Kopi TIMES

Mau Menaikkan Imun Tubuh, Ayo Berpikir Positif dan Hidup Bahagia

Sabtu, 04 April 2020 - 12:54 | 292.28k
Tawaduddin Nawafilaty, S.Pd. M.Psi, Ketua Program Studi (Kaprodi) Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD), Universitas Islam Lamongan (Unisla)
Tawaduddin Nawafilaty, S.Pd. M.Psi, Ketua Program Studi (Kaprodi) Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD), Universitas Islam Lamongan (Unisla)

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Mulai detik ini, Ayo berpikir positif. Ayo membuat hati senang dan riang gembira. Ayo bahagia! Ditengah mewabahnya Corona Virus Disease 2019 (CoVID-19).

STOP berpikir negatif, karena terus berpikir negatif juga akan berimbas negatif pula. Yaps! Sudah menjadi rahasia umum pikiran negatif berakibat destruktif bagi tubuh. Pikiran negatif membuat tubuh mudah mengalami kecemasan, kekhawatiran, takut, dan dihantui perasaan tertekan yang berlebihan. 

Memang, penyebaran CoVID-19 seolah sudah menjadi monster bagi semua kalangan. Pnyebaran virus Corona SARS-CoV-2 penyebab CoVID-19 tersebut berhasil mencampur aduk perasaan manusia dari berbagai usia, dimulai dari kecemasan, khawatir, takut, namun ada pula yang menanggapinya dengan santai. Meski ada kewajaran jika orang merasa khawatir atau tertekan. 

Akan tetapi perlu diketahui kekhawatiran yang berlebihan ditunjang faktor penyebab tekanan terus menerus yang ada dimasyarakat selama wabah CoVID-19 dapat menyebabkan melemahnya kesehatan mental dan psikososial.

Segala perasaan negatif yang berlebihan berkaitan dengan CoVID-19, berakibat buruk pada sistem kekebalan tubuh (imunitas). Imunitas yang turun, rentan terinfeksi. Jika Anda, mengetahui sedestruktif itu pikiran negatif bagi tubuh, maka ada cara yang bisa menghindarkan Anda dari terpapar CoVID-19. 

Anda bisa memulai dengan mengelola emosi negatif dalam diri dengan berpikir positif yang akhirnya ditransformasikan menjadi rasa bahagia merupakan bahagia kunci untuk menangkal dan mencegah masuknya CoVID-19. 

Anda juga wajib mengalihkan pikiran-pikiran negatif dengan kegiatan-kegiatan positif akan membuat hati senang dan riang gembira, karena pikiran negatif terkadang berhubungan dengan cara Anda menjalani hidup dari hari ke hari. Namun, pikiran negatif bisa dighilangkan dan dialihkan agar hidup semakin penuh warna dan membantu Anda melihat hidup dari sisi terangnya dengan mencerna setiap informasi yang ada dengan melihat sisi positifnya. 

Mari kita telaah lebih jauh, konklusi diatas. Dari pengamatan penulis, dari total kasus yang terinfeksi CoVID-19, kurang dari 1 persen virus menginfeksi anak-anak. Bahkan dari 84 negara yang positif CoVID-19 belum ada yang pelaporan kasus kematian pada anak-anak usia 0-9 tahun. Lalu mengapa CoVID-19 jarang sekali menginfeksi anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa ?

Anak-anak memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik menurut spesialis penyakit menular pada anak-anak dari Vanderbilt University School of Medicine, Dr. Mark Denison. 

Selain itu, jika ditinjau dari segi psikologi perkembangan kognitif anak memasuki tahap operasional konkrit yang ditandai dengan karakteristik menonjol, bahwa segala sesuatu dipahami sebagaimana yang tampak saja atau sebagaimana kenyataan yang mereka alami.

Contohnya, apabila anak-anak melihat atau saat kita memberitahu anak-anak bahwa gajah telinganya lebar. Maka, yang mereka pahami hanya gajah telinganya lebar. Anak-anak tidak akan berpikir tentang morfologi telinga gajah secara detail dan fungsi daun telinga gajah yang besar.

Perkembangan kognitif anak tersebut berpengaruh terhadap karakteristik emosi anak, yang berbeda dari orang dewasa. Satu di antaranya, emosi anak berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba. 

Peralihan yang cepat pada anak-anak dari tertawa kemudian menangis, marah ke tersenyum, atau dari cemburu ke rasa sayang, hal itu membuat anak lebih easy going dalam merespon adanya wabah virus yang sedang menyebar. Efek positifnya, sistem imun anak tetap terjaga baik.

Lain halnya dengan orang dewasa, proses kognitif orang dewasa berkembang lebih kompleks. Orang dewasa dapat menyerap informasi lebih banyak dari berbagai media yang berdampak negatif jika dikaitkan dengan perkembangan emosinya. Adanya kompleksitas emosi itulah, sehingga orang dewasa lebih rentan stress dibandingkan dengan anak-anak. 

Padahal sebenarnya, perlu kesadaran akan dampak yang ditimbulkan apabila individu mengalami stress jika dilihat dari sudut biologis berupa gejala fisik yang menyangkut organ tubuh manusia dengan proses stres itu sendiri. 

Stres yang terjadi dipengaruhi oleh stressor kemudian diterima oleh reseptor yang mengirim pesan ke otak. Stressor tersebut kemudian diterima oleh otak, khususnya otak bagian depan, yang mengakibatkan bekerjanya kelenjar di dalam organ tubuh dan otak. 

Organ tubuh dan otak saling bekerja sama untuk menerjemahkan proses stres yang pada akhirnya akan mempengaruhi sistem fungsi kerja tubuh, bisa berupa sakit kepala, tidur tidak teratur, nafsu makan menurun, mudah lelah atau kehilangan daya energi, otot dan urat tegang pada leher dan bahu, sakit perut, telapak tangan berkeringat jantung berdebar dan penurunan sistem imun dalam tubuh. 

Kemudian yang kedua berupa gejala psikis yang menyangkut keadaan mental, emosi dan pola pikir seseorang yang ditunjukkan dengan susah berkonsentrasi, daya ingat menurun atau mudah lupa, produktivitas atau prestasi kerja menurun, sering merasa jenuh, gelisah, cemas, frustrasi, mudah marah dan mudah tersinggung.

Jika kedua sudut tersebut digabungkan maka akan membentuk suatu keterkaitan bahwa baik fisik maupun psikis saling mempengaruhi satu sama lain saat proses stres terjadi. Kondisi-kondisi itu bisa menjadi faktor penyebab menurunnya kekebalan tubuh. Anda akan mudah jatuh sakit. 

Maka konklusinya adalah, dengan mengelola emosi negatif dengan berpikir positif, menjadi cara ampuh untuk menjaga kekebalan tubuh di tengah wabah CoVID-19. “Ibnu Sina mengatakan bahwa suatu penyakit tidak hanya datang karena lemahnya fisik seseorang melainkan adanya keterkaitan atau dapat dikatakan ketenangan adalah setengah dari obat, kesabaran adalah awal dari penyembuhan." (*)

*) Penulis: Tawaduddin Nawafilaty, S.Pd. M.Psi, Ketua Program Studi (Kaprodi) Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD), Universitas Islam Lamongan (Unisla)

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-4 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES