Kopi TIMES

Siaga Sebelum Badai Tiba! Siapkah Desa Melawan Corona?

Rabu, 08 April 2020 - 17:08 | 80.17k
ILUSTRASI: FOTO: Istimewa)
ILUSTRASI: FOTO: Istimewa)

TIMESINDONESIA, MALANG – Pada 1 Maret Indonesia masih bebas coronavirus, begitu kata pemerintah. Pada 8 April sudah mendekati 3.000 kasus, lebih 200 orang meninggal, kata kawalcovid.id. Pada hari yang sama lebih dari 80.000 orang di dunia mati, WHO melaporkan tertinggi Amerika, Italy dan Spanyol. 

Indonesia dengan tingkat kematian 8% akan menuai badai tertinggi di ASEAN ketika negara Jiran Malaysia tingkat kematiannya hanya <2% dan Singapura <0.5% saja.

Tiga negara dengan korban terbanyak di dunia memberi kita tiga pelajaran penting: jumlah kematian lansia yang sangat besar, penyandang penyakit kronis sangat rentan dan sistem layanan kesehatan negara maju sekuat Amerika dan Inggris pun kolaps dan keok.

Pertengahan April sampai awal Juni diramalkan waktu puncak badai Covid-19 di Indonesia. Apabila tidak waspada, badai ini akan menyapu desa-desa di Indonesia bersamaan dengan semakin banyaknya saudara-saudara kita yang mudik lebaran.

Mengapa badai Corona akan menyapu desa-desa? Karena desa dan orang desa rentan terhadap terjangan virus ini. Desa di Indonesia identik dengan buruknya akses layanan kesehatan dasar. Jaraknya yang jauh berkilo-kilo meter harus ditempuh untuk sampai ke puskesmas apalagi rumah sakit. 

Tidak hadirnya perawat dan dokter adalah persoalan yang nyata di desa-desa. Karena banyak dokter yang bertugas di desa tetapi tinggal di kota. Kalaupun ada perawat atau dokter, peralatan kesehatan yang ada sering tidak memadai dan obat-obatan dasar pun sering kosong tidak tersedia di puskesmas.

Secara ekonomi orang desa pun rentan, lebih dari 15 juta orang miskin tinggal di desa pada tahun 2019, BPS melaporkan. Prevalensi penyakit kronis seperti jantung dan hipertensi di desa tidak jauh beda dengan kota, bahkan prevalensi diabetes militus di pedesaan Indonesia lebih tinggi dibandingkan perkotaan (Riset Kesehatan Dasar 2018). 

Persentase orang tua yang tinggal di desa pun lebih besar dengan kantong kantong lansia di Daerah Istiwewa Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sebagian besar mereka bekerja di sektor informal dan tidak memiliki asuransi kesehatan BPJS.

Lalu bagaimana kita bisa menolong mereka? Gotong royong, bahu membahu, kerjasama, kekompakan seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah adalah kunci melalui badai wabah ini. Bagi yang ingin mudik tahanlah dulu sementara barang dua sampai tiga bulan. 

Pemerintah memang tidak melarang mudik namun pemerintah meminta kesadaran kita untuk menundanya. Karena mudik saat ini hampir pasti membawa virus yang bisa menular pada orang tua dan sanak saudara kita di desa menyebabkan mereka sakit dan bahkan meninggal. Bagi mereka yang memiliki rezeki lebih kirimkan sebagian kecil rezeki ke orang tua atau saudara-saudara kita di desa.

Bagi pemerintah dan masyarakat desa perlu diperketat penjagaan desa anda. Tradisi siskamling dan ronda perlu ditingkatkan kewaspadaannya. Jangan sampai lengah dan terlena. Ronda perlu digiatkan tidak hanya malam hari tetapi juga siang hari. 
Karena sekali saja lengah maka orang sedesa akan terancam. 

Kalau ada warga desa yang sakit tenggorokan, batuk, demam dan sulit bernafas segera hubungi petugas kesehatan setempat supaya segera memperoleh perawatan dan diisolasi. 

Edukasi terhadap warga desa agar tidak keluar rumah untuk keperluan yang tidak penting pun harus dilakukan terus menerus disamping edukasi untuk hidup bersih dan menggunakan masker. 

Kepala desa, tokoh masyarakat dan kader kesehatan desa harus bekerjasama menyampaikan ini kepada warganya secara menerus. Bagi warga desa yang tidak bisa makan dan kekurangan, pemerintah desa sudah diijinkan untuk menggunakan dana desa. 

Hanya dengan bersabar tinggal di rumah selama dua-tiga bulan ini kita akan menyelamatkan banyak nyawa. Islam pun mengajarkan pada kita bahwa menolong satu nyawa seperti menyelamatkan seluruh umat manusia.

Bagi pemerintah daerah kabupaten dan dinas terkait perlu segera melakukan rapid test pada desa-desa yang sudah terjangkit virus.

Walaupun sudah agak terlambat, pemerintah perlu melengkapi petugas kesehatan dengan Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai. Fasilitas test yang aman dan layanan test yang cepat, tempat karantina dan isolasi yang aman, ambulan dan transportasi khusus, memperbanyak tempat tidur di rumah sakit rujukan.

Termasik melatih tenaga kesehatan penanganan pasien corona yang benar dan pemeriksaan kesehatan di titik-titik pintu dimana pendatang masuk wilayah kabupaten dan kota masing-masing.

Kerjasama antar pemerintah daerah harus dilakukan untuk memonitor dan mengontrol mobilitas penduduk antar daerah dan tentu saja persediaan bahan pokok makanan yang akan semakin langka empat sampai enam bulan kedepan. Inilah yang dimaksud dengan pemerintah yang berfungsi mengayomi masyarakat. Kita semua membutuhkannya saat ini.

***

*)Oleh: Sujarwoto PhD, Distinguished Researcher, Porstmouth-Brawijaya Centre for Global Health, Population and Policy. 

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES