Kopi TIMES

Urgent, Enkripsi Zoom

Jumat, 10 April 2020 - 09:37 | 167.60k
Sugeng Winarno Pegiat Literasi Media, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah malang (UMM) (Grafis: TIMES Indonesia)
Sugeng Winarno Pegiat Literasi Media, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah malang (UMM) (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Seiring dengan pembatasan sosial dan jaga jarak fisik (social/physical distancing), kegiatan belajar, bekerja, dan ibadah jadi dilakukan di rumah. Beragam pertemuan (meeting) yang biasanya dilakukan lewat pertemuan secara fisik, digantikan dengan bantuan teknologi komunikasi. Beragam aplikasi online bermunculan digunakan banyak orang untuk kegiatan pengajaran di sekolah dan kampus juga untuk rapat dan pertemuan bisnis dan politik.

Sejumlah sarana untuk pertemuan online banyak digunakan guru, siswa, dosen, mahasiswa, politisi, pebisnis, dan beberapa profesi lain. Ada yang menggunakan aplikasi berbayar, namun tak jarang yang gratisan. Aplikasi seperti Skype, Google Meet, Google Classroom, Zoom, WhatsApp Group (WAG), dan beberapa aplikasi yang lain banyak di download. Sejumlah aplikasi berbasis Android dan internet itu banyak diakses melalui beragam gadget seperti laptop dan smartphone.

Teknologi daring memang telah memudahkan manusia, namun bukan berarti penggunaan teknologi itu tanpa risiko. Sejumlah kasus yang dipicu oleh munculnya para pengganggu (hacker) telah menjadi risiko yang harus dihadapi oleh orang yang berinteraksi lewat daring. Sejatinya memang tak ada yang aman ketika seseorang sedang berkomunikasi di dunia maya. Kesadaran untuk menghindari munculnya kejahatan online perlu diwaspadai sejak awal.

Tak Ada yang Aman di Online 

Munculnya kasus dugaan pencurian data personal dan munculnya hacker di aplikasi yang saat ini banyak digunakan yakni Zoom merupakan bukti bahwa interaksi komunikasi di dunia maya tak selalu aman. Seperti telah diberitakan sejumlah media, pengguna aplikasi Zoom telah dirugikan karena ada dugaan pembajakan dan pencurian data. Munculnya hacker yang mengganggu saat sebuah online meeting berlangsung dengan mengunggah video tak senonoh telah mengusik kenyamanan pengguna. 

Ulah hacker ini sangat meresahkan apalagi sejumlah online meeting ini digunakan di dunia pendidikan. Munculnya orang usil yang menganggu dalam proses belajar mengajar online ini menegasikan bahwa interaksi daring tak steril dari kejahatan. Kejahatan memang ada di mana saja. Kejahatan di dunia maya semakin susah terbendung, karena identitas pelakunya tak gampang dikenali. Para penjahat dunia maya bisa dengan gampang menyamarkan siapa sebenarnya dirinya. 

Kenyataan ini menuntut sikap kehati-hatian dari pengguna medsos dan WA agar tak  memublikasikan data-data pribadinya. Informasi yang sifatnya personal dan rahasia tak perlu diungkapkan kepada publik. Banyak kejahatan dengan modus orang meminta sejumah uang melalui telepon yang mengabarkan bahwa salah satu keluarga sedang dalam kecelakaan. Model kejahatan ini sudah lama berlangsung, namun hingga kini korbannya juga masih saja berjatuhan.

Online meeting yang menggunakan beberapa aplikasi biasanya menggunakan kode akses dan password. Ketika kode dan kata kunci dipublish secara terbuka, maka disitulah peluang orang jahat bisa masuk. Seperti dalam kasus online meeting melalui Zoom yang dilakukan sekelompok orang dan disusupi orang tak dikenal yang mengacaukan situasi dengan mengunggah konten yang tak pantas dan mencuri beberapa data yang sifatnya pribadi. Kasus pencurian data pribadi ini merupakan kasus yang paling sering terjadi.

Kasus pencurian data pengguna Facebook di Indonesia pernah heboh dalam skandal Cambridge Analityca. Ribuan pengguna Facebook di Indonesia datanya diambil dan digunakan untuk kepentingan politik saat kontestasi pemilihan presiden Amerika Serikat saat itu. Itulah bahaya interaksi komunikasi di dunia maya. Ancaman dari para hacker sungguh nyata di depan mata. Masalah keamanan siber (cyber security) menjadi isu serius yang perlu penanganan dengan segera. 

Enkripsi Siber

Bos aplikasi online meeting, Zoom, Eric Yuan beberapa waktu lalu meminta maaf kepada pengguna Zoom bahwa perusahaanya telah gagal memenuhi harapan privasi dan keamanan komunitas, dan sedang mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki masalah tersebut. Aplikasi yang meraup keuntungan miliaran ini tak mampu melindungi keamanan pemakainya. Pengguna aplikasi sangat dirugikan karena keamanan berinteraksi siber terancam.

Keamanan interaksi siber perlu terus dilakukan. Salah satunya bisa dengan cara enkripsi. Enkripsi komunikasi siber merupakan satu-satunya cara untuk melindungi diri dari serangan para peretas (hacker) dan penyadapan (intersepsi). Enkripsi merupakan perlindungan yang seharusnya disadari kebutuhannya bagi semua penyedia layanan dan juga masyarakat pengguna layanan komunikasi online. 

Enkripsi atau Encryption berasal dari bahasa Yunani Kyptos yang artinya tersembunyi atau rahasia. Secara teknis enkripsi adalah suatu metode yang digunakan untuk mengkodekan data sedemikian rupa sehingga keamanan informasinya terjaga dan tidak dapat dibaca tanpa di dekripsi. Enkripsi merupakan proses dengan melakukan perubahan sebuah kode dari yang bisa dimengerti menjadi sebuah kode yang tidak mudah dipahami (rahasia).

Merujuk Edmon Makarim (2001) yang menyatakan bahwa kriminalitas di internet atau kejahatan siber pada dasarnya adalah suatu tindak pidana yang berkaitan dengan ruang di dunia maya, baik yang menyerang fasilitas umum di dalam ruang siber ataupun kepemilikan pribadi. Ada beragam bentuk kejahatan siber, mulai dari pencurian data, penipuan (fraud), carding ilegal, pencurian identitas (phising), hingga perusakan website, pembajakan perangkat lunak (software piracy), hingga serangan worm, virus, dan sebagainya. Kebanyakan ancaman di internet berawal dari perolehan atau pengaksesan malware, perangkat lunak perusak yang wujudnya bisa berupa worm, virus, spyware, bahkan mungkin adware.

Tak semua orang perhatian terhadap keamanan ketika bertinteraksi di dunia maya. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya pengetahuan mereka tentang hal itu, juga mungkin tingkat kewaspadaan terhadap keamanan siber yang rendah. Untuk itu bagi para pengguna layanan yang berbasis online untuk meningkatkan kewaspadaanya. Kemampuan untuk melek media digital menjadi kebutuhan bagi semua orang yang sering berselancar di dunia maya. (*)

***

*) Penulis Adalah Sugeng Winarno Pegiat Literasi Media, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah malang (UMM)

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah minimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES