pada keterangan bahasa huruf (verbal), maka akan muncul semacam pertanyaan, Bagaimana suatu bangunan sederhana yang berbentuk kubus dan yang seluruhnya terbuat dari batu, selalu diberkahi dan dapat menjadi petunjuk bagi umat manusia dan juga makhluk-makhluk lain yang ada di alam semesta? Sedangkan kita tidak melihat adanya satu tulisan atau satu keterangan apapun pada seluruh batu yang menjadi bagian dari bangunan Ka’bah tersebut.

Berbicara mengenai batu, sebenarnya hal itu dapat mengingatkan kita pada salah satu surat dalam al-Al-Quran yang diberi nama “al-Hijr” yang berarti “Batu”. Di sinilah Al-Quran menunjukkan dirinya, bahwa dia memang berfungsi sebagai petunjuk yang mampu memberi penjelasan kepada manusia. Kata “al-Hijr” sebagai nama surat diambilkan dari nama suatu kota yang terletak di pinggir jalan antara Madinah dan Syam (Syiria). Di mana penduduknya kaum Tsamud memahat gunung batu sebagai tempat tinggal mereka.

Posisi dari surat al-Hijr terletak pada urutan nomor (angka) ke-15 dari seluruh urutan nomor surat yang terdapat di dalam Al-Quran, dengan jumlah ayat sebanyak 99 ayat. Angka 99, di satu sisi adalah suatu jumlah yang menunjukkan angka kesempurnaan, jika disamakan dengan konsep Asma’ul Husna yang memuat nama lain dan juga sifat Allah SWT sejauh yang dapat kita ketahui.

Dilihat dari sudut pandang numerik, ada dua angka atau bilangan yang berkaitan dengan surat al-Hijr tersebut. Pertama adalah angka 15, yang menunjukkan posisi atau nomor urut surat tersebut di dalam Al-Quran, dan kedua angka sebanyak 99 sebagai jumlah ayat dari surat al-Hijr, atau kapasitas dari ayat yang terletak pada surat tersebut.

Kalau saja kedua angka yang terkandung dalam surat al-Hijr tersebut disatukan atau dijumlahkan, maka akan diperoleh nilai sebanyak: 15 + 99 = 114. Angka 114 ini dapat dirujuk pada dua hal; Pertama, surat ke-114 yaitu al-Naas yang berarti manusia, dan kedua angka 114 sebagai jumlah dari semua surat yang ada dalam Al-Quran, atau 114 sebagai nilai dari Al-Quran itu sendiri.

Dengan adanya penjelasan angka di sini kita baru dapat menangkap makna yang tersirat tentang rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, atau yang selanjutnya dikenal dengan Ka’bah itu, sebenarnya merupakan simbolisasi dari Al-Quran (114 surat). 

Ka’bah sebagai sebuah simbol. Simbol dari Al-Quran yang selalu diberkahi Allah SWT, Al-Quran sebagai petunjuk bagi umat mansuia dan seluruh alam semesta, sebagaimana yang dinyatakan dalam surat Ali Imran ayat 96.

Inilah salah satu bukti bahwa ayat secara redaksional dan juga angka (numerik) atau bilangan yang terdapat dalam surat atau juz sudah bersifat baku dan tidak dapat diubah oleh siapapun. 

Hal ini merupakan tanda bahwa huruf dan angka dalam Al-Quran merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena sebenarnya keduanya merupakan bagian dari pewahyuan Al-Quran. (*)

***

*)Oleh: Abdul Halim Fathani, Pemerhati Pendidikan dan Dosen Pendidikan Matematika Universitas Islam Malang

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES