Kopi TIMES

Covid-19, Sebuah Pesan dari Alam

Senin, 06 April 2020 - 18:48 | 90.37k
Achmad Hidayah Syawal, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Achmad Hidayah Syawal, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

TIMESINDONESIA, MALANG – Virus Corona dengan kode COVID-19 telah menelan banyak korban jiwa. Seluruh penjuru dunia sedang gencar membahas fenomena ini, mulai dari awal kemunculan, jumlah korban, hingga cara pencegahan.

Namun, sangat disayangkan, semua yang dibicarakan hanyalah dampak buruk terhadap manusia. Padahal, jika ditelusuri lebih mendalam, kita akan sadar bahwa ketika manusia panik dengan kehadiran Virus Corona dan memilih untuk lockdown atau tidak melakukan aktivitas apapun di luar rumah, ada makhluk lainnya yang bergembira karena dapat bernapas lega untuk sejenak.

Dieksploitasi sudah menjadi makanan sehari-harinya dan limbah pabrik menjadi minuman yang diberikan secara paksa oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Permohonan bencana demi bencana pun telah mereka gaungkan setiap harinya kepada sang pencipta alam semesta. Tidak lain tujuannya untuk memperingatkan manusia yang tidak bertanggung jawab kepadanya. Padahal manusia telah diberi amanah untuk menjaganya, bukan untuk merusaknya.

Amanah tersebut diberikan karena hanya manusialah yang memiliki akal, harapannya bisa melestarikan dan mengatasi segala bentuk permasalahan yang ada di dunia dengan menggunakan akal sehatnya.

Sebelum lockdown bergema di berbagai daerah yang ada di Indonesia, oknum yang tidak bertanggung jawab sedang masif melakukan perusakan alam yang sangat hebat. Contohnya ketika kapal-kapal yang berisi tumpukan batu bara melintas setiap harinya di atas Sungai Mahakam, kapal tersebut membentuk garis berbintik hitam sejauh mata memandang kemudian berlayar menuju pembangkit listrik di China dan India.

Perburuan batu bara ini telah menarik penambang internasional ke Kalimantan Timur dan telah merusak ibukota sebagian wilayah di provinsi Samarinda. Menurut data, tambang mencakup 70 persen wilayah Samarinda. Hal ini memaksa desa-desa dan sekolah untuk menjauhi longsoran lumpur yang beracun dan sumber-sumber air yang tercemar.

Selain itu, perusakan hutan pun terjadi di sekitar kota demi membuka jalan bagi tambang, akibatnya penahan alami bencana banjir menghilang dan air bah setinggi pinggang dirasakan oleh warga sekitar saat musim hujan.

Gambaran yang suram dari Samarinda ini sangat jauh dari masa kejayaan yang dulu, dipenuhi oleh hutan rindang dengan orangutan serta burung-burung eksotis. Tidak jauh berbeda dengan Amazon, hutan hujan yang ada di Kalimantan berlaku seperti busa, menyerap karbon yang diakibatkan perubahan iklim dan atmosfer.

Hal ini kembali membuktikan bahwa lockdown tidak hanya menjadi pencegahan penyebaran virus corona, tapi juga menjadi bentuk pesan penting terhadap manusia agar kejayaan yang dulu bisa terulang dan terus bertahan demi kesejahteraan bersama.

Sudah seharusnya manusia mulai memunculkan kesadarannya dan menghentikan segala keserakahannya, kemudian mengubah cara berpikir logika formal menjadi nalar praktis. Ketika logika formal terus digunakan manusia dalam membahas keberadaan alam, maka kepentingan pribadi menjadi yang utama dan alam tidak lagi menjadi hal penting untuk dilestarikan.

Akhirnya hanya ada satu kalimat yang tersisa, “kerusakan demi kepuasan”. Sebaliknya, lingkungan yang cerah dan sejuk akan hadir di depan mata ketika manusia terus menggunakan nalar praktis dalam membahas keberadaan alam. Dengan menggunakan nalar praktis, manusia akan mampu memahami batasan-batasan pada dirinya dan menempatkan perilaku sesuai dengan porsinya masing-masing.

Pembahasan ini perlu kita renungkan bersama, bayangkan jika musibah Covid-19 yang terjadi dewasa ini hanyalah awal untuk memberi peringatan terhadap perlakuan manusia kepada alam. Lantas, seperti apa peringatan selanjutnya ketika lockdown tidak lagi diserukan dan manusia tetap melanjutkan aktivitas eskploitasi nya?.

***

*)Oleh: Achmad Hidayah Syawal, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES