Seniman Ludruk Nilai Pandemi Corona Adalah Tamparan
TIMESINDONESIA, MALANG – Pandemi Corona sangat berakibat pada berbagai aktivitas bagi segala profesi. Salah satunya adalah seniman.
Ya, profesi ini identik dengan aktivitas berkumpul dan berinteraksi dengan banyak orang. Aktivitas ini harus berhenti semenjak corona menyerbu. Berbeda seperti kebanyakan seniman, Sutak Wardhiono mengkritik seniman yang mengeluh menghadapi pandemi ini.
“Corona ini adalah tamparan apakah seniman di masa kini cukup membaca atau tidak,” papar seniman ludruk ini.
Ketika isolasi diri seperti ini, selayaknya seniman yang terlalu asyik menikmati panggung, harus bisa beradaptasi. Sutak menjelaskan seharusnya seniman tidak kehabisan akal, dalam kondisi apapun.
“Wabah ini tamparan untuk banyak orang. Termasuk seniman sendiri,” jelasnya.
Menurutnya, seniman yang kurang membaca akan mengeluh menghadapi pandemi ini.
“Sudah saatnya seniman untuk kembali merenung dan berkontemplasi diri, bukan hanya menikmati panggung,” jelasnya.
Eyang Sutak, panggilan akrabnya, adalah seniman ludruk kenamaan. Bersama dengan Kendho Kenceng, dirinya bermain ludruk. Tidak jarang ia membuat banyak naskah soal kritik kondisi sosial yang terjadi di masyarakat. Naskah yang paling terkenal miliknya adalah Karsinah, Ati-Ati dan Pasar.
“Berliterasi adalah kunci dari kualitas karya. Jangan hanya menikmati panggung dan kepercayaan orang saja,” tukasnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Editor | : Irfan Anshori |
Publisher | : Rizal Dani |