Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Menakar Calon Staf Khusus Milenial Presiden

Kamis, 30 April 2020 - 11:54 | 102.46k
Dr. H. Ahmad Siboy., S.H., M.H, Dosen Pascasarjana Unisma dan Dosen Luar Biasa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.
Dr. H. Ahmad Siboy., S.H., M.H, Dosen Pascasarjana Unisma dan Dosen Luar Biasa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Pasca pengunduran diri dua staf khusus milenial Presiden, Adamas Belva Syah Devara dan Andi Taufan Garuda Putra, maka perbincangan mengenai siapa yang akan menggantikan dua tokoh muda tersebut pun bermunculan. Perbincangan mengenai siapa yang akan menggantikan mereka tentu merupakan obrolan yang sah-sah saja. Sebab, setiap ada yang mundur maka pasti ada yang mengganti.

Perbicangan mengenai sosok yang akan mengganti tentu berkaitan dengan siapa yang layak dan pantas untuk menggantikan Belva Devara dan Andi Taufan duduk di ring satu istana. Sampai detik ini, telah muncul beberapa nama yang dikemumukan ke publik. Terkhir dari Gerakan Nasional Mahasiswa Indonesia (GMNI) yang menawarkan nama Chrisman Damanik.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Seharusnya, sebelum mengajukan beberapa nama untuk dipilih oleh Presiden maka lebih tepat untuk memetakan terlebih dahulu tentang kriteria bagi calon staf khusus milenial Presiden. Penempatan kriteria penting karena tokoh yang akan dipilih oleh Presiden akan menjadi panutan seluruh rakyat Indonesia. Artinya, sosok yang akan dipilih oleh Presiden akan menjadi “idola baru” bagi anak muda sehingga apabila sosok yang diipilih Jokowi kurang layak dijadikan sebagai “idola” maka pilihan Jokowi tidak akan menjadi pilihan yang dapat memberikan inspirasi bagi anak muda Indonesia.

Lalu seperti apa sosok yang harus dipilih oleh Jokowi? Sosok yang akan dipilih oleh Joko Widodo haruslah anak muda yang memiliki latar belakang pendidikan yang kuat. Pilihan berdasarkan pendidikan ini penting untuk menyadarkan seluruh anak muda dan anak usia sekolah di Indonesia akan pentingnya pendidikan. Apabila Presiden tidak mempertimbangkan latar belakang pendidikan calon staf  khususnya ini atau memilih anak muda yang tidak memiliki rekam pendidikan yang prestisius maka tentu akan membuat anak muda dan anak usia sekolah akan mengesampingkan dunia pendidikan. Anak muda dan anak usia sekolah akan berdalih bahwa pendidikan tidak penting sehingga usia sekolah tidak akan dimannfaatkan seoptimal mungkin bahkan dikesampingkan.

Dalam konteks ini, Presiden dapat memilih staf khusus dari kalangan muda yang sudah menyelesaikan pendidikan sampai pada level jenjang akademik paling tinggi  semisal telah menyelesaikan strata tiga (S-3) atau bergelar akademik Doktor.

Apabila Presiden Joko Widodo memilih staf milenial yang sudah bergelar doktor dan usianya masih sangat muda atau dibawah tiga puluh tahun maka anak-anak muda dan anak usia sekolah lainnya akan benar-benar serius untuk memanfaatkan usia sebelum tiga puluh tahun untuk sudah menyelesaikan seluruh jenjang pendidikan formal. Anak-anak muda akkan berfikiran bahwa ketika ia mampu menyelesaikan studi dalam penddidikan formal dalam usia muda maka ia akan semakin cepat diberikan panggung di pemerintahan.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Bersamaan dengan itu, di antara kelima staf milenial Presiden saat ini, belum ada yang sudah bergelar doktor. Pilihan untuk memilih staf milenial yang sudah bergelar doktor tentu akan sangat membantu Presiden dalam menjalankan tugasnya. Seseorang yang sudah bergelar doktor dapat dikatakan telah memiliki legitimasi intelektual yang mumpuni sehingga setiap saran yang akan disampaikan kepada Joko Widodo pasti berdasarkan pertimbangan keilmuan yang  tepat.

Selama ini, tolak ukur memilih staf milenial dan perhatian pada anak muda yang berhasil masih didasarkan pada keberhasilan pada tataran dunia bisnis dan balas budi. Sedangkan, keberhasilan anak muda atas pencapaian pada jenjang akademik masih belum diperhatikan padahal perjuangan untuk menaklukan tingkatan pendidikan formal sampai pada jenjang tertinggi bukanlah hal yang mudah di negeri Indonesia.

Apabila presiden Joko Widodo ingin memilih staf milenial atas dasar latar belakang pendidikannnya maka ia tinggal memilih mengingat jumlah anak muda yang bergelar doktor di usia muda sangatlah banyak di Indonesia. Rendra Panca Anugraha, Grandprix Thomryes Marth Kadja, Arief Setiawan, Elanda Fikri dan lain-lain merupakan sederet anak muda yang dapat menjadi alternatif pilihan Jokowi untuk dijadikan sebagai staf khusus milenialnya.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Dr. H. Ahmad Siboy., S.H., M.H, Dosen Pascasarjana Unisma dan Dosen Luar Biasa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-3 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES