Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Mewujudkan Indonesia Hebat

Kamis, 09 April 2020 - 09:48 | 46.88k
Abdul Wahid, Dosen Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Malang (UNISMA) dan Penulis buku Hukum dan agama.
Abdul Wahid, Dosen Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Malang (UNISMA) dan Penulis buku Hukum dan agama.
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Di negara ini, ada banyak subyek bangsa yang sungguh-sungguh berjuang demi memberi yang terbaik pada rakyat. Sebaliknya, tidak sedikit pula yang mendisain dirinya sebagai pengkhianat dan “tiran-tiran gaya baru” atau subordinasi neo-kolonialisme.

Mereka yang berposisi sebagai subyek anti memberi yang terbaik pada rakyat ini  dapat terbaca pada gaya atau sepak terjangnya dalam membentuk dan mengakselerasikan diri, keluarga, kroni, kelompok, dinasti-dinasti, atau elemen kolaboratifnya yang ”rajin” melakukan penjarahan  terhadap sumberdaya yang semestinya untuk rakyat.

Hingga sekarang sangat kuat atau di sejumlah kasus dapat terbaca kalau mentalitas pejabat atau elemen rezim kita mudah terbeli dan rentan ”dimanjakan kemunafikannya” oleh pihak-pihak yang bisa memberikan keuntungan pragmatis.

Sebelum menghadapi virus Corona (Covid-19) ini, perilaku yang ditunjukkan lebih sering mengecewakan (Memprihatinkan). Mereka misalnya gampang terbuai tatkala kalangan pemilik modal nakal atau ”berplat hitam” menawarkan  fee yang besar dibandingkan gaji atau penghasilan normalnya jika pejabat itu berani memberikan kelonggaran atau “dukungan” guna memperlancar kriminaliasi bisnisnya dan atributnya seperti mark up pajak, lisensi proyek, dan lainnya.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Mentalita seperti itulah yang pernah dikritik secara keras  oleh Budayawan Mochtar Lubis sebagai mentalitas sebagian elit yang lekat dengan virus bernama parasitisme dan ambiguitas.

Kritik Lubis itu lebih mudah terbaca, misalnya kasus kelompok pengendali dunia usaha nakal yang mampu lebih leluasa menciptakan bangunan birokrasi menjadi eksklusif dan sakit, artinya birokrasi Indonesia telah dipermak oleh pemilik modal lebih dominan sebagai ”mesin” korporasi yang memberi atau menjanjikan keuntungan pribadi dan bukan sebagai jantung penegakan dan perwujudan hak-hak rakyat.

Masih dalam ranah sebelum serbuan virus Corona ini, elemen sosial yang tidak berasal dari “geng-geng’ kekuatan modal hanya dicibir sebagai subordinasi dan kelompok marjinal, yang sekedar diperlakukan menjadi penonton, sehingga realitas disparitas menjadi hal yang dianggap sebagai konsekuensi normal.

 Mereka bahkan dijadikan sebagai pelapis pembenaran logika konstruksi diskresi birokrasi pembangunan yang sejatinya sarat pengkhianatan, yang pengkhianatannya ini terkadang didalilkan dengan ”ragam” pengabdian, aktifotas populis-humanistik,  atas nama atau demi rakyat.

Malapraktik moral yang sangat serius  itulah yang pernah ”direformasi”  oleh Nabi Muhammad. Terbukti, begitu kelompok elit sosialnya pelan-pelan  mampu memperbarui malapraktik moral atau hegemoni pola pengkhianatan, akhirnya terbentuklah konstruksi masyarakat atau negara yang kuat. Mereka ini penyangga bangunan kehidupan masyarakat. Ketika pilar konstruksi bermasyarakatnya ini keropos, maka konstruksi di banyak sektor lainnya pun lembek dan bisa hancur. Beragam ”tangan” dari manapun etnis dan golongannya yang tidak bermental diajak membangun negara (masyarakat) oleh Nabi, yang salah satu fokusnya pada sisi penguatan etikanya.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Oleh pemikir Islam kenamaan Ibnu Khaldun, bahwa keberhasilan membangun masyarakat seperti dilakukan Nabi itu merupakan wujud keberhasilan membangun negara atau masyarakat utama, dimana parameternya terletak pada terjadinya perubahan kehidupan masyarakat secara makro di lini kesejahteraan ekonomi, yang keberhasilan ini tidak lepas dari penguatan etika mengelola negara yang selalu ditunjukkannya. Sepanjang etika ini tidak digunakan mengawalnya, jangan berharap ada masa depan ”pencerahan”.

Birokrat kita sekarang misalnya yang masih terjerumus dalam ”virus” terlalu banyak bermain “akrobat” untuk memperoleh keuntungan sesaat lewat jalan sesat dan khianatlah yang mengakibatkan tampilan penyelenggaran kekuasaan atau pemerintahan Indonesia jauh dari atmosfir bersih, progresip, dan berwibawa, yang kondisi ini menjadi ”pekerjaan rumah” yang tidak mudah, khususnya di lini pembaruan etik dalam kinerjanya.

Model pejabat (birokrat) yang suka memelihara virus bermodus permainan-permainan curang dan praktik otorian wajib hukumnya dipaksa ”berhijrah” menuju perilaku (etika) yang mengutamakan (menegakkan) supremasi moral mahmudah. Kalau tetap tidak mau berhijrah dari mental dan kultur pengkhianatan, maka jangan percaya kalau negeri ini bisa menjadi ”negeri hebat dan kuat”

Penyair besar asal Pakistan, Mohammad Iqbal sudah lama mengajak pemimpin umat  bangun da membersihkan dirinya sajak berikut, “bangkitlah!, dan pikullah amanat ini di atas pundakmu, hembuskan panas nafas­mu di atas kebun ini, agar harum-haruman narwastu meliputi segala, janganlah, jangan pilih hidup bagai nyanyian ombak, hanya bernyanyi ketika terhempas di pantai, tapi jadilah kamu air bah, mengunggah dunia dengan amalmu”.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Ajakan Iqbal itu secara tidak langsung merupakan ajakan berhijrah (melakukan reformasi secara serius) terhadap ”manajer-manajer” atau ”leader-leader” rezim negeri ini demi mengantarkannya terbentuknya masyarakat yang kuat guna mewujudkan Indonesia yang hebat, suatu negeri yang mampu rajin atau tidak kenal lelah dalam memberikan yang terbaik untuk rakyat.

***

*)Penulis: Abdul Wahid, Dosen Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Malang (UNISMA) dan Penulis buku Hukum dan agama.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES