Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Romantisme Shalat Tarawih

Kamis, 30 April 2020 - 13:48 | 59.08k
Moh. Badrih, Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNISMA, Aktivis Remaja Masjid Kota Malang, Pengurus Ponpes Al Madani Kota Malang.
Moh. Badrih, Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNISMA, Aktivis Remaja Masjid Kota Malang, Pengurus Ponpes Al Madani Kota Malang.
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Shalat Tarawih merupakan shalat sunnat yang hanya ada pada bulan Ramadhan. Istilah ‘Tarawih’ merupakan bentuk jamak dari kata ‘tarwiih‘, sedangkan ‘Tarwiih’ sebagai bentuk ‘masdar’ dari ‘rawwaha-yurawwihu’’(Zarkasih, 2019). Secara leksikal ‘tarawih‘ merupakan shalat sunnat yang dikerjakan saat istirahat (setelah shalat isya’). Dalam sebuah riwayat, nabi melaksanakan sholat Tarawih di Masjid Nabawi tidak kurang dari tiga malam saja, selebihkan beliau mengerjakannya di rumah. 

Dalam sebuah riwayat yang lain, dua malam tersebut malam pertama dan kedua sedangkan dalam riwayat yang lain tanggal dua puluh tiga. Meskipun sholat Tarawih dikerjakan setiap malam selama bulan Ramadan, tetapi sholat Tarawih bukanlah sholat wajib. Rasulullah bersabda “Sesungguhnya Allah mewajibkan kepada kelian berpuasa Ramadhan dan mensunnahkan sholat malamnya” (H.R. An-Nasa’i). Rasulullah mengerjakan sholat Tarawih di masjid dan juga di rumah. Hal ini menunjukkan agar sholat Tarawih sebagai bentuk motivasi dan tidak terkesan wajib.

Di masa Syaiyidina Abu Bakar as-Siddiq, sholat Tarawih dikerjakan secara berkelompok, ada yang empat dan ada yang enam orang. Baru pada masa Khalifah Umar bin Khattab sholat tarawih dijadikan berjamaan seperti sekarang. Pada awalnya Umar melihat orang-orang yang sholat Tarawih semakin banyak. Ada yang sholat sendiri dan ada yang berjamaah. Melihat kondisi tersebut timbul keinginan Umar untuk membentuk sholat Tarawih secara berjamaah dengan menunjuk Ubay bin Kaáb sebagai Imam. Ubay bin Kaáb merupakan hafidz di masa itu sahabat yang bacaan al-Quránnya paling bagus.

Mengenai jumlah bilangan rakaat dalam sholat Tarawih, di masa Rasulullah jumlah rakaatnya delapan dengan durasi waktu yang sangat lama, sedangkan di masa Umar jumlah rakaatnya dua puluh dan tiga rakaat sholat witir dengan durasi waktu yang relatif pendek. Imam Syafié memberikan pendapat mengenai hal ini yakni sholat Tarawih delapan rokaat dan dua puluh rokaat dua-duanya baik (Zarkasih, 2019). Tarawih dengan delapan rakaat mencontoh Rasulullah, sedangkah sholat Tarawih dengan dua puluh rakaat mencontoh Syaiyidina Umar.

Fenomena yang terjadi di sekitar kita ialah sholat Tarawih dengan durasi yang sangat pendek dan jumlah yang sangat sedikit. Hal ini menunjukkan sebuah fenomena baru bahwa sholat yang sejatinya merupakan hubungan manusia dengan hamba dalam bentuk kekhusukan batin terkadang hanya menadi ritual formalitas saja. Kalau beberapa tahun terakhir kita sering melihat video viral mengenai sholat Tarawih dengan dua puluh rokaat dan durasi waktu yang sangat singkat. Fenomena yang demikian bisa jadi masih ada sampai sekarang.

Kondisi tersebut, membuat kita merefleksi diri sendiri dalam melaksanakan sholat. Kekhusukan saat sholat dan tumakninah tanpa meninggalkan rukun dan sunnah sholat sudah menjadi keniscayaan dan kebiasaan yang sejatinya tidak  perlu ditawar, tetapi memantapkan hati berdzikir dan berdoa kepada Allah dalam sholat perlu dipertanyakan kembali. Analogi sederhana, apabila kita bertemu dengan atasan setelah kita melakukan kesalahan dari tugas yang diamanahkan kepada kita, kita sangat ketakutan. Namun, saat kita melakukan sholat dengan berbagai kesalahan dan kekhilafan terkadang kita tidak merasakan apa-apa. Hal ini menunjukkan bahwa kita belum memiliki hubungan sublimitas hubungan batin yang hakiki dengan Allah Swt. baik dalam sholat wajib ataukah dalam sholat sunnat.

Sholat Tarawih merupakan sholat sunnat dengan bilangan paling banyak dibanding dengan sholat sunnat yang lain. Begitu pentingkah sholat ini, sehinga Rasullullah bersabda “Barang siapa yang melakukan ibadah (Salat tarawih) di bulan Ramadan hanya karena iman dan mengharapkan ridla dari Allah, maka baginya di ampuni dosa-dosanya yang telah lewat”. (HR: Muslim). Maka sudah sepantasnya, sholat sunnah Tarawih yang kita kerjakan setiap malam sebagai bentuk percintan kita dengan Sang Khaliq.

Apabila sepasang kakasih tidak bertemu dalam waktu yang singkat rasa kangennya sangat terasa hingga terbawa ke dunia mimpi, lantas bagaimana apabila Sang Kekasih tidak bertemu dalam relatif lama. Begitu ‘dahaga’ dia agar segera bertemu. Lantas setelah sepasang kekasih tersebut bertemu, yang dia rasakan saling memuji saling meminta sehingga tercipta kondisi yang sangat romantis, begitulah seorang kekasih yang dapat diimplementasikan dalam sholat.

Rasa rindu dan cinta kita kepada Tuhan akan terefleksi dalam sholat. Sholat yang dalam perkiraan logika sangat lama apabila diimbangi dengan perasaan bermahabbah kita kepada Allah akan terasa singkat dan menyenangkan. Rasa cinta kita kepada Allah akan menjadi lintera penerang yang tidak akan pernah padam sehingga hari-hari selalu diliputi rasa rindu kepada-Nya. Sholat Tarawih adalah sholat sunnat yang dapat menjadi media mahabbah sekaligus romantis kita kepada Allah. Semoga pada bulan puasa kali ini kita senantiasa diberi keterbukaan hati oleh Allah untuk menjadi hamba-hamba-Nya yang mendapat gelar muttaqin di sisi-Nya, amin. 

*)Oleh: Moh. Badrih, Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNISMA, Aktivis Remaja Masjid Kota Malang, Pengurus Ponpes Al Madani Kota Malang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-3 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES