Kopi TIMES

Karantina Lokal, Bukti Bagusnya Pengetahuan Masyarakat

Senin, 06 April 2020 - 10:45 | 91.83k
Adilita Pramanti,S.Sos, M.Si,  Ketua Program Studi Sosiologi FISIP Universitas Nasional
Adilita Pramanti,S.Sos, M.Si, Ketua Program Studi Sosiologi FISIP Universitas Nasional

TIMESINDONESIA, JAKARTABEBERAPA hari terakhir, sejumlah masyarakat maupun pemerintah daerah (pemda) di berbagai wilayah memutuskan menutup pintu masuk/keluar akses permukimannya (local lockdown alias karantina wilayah/kuncitara) untuk meminimalisasi penyebaran Covid-19 di wilayahnya. Sementara, berdasarkan UU Kekarantinaan Kesehatan, kewenangan tersebut ada di tangan pemerintah pusat. Ada yang memandang hal ini sebagai "pembangkangan".

Saya dapat membantu menjawab dari sudut pandang sosiolog.

Yang pertama, saya melihat pemda menjalankan tanggung jawabnya melindungi kesehatan masyarakatnya sesuai pasal 4 UU No. 6 tahun 2018.

Kedua, upaya semacam karantina daerah yang dilakukan oleh pemda tertentu lebih didasari oleh semangat mengurangi atau memutus mata rantai penyebaran covid-19 sehingga penyebaran Pandemik ini di daerahnya tidak berkembang luas

Ketiga, tentu komunikasi dan langkah-langkag stategis dan taktis perlu dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah pusat dan daerah. Semua pihak harus satu visi bagaimana pandemik ini bisa dikendalikan dan diatasi.  Sekat birokrasi dan komunikasi harus diatasi 

Tentu berbagai dampak utama, sampingan dan lanjutan dari wabah ini harus dapat teratasi.
Mulai dari penyiapan sarana kesehatan,  dampak ekonomi, sosial dan lain sebagainya. Dari sisi ini pemerintah pusat dan daerah harus berbagi tugas dan tanggung jawab mengatasi persoalan ini.

Keempat, pandemik Covid-19 ini harus dijadikan momen untuk menunjukan semangat kegotong royongan/kebersamaan. Baik Pemerintah, swasta dan masyarakat. Sudah jelas musuh yang dihadapi adalah pandemik yang berskala global. Maka tiada kata lain, semua pihak harus bersatu memerangi penyebaran virua corona.

Swadaya itu inisiatif, tindakan kehati-hatian yang ditempuh sesuai dengan kesepakatan kelompok. Justru menandakan bahwa pengetahuan masyarakat lokal di Indonesia sangat baik karena setiap hari dicekoki dengan bahaya covid-19 dan berkaca dari pengalaman negara lain. Ini juga menunjukkan masyarakat Indonesia sangat adaptif dengan kebiasaan dan perilaku di rumah saja yang merupakan upaya memutus rantai virus. (*)

*Penulis Adilita Pramanti,S.Sos,M.Si, adalah Ketua Program Studi Sosiologi FISIP Universitas Nasional

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES