Kopi TIMES

Mencerdaskan Anak di Tengah Covid-19

Kamis, 09 April 2020 - 10:26 | 66.08k
Lailatul Fitriah, S.Pd, Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Muhammadiyah Malang.
Lailatul Fitriah, S.Pd, Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Muhammadiyah Malang.

TIMESINDONESIA, MALANG – Libur atau kebijakan di rumah yang dicanangkan pemerintah pastilah berdampak pada berbagai sektor diantaranya adalah sektor pendidikan. Pembelajaran diliburkan, pemerintah mengimbau pembelajaran dari tingkat prasekolah sampai setingkat perguruan tinggi  dilakukan melalui daring. Mungkin sistem daring  dapat diterima oleh siswa tingkat dasar sampai tingkat atas, mereka sudah mampu menyerap informasi dari lingkungan  dan mengolahnya sehingga mampu memahami alasan dibalik kebijakan "di rumah saja" dan pembelajaran daring. Hal ini sungguh berbeda dengan yang dialami oleh siswa prasekolah, pihak sekolah sudah melakukan pengiriman tugas melalui media daring mereka, namun semakin lamanya aksi ini banyak siswa yang mengeluh ingin cepat sekolah, bosan di rumah, kangen Bu guru.

Lalu, sebagai orang tua apa yang harus kita lakukan? Anak usia prasekolah cenderung belajar dari lingkungan terdekat untuk memantapkan kemampuan kognitif dan kemampuan berbahasanya. Oleh karena itu pembelajaran tingkat prasekolah cenderung lebih banyak bermain, mengenal lingkungan sekitar, dan  mengenal bentuk benda. Upaya ini dilakukan untuk menstimulus otak anak agar mereka mengenal benda-benda tersebut sehingga mereka mampu memproduksi bahasa.

Guru di jenjang prasekolah terkadang juga melakukan pendekatan dengan meminta anak untuk bercerita tentang hal menyenangkan yang pernah dialami. Secara otomatis dengan bercerita, anak akan terlatih untuk mengucapkan bahasa secara runtut dengan menggali memori di otaknya.

Menjadi guru pengganti di rumah!, sebenarnya pendidikan yang paling baik adalah pendidikan dilingkungan keluarga. Orang tua bertindak sebagai guru yang selalu menjadi panutan dan contoh bagi anak-anaknya. Namun terkadang karena persoalan tertentu banyak orang tua yang menyerahkan pendidikan anaknya ke orang lain dengan berbagai alasan yang mendasarinya.  karena itulah dengan adanya lockdown covid-19 ini dapat dimanfaatkan untuk mengembalikan fungsi orang tua sebagai pendidik aslinya. Pembelajaran dialihkan ke rumah dengan orang tua sebagai pembimbingnya, namun terkadang pembelajaran di rumah juga memiliki kendala. Anak cenderung lebih senang bila belajar dengan gurunya disekolah, guru lebih telaten, lebih sabar, lebih perhatian. Sebenarnya meski orang tua sudah bertindak seperti gurunya disekolah anak pasti akan mencari berbagai alasan agar tidak belajar di rumah.

Mendesain pembelajaran kognitif di rumah!, menjadi guru pengganti dapat dikatakan gambang-gampang susah. Sebenarnya kendala yang paling utama ketika pembelajaran di rumah adalah karena anak sudah mengenal telepon pintar yang anak dengan mudah mengakses video kesukaannya atau game yang  membuat anak enggan melakukan aktifitas lain jika sudah asyik memainkannya. Agar pembelajaran di rumah berhasil, maka untuk sementara jauhkan dulu telepon pintar dari anak-anak. Jadwalkan pembelajaran sesuaikan dengan waktu luang orang tua dan itu sifatnya fleksibel, sehingga orang tua dan anak dapat fokus. Kognitif merupakan kemampuan anak  menggunakan otaknya untuk berpikir. Kemampuan kognitif anak dapat ditingkatkan dengan permainan balok dan bermain puzzle, namun tidak semua orang tua menyediakan permainan itu di rumahnya.

Orang tua dapat merangsang kognitif anak dengan melakukan percobaan yang sederhana dengan bahan yang mudah didapat di rumah misalkan mencampur warna, menanam kacang hijau di media yang sederhana. Eksperimen mencampur warna dapat menambah wawasan baru bagi anak, dua warna yang digabungkan akan menghasilkan warna baru dan itu dapat merangsang rasa penasaran anak ingin terus menghasilkan warna sesuai dengan keinginannya.

Menanam kacang hijau dapat dilakukan di media gelas bekas minuman dengan memberi alas berupa kapas. Taruh kacang hijau ke dalam media, semprot dengan air sampai kapas basah. Beri tanggung jawab anak untuk merawat tanamannya dengan menyemprot dua sampai tiga kali sehari, kacang hijau akan tumbuh kurang lebih dua sampai tiga hari kemudian. Beri penghargaan anak apabila dia berhasil melakukan tugas tersebut, penghargaan dapat berupa pujian atau hadiah. Penghargaan dapat memotivasi anak untuk terus belajar. Bermain sambil belajar dapat menambah ketertarikan anak saat proses pembelajaran, anak jadi lebih aktif, lebih respons, dan dapat mengurangi kebosanan.

Mendesain pembelajaran bahasa di rumah. Kemampuan berbahasa anak usia prasekolah masih pada tahap mendengarkan dan berbicara. Mereka cenderung menangkap informasi yang didengar lalu menyimpannya di otak dan sewaktu-waktu informasi itu akan muncul berupa bahasa. Karena itu sebagai orang tua hindari pembicaraan yang tidak pantas didengar apabila dekat dengan anak. Orang tua dapat melatih kemampuan berbahasa dengan melibatkan anak pada aktivitas sehari-hari misalkan aktivitas di dapur, membersihkan rumah dll. Memasak dan membersihkan rumah merupakan aktivitas sehari hari yang rutin dilakukan, jadi tidak ada salahnya jika melibatkan anak pada aktivitas tersebut. Beri anak pekerjaan yang mudah dan dapat dilakukan secara mandiri misal mengupas bawang putih, memeras jeruk, membuat minuman. Saat proses itu orang tua sambil memperkenalkan nama-nama bahan makanan yang akan dimasak.

Terkadang anak-anak yang aktif, mereka akan terus mengajukan pertanyaan mengenai benda-benda di sekitarnya. Sebagai orang tua jangan lelah dan jangan bosan untuk menjawab karena itu bagian dari proses pemerolehan bahasa. hal lain yang dapat dilakukan adalah  mengajak anak mengobrol atau menyuruh anak untuk bercerita perihal gurunya dan teman disekolahnya. Bercerita membantu anak memproduksi bahasa dengan mengeluarkan memori yang tersimpan di otaknya. Anak perempuan ataupun laki-laki sama saja karena tujuan kita adalah lebih dekat dengan anak dan mengenalkan bahasa-bahasa baru yang mungkin belum anak kenal. Anak cenderung lebih senang jika dilibatkan dengan aktivitas orang tuanya karena anak lebih merasa dihargai keberadaannya.

***

*) Penulis adalah Lailatul Fitriah, S.Pd, Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Muhammadiyah Malang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah minimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES