Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Kelas Empati untuk Masyarakat

Jumat, 24 April 2020 - 12:42 | 74.81k
Ganjar Setyo Widodo, Dosen di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang.
Ganjar Setyo Widodo, Dosen di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang.
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANGKelas Empati untuk Masyarakat

Virus Corona mewabah. Sampai saat ini (24/04/2020)  jumlah pasien positif mencapai 7.775 orang dan kemungkinan akan terus bertambah. Jumlah korban meninggal mencapai 647 orang atau kurang lebih 10% lebih rasio kematian yang diakibatkan oleh virus covid1-19. Dengan banyaknya korban yang meninggal tersebut tentu menyisakan kegelisahan yang berlebih dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat menjadi sangat overprotective terhadap kehadiran korban virus covid-19 di sekitar mereka. Tentu kekawatiran berlebihan tesebut berefek pada prosesi pemakaman korban covid-19.

Seperti yang kita ketahui bersama, ada penolakan beberapa jenazah korban virus covid-19 di beberapa lokasi di Indonesia. Daerah tersebut yaitu Jati Agung Lampung Selatan, Banyumas, Pasuruhan, Makassar, Gowa, Semarang, Ungaran, Medan, dan berbagai daerah lainnya. Alasannya penolakan jenazah korban covid-19 pun bermacam-macam. Sederet alasan penolakan yaitu tempat pemakaman dinilai terlalu dekat dengan pemukiman dan Perkebunan. Pemukiman yang memiliki populasi besar dan dekat dengan tempat pemakaman jenazah dikawatirkan masyarakat akan berdampak pada penularan virus covid-19. Ada pula yang berasalan bahwa warga merasa tidak diberitahu. Masyarakat merasa dibohongi oleh petugas pemakaman.

BERITA SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Hampir semua penolakan pun berakhir ricuh. Warga memblokade jalan ke pemakaman, membakar ban bekas di tengah jalan dan mengusir seluruh petugas pemakaman. Kericuhan tersebut untungnya masih bisa diredam oleh aparat kepolisian setempat sehingga kericuhan tidak meluas dan berlarut-larut. Aparat melakukan mediasi dengan tokoh-tokoh masyarakat dan meyakinkan bahwa prosesi pemakaman sudah melalui proses standar keamanan kesehatan sehingga potensi penularan virus tidak mungkin terjadi. Ada juga beberapa kasus penolakan yang tidak menemui titik temu sehingga pemakaman di alihkan ke daerah lain. Di Jawa Tengah, Gubernur merencakan pemakaman jenazah korban virus covid-19 di Taman Makam Pahlawan. Pemerintah mencoba meyakinkan masyarakat bahwa korban virus covid-19 bukan merupakan aib masyarakat. Dan sampai tulisan ini dibuat masih banyak lagi kasus penolakan jenazah  covid-19.

BERITA SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Pendidikan Empati sebagai Solusi

Penolakan jenazah virus covid-19 menyisakan banyak pertanyaan, utamanya soal empati masyarakat terhadap korban virus covid-19. Apa yang salah dalam proses pendidikan kita? Mengapa masyarakat menjadi kurang berempati? Apakah empati tidak diajarkan di kurikulum kita?

Empati yaitu kemampuan seseorang untuk menempatkan, melihat situasi dari perspekstif orang lain. Penempatan tersebut melibatkan sudut pandang, emosi, dan peristiwa yang terjadi seolah olah menimpa dirinya. Berbeda dengan simpati, empati lebih kompleks lagi. Jika diibaratkan menonton sinetron, simpati diibaratkan penonton yang tidak mengalami kejadian serupa di sinetron. Kalau empati, penonton terlibat secara pribadi yang lebih mendalam bersamaan dengan jalan cerita sinetron tersebut. Dengan kata lain, penonton yang empati merasakan hal yang sama dengan apa yang dialami oleh pemeran.

BERITA SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Kembali lagi ke masyarakat yang menolak pemakaman korban covid-19. Masyarakat seolah-olah tidak bersimpati dan apalagi berempati. Masyarakat penolak tidak menempatkan dirinya andaikan mereka menjadi korban covid-19. Masyarakat tidak mau tahu, yang penting bahwa daerahnya aman dari covid-19. Gejala apakah ini? Masyarakat Indonesia yang terkenal dengan warganya yang penuh toleran, mampu menghargai sesama, selalu permisif, kini berubah.

Keadaan tersebut mengikatkan kembali kita bagaimana refleksi proses pendidikan sosial budaya masyarakat yang sudah dilakukan. Di berbagai negara maju, ada kelas khusus untuk siswa sekolah dasar untuk belajar berempati. Ya, belajar dan berlatih berempati. Kelas tersebut disebut kelas Empati. Di Denmark, kelas empati diajarkan mulai tahun pertama sekolah hingga 16 tahun. Caranya cukup simpel, yaitu dalam satu jam siswa dalam satu kelas diajak untuk mengungkan masalahnya masing-masing. Dari masalah masing-masing tersebut, kemudian semua temannya diajak untuk berlatih memberikan solusi terhadap masalah temannya. Semua teman-temannya diajak untuk merasakan bagaimana permasalahan temannya. Dengan begitu anak akan tumbuh untuk selalu memiliki sudut pandang lain terhadap seseorang.

BERITA SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Di Jepang, di awal-awal pendidikan, anak tidak akan diberikan tes akademis sebelum usia 10 tahun. Kalaupun ada hanya tes kecil untuk memastikan anak tidak memiliki kesulitan dalam belajar. Pelajaran yang diajarkan dan dilatihkan hanya bagaimana bersikap membantu orang lain, menghargai orang lain, beretika di tempat umum, membudayakan antri dan lain sebagainya. Dari hal kecil tersebut, akan muncul empati dalam diri anak. Pemerintah jepang meyakini bahwa pendidikan karakter itu harus dilatih. Bukan diajarkan. Dengan dilatih, anak akan memiliki kecerdasan sosial yang baik, dan akan meminimalisir perilaku negatif terhadap orang lain.

Dengan merefleksikan pengalaman di negara-negara tersebut, perlu kiranya ada pendidikan atau bahkan kelas empati bagi masyarakat Indonesia dalam kurikulum pendidikan nasional. Mungkin kadar empati di masyarakat Indonesia agak berkurang karena kita semua masih membanggakan prestasi akademik, soal kreasi dan lain sebagainya. Sampai lupa bahwa pembangunan sosial budaya juga perlu. Terlebih soal empati.

BERITA SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Oleh: Ganjar Setyo Widodo, Dosen di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES