Kopi TIMES

Berpuasa yang Berkah dengan Bersedekah

Kamis, 30 April 2020 - 06:00 | 62.44k
Noor Shodiq Askandar, Ketua PWLP Maarif NU Jatim dan Wakil Raktor 2 Unisma.
Noor Shodiq Askandar, Ketua PWLP Maarif NU Jatim dan Wakil Raktor 2 Unisma.

TIMESINDONESIA, MALANG – Puasa dan sedekah itu sebetulnya satu kesatuan yang sulit dipisahkan. Dengan berpuasa, kita dapat merasakan betapa tidak enaknya orang yang kelaparan dan betapa nikmatnya saat kita dapat memenuhi kebutuhan dasar kita (sandang, pangan, dan papan). Diharapkan dengan dua perbandingan ini, dapat menumbuhkan jiwa social untuk saling berbagi, agar tidak ada yang merasakan penderitaan disatu sisi dan kegembiraan disisi yang lain.

Berbagi tidak hanya diharapkan, akan tetapi dianjurkan dan bahkan diperintahkan. Rasulullah saw menyampaikan bahwa tidak akan putus amal seseorang kecuali tiga (3) perkara, yaitu sodaqoh jariyah, anak solih yang mendoakan orang tuanya dan ilmu yang manfaat. 

Sodaqoh jariyah disampaikan yang pertama tentu ada maksudnya. Dengan sodakoh akan dapat memperbaiki dan meningkatkan hubungan antar sesama manusia. Rasa saling mencintai, keinginan saling membantu, kemauan saling menutupi kekurangan, akan dapat menjadi tren gaya hidup yang membawa kepada kedamaian dan ketentraman. Yang penting juga, Rasulullah saw menegaskan amal sodaqoh ini tidak akan terputus meski yang bersangkutan sudah meninggal dunia. Pahala atas amal ini akan terus mengalir sampai hari perhitungan tiba.

Puasa adalah momentum yang sangat baik untuk bersedekah. Kenapa demikian ? Karena pada bulan ini Allah swt telah berjanji bahwa segala amal baik, pahalanya akan sangat dilipatgandakan. Rasulullah saw menunjukkan salah satu keutaamaan sodaqoh di bulan puasa : Barang siapa memberi makanan untuk berbuka (memberi perbukaan) kepada orang yang berpuasa, maka dia akan mendapat pahala sebagaimana pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa tersebut (HR Ahmad). 

Tentu kalau semua ini diberikan dengan penuh keihlasan. Ihlas itu adalah melakukan perbuatan dengan tidak ada tendensi apa apa, kecuali semata mata karena Allah swt. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori : bahwa diantara golongan yang akan mendapatkan naungan istimewa dari Allah swt adalah orang yang melakukan sodaqoh, lalu dia menyembunyikannya, sampai sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang disedekahkan oleh tangan kanan. 

Disinilah makna hakiki keihlasan. Apa yang kita berikan kepada orang lain, tak perlu ditunjukkan kepada siapapun, termasuk anggota tubuh kita sendiri. Tak perlu pamer dan ingin mendapatkan pujian dari orang lain (riya’) karena kita berbuat kebaikan. Karena dengan pamer, justru akan dapat mengurangi, atau bahkan dapat menghilangkan pahala atas amal yang dilakukan. Kalau sudah demikian, yang kita dapatkan adalah kesia-siaan. Amal kita tak bermakna dan tidak berbekas, dan tidak juga mampu memberikan kemanfaatan pada diri pribadi. Allah swt pasti tahu dan pasti akan memberikan balasan yang lebih baik atas semua amal manusia, meski itu hanya sebesar biji (dzarroh).

Secara ekonomi, sodaqoh juga sangat menguntungkan. Memberi sekali, akan tetapi akan menerima pengembalian yang lebih besar, selamanya. Hal ini juga sesuai dengan prinsip ekonomi : pengeluaran sekecil kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar besarnya. Bagaiamana dengan anda ??

***

*)Oleh: Noor Shodiq Askandar, Ketua PWLP Maarif NU Jatim dan Wakil Raktor 2 Unisma.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES