Kopi TIMES

Pembelajaran Daring: Sinergi Guru dan Orang Tua

Minggu, 05 April 2020 - 10:59 | 308.40k
Wildan Pradistya Putra, S.Pd, Gr, Guru bahasa Indonesia di Tazkia International Islamic Boarding School (IIBS) Malang.
Wildan Pradistya Putra, S.Pd, Gr, Guru bahasa Indonesia di Tazkia International Islamic Boarding School (IIBS) Malang.

TIMESINDONESIA, MALANG – Virus Covid-19 yang mulai mewabah di Indonesia sejak awal Maret membuat pemerintah memberlakukan kebijakan sosial distance. Kebijakan tersebut juga berimbas pada dunia pendidikan. Melalui surat Pemerintah Daerah (Pemda) menerapkan kebijakan pembelajaran di rumah sekolah-sekolah yang daerahnya terdampak virus ini. Peraturan ini dikeluarkan untuk menekan penyebaran virus Covid-19.

 Kebijakan belajar di rumah pun turun di dukung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim dengan menurunkan Surat Edaran (SE) Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 mengenai Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus disease (Covid-19) yang dikeluarkan pada 17 Maret 2020 lalu. 

Pembelajaran daring pun sudah mulai diterapkan pada sekolah-sekolah yang daerahnya terdampak virus ini pada minggu ketiga bulan Maret di berbagai daerah. Di Kota Malang dan Kabupaten Malang pun pembelajaran daring sebagian besar dilakukan pada Selasa, 16 Maret 2020. Artinya kurang lebih dua minggu pembelajaran daring dilaksanakan.

Kelancaran pembelajaran daring pun tidak lepas dari semakin meleknya internet masyarakat Indonesia terutama di kalangan anak muda. Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) di tahun 2018 saja ada 64,8% dari total seluruh penduduk yang menggunakan internet. Artinya ada 171,17 juta dari ada 264,16 juta orang yang sudah sangat familiar dengan internet. 

Meskipun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa masih ditemukan beberapa masalah dalam pelaksaan pembelajaran daring. Salah satu permasalahan yang erat menjadi kambing hitam adalah tersedianya kuota data internet yang cukup. Sebab, kebanyakan guru menggantungkan penggunaan internet pada wifi sekolah. Terlebih untuk aktivitas yang membutuhkan data besar, seperti untuk mengunduh video pembelajaran. 

Sebagai contoh saja, kuota data internet gawai (smartphone) saya yang biasanya habis dalam satu bulan, kini harus habis lebih cepat 10 hari dari biasanya. Ibarat peribahasa gali lubang tutup lubang. Kalau dihitung secara matematis, kebetulan sebagai seorang guru lokasi tempat tinggal saya dengan sekolah kurang lebih 10 km. 

Meskipun tidak pernah terhitung pasti, saya perkirakan dalam sebulan untuk bahan bakar kendaraan kira-kira habis 150 ribu. Sehingga biaya itu bisa saya alihkan untuk memperpanjang kuota intenet. Hal serupa nampaknya juga dialami oleh siswa. Oleh karena itu, hal ini membutuhkan dukungan orang tua.

Sinergi Guru dan Orang Tua

Pembelajaran daring di rumah pun membutuhkan dukungan orang tua. Jika pada pembelajaran di sekolah orang tua hanya bertanggung jawab mengantarkan anaknya maksimal sampai masuk gerbang sekolah, kini peran itu sedikit bergeser. Orang tua diharapkan dapat memantau pembelajaran daring putra-putrinya di rumah masing-masing.

Pada pembelajaran tatap muka di sekolah sebagian besar atau jarang bahkan enggan terciptanya komunikasi antara guru dan orang tua. Kini pada pembelajaran daring pola komunikasi itu perlu diubah. Orang tua dan guru pun diharapkan lebih sering dan efektif lagi dalam komunikasi.

Orang tua wajib mengetahui pembelajaran daring apa yang diberikan oleh guru dan apakah sang anak sudah melaksanakan pembelajaran tersebut dengan baik. Dalam hal ini, kebanyakan pembelajaran daring menyesuaikan dengan jam sekolah. Saat pembelajaran daring orang tua dapat memberikan ruangan khusus yang mudah dipantau (semisal ruang keluarga) sehingga orang tua tahu aktivitas apa yang dilakukan sang anak dan sang anak pun merasa ‘diawasi’. 

Guru pun dapat menanyakan langsung kepada orang tua terkait pembelajaran daring yang telah dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk mendaptakan feedback terkait kekurangan dan kelebihan pembelajaran. Dengan adanya feedback dari orang tua akan menambah bahan evaluasi untuk pembelajaran dari ke depan. 

Tidak dapat dipungkiri pembelajaran daring merupakan yang paling tepat ditengah-tengah situasi sekarang ini. Pembelajaran daring ini dapat meningkatkan hubungan antara anak dan orangtua. Selain itu, orang tua pun dapat memahami peran guru yang seringkali dipandang sebelah mata. Oleh karena itu, sinergi antara guru dan orang tua diperlukan dalam proses pembelajaran daring ini. Dengan demikian, siswa tetap mendapatkan haknya untuk ‘tetap belajar’, meskipun tidak di sekolah.

***

*)Oleh: Wildan Pradistya Putra, S.Pd, Gr, guru bahasa Indonesia di Tazkia International Islamic Boarding School (IIBS) Malang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*)Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*)Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*)Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES