Kopi TIMES

Covid-19, Subsidi untuk Pekerja Harian

Selasa, 07 April 2020 - 05:22 | 94.85k
Muhammad Aras Prabowo, S.E, M.Ak, Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia.
Muhammad Aras Prabowo, S.E, M.Ak, Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia.

TIMESINDONESIA, MALANG – Semenjak kehadiran Covid-19 di Indonesia, bukan hanya kerugian meteril yang harus ditangung. Bahkan membawa duka mendalam karena banyak menelan korban jiwa. Setidaknya pertanggal 01 April 2020 berdasarkan data yang ditampilkan TIMES Indonesia menunjukkan angka kematian sebanyak 157 orang. Bertambah 21 orang dari hari sebelumnya.

Pemerintah belum mengumumkan seberapa besar kerugian materiil atas Covid-19 sampai saat ini. Yang pasti perekonomian cukup tersentak atas kehadiran Covid-19. Bukan hanya Indonesia tapi menjadi permasalahan global yang dihadapi setiap Negara yang terinfeksi.

Salah satu yang terdampak adalah sektor pariwisata. Akibat dari pembatasan penerbangan luar dan dalam negeri, pemerintah juga mengimbau agar menghindari keramain. Karena hal tersebut bisa menjadi instrument penyebaran Covid-19.

Kebijakan yang lain adalah Work Form Home (WFH). Tentu hal ini juga ikut menekan perekonomian, karena tidak terjadi transaksi kecuali hanya pembelian bahan kebutuhan pokok. Namun, WFH cukup efektif menghambat penyebaran Covid-19 lebih luas.

Menurut penulis bahwa WFH efek domino bagi masyarakat yang pekerja harian. Bagi mereka, tetap di rumah akan menghindarkan dari Covid-19, tapi perut mereka dan keluarga tidak lepas dari kelaparan.

Karena asap dapur dinyalakan dari penghasilan harian, WFH sama dengan memadamkannya.

Sekitar seminggu yang lalu, seorang yang berprofesi sebagai Ojek Online (Ojol) mengungkapkan keluh kesahnya lewat video pendek di Youtube. Ginanjar dalam videonya menyampaikan apresiasi terhadap kebijakan WFH, menurutnya sangat efektif dalam menekan penyebaran Covid-19.

Diapun ingin ikut bekerja di rumah sama seperti yang lain, namun situasinya berbeda. Sebab profesinya mengandalkan penghasilan harian. Artinya bahwa jika dia berhenti menarik Ojol maka sama dengan menghentikan penghasilannya.

Lalu dia pakai apa untuk menghidupi keluarganya? Minimal untuk memenuhi bahan kebutuhan pokok, seperti makan sehari-hari.

Fenomena ini tidak hanya dihadipi oleh Ginanjar. Setelah penulis telusuri diberbagai media, ternyata yang bernasib sama dengan Ginanjar sebanyak 2,5 juta orang diseluruh Indonesia dan sekitar 1,25 juta orang di wilayah Jabodetabek. Data tersebut adalah proyeksi jumlah Ojol diseluruh Indonesia yang penulis kutip dari bisnis.tempo.co.

Data tersebut belum termasuk orang berpenghasilan harian dengan profesi yang berbeda. Yakni buruh, pedagang kaki lima, sopir angkot, tukang becak, bentor dan tenaga kerja outsourcing yang menurut penulis jumlahnya melebihi profesi Ojol.

Masalah ini tentu harus dicarikan solusi, tidak bisa dibiarkan begitu saja. Harus ada kebijakan turunan dari pemerintah dalam penanggulangan dan pencegahan Covid-19. Apakah memberikan subsidi berupa bahan kebutuhan pokok selama pemberlakuan WFH.

Presiden Joko Widodo pada tanggal 20 Maret 2020 lalu telah mengintuksikan kepada seluruh kementerian/lembaga, gubernur dan bupati/walikota untuk melakukan pemangkasan anggaran dalam percepatan pananganan Covid-19. Kebijakannya tertuang dalam Inpres Nomor 4 Tahun 2020 mengenai Refocusing Kegiatan, Realokasi Anggaran serta Pengadaan Barang dan Jasa.

Artinya bahwa saat ini kementerian/lembaga, gubernur dan bupati/walikota tengah menyisir seluruh perencanaan Tahun 2020. Kemudian akan dilakukan pemangkasan terhadap perencanaan yang tidak bersifat prioritas.

Anggaran tersebutlah yang akan dimaksimalkan dalam penanggulangan dan pencegahan Covid-19. Kebijakan ini sebagai salah satu langkah konkret sekaligus bukti keseriusn Presiden Joko Widodo dalam menanggulangi Covid-19.

Kebijakan tersebut harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab, termasuk dalam menyusun rencana strategis, pelaksanaan, dan realisasi. Outcome yang diharapkan adalah bagaimana penanggulangan dan pencegahan Covid-19 dapat diatasi secara terukur. Yaitu menyembuhkan yang tertular, menekan angka kematian dan perekonomian tetap dapat dikendalikan.

Oleh karena itu, pendangan penulis bahwa subsidi berupa pemenuhan bahan kebutuhan pokok selama WFH kepada masyarakat pekerja harian menjadi sangat penting. Mengingat mereka berada pada tingkat masyarakat menengah ke bawah. Masyarakat tersebut sangat rentan bergeser ke garis kemiskinan.

Alokasi anggaran subsidi adalah sebagai imun untuk menahan pergeseran kemiskinan atas WFH akibat Covid-19. Subsidi sama dengan pemenuhan gizi badan agar memiliki imun terhadap Covid-19.

Implementasinya dapat berjalan lancar jika pemerintah, baik pusat atau daerah  memiliki data pekerja harian by name by address. Sehingga penyaluran bahan kebutuhan pokok tepat sasaran dan terukur.

Penyeluran subsidi tersebut bisa melalui RT/RW yang dikoordinir oleh Kepala Desa/Kelurahan masing-masing dengan memanfaatkan fasilitas pemerintah seperti kantor desa/kelurahan, sekolah dan poskamling. Sekali lagi, bahwa semangat gotong-royong adalah modal utama kita dalam menghadapi Covid-19.

***

*) Penulis adalah Muhammad Aras Prabowo, S.E, M.Ak, Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah minimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES